Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
“Gimana pekerjaan Ton?” tanya teman yang penuh gaya. Rambutnya disemir acak berwarna blonde dan dibiarkan memanjang namun rapi. Bisa dilihat dia tidak mungkin mencukur rambutnya jika sudah gondrong. Dia pasti akan ke salon secara rutin untuk melakukan perawatan rambut.
Di depannya ada meja yang bundar kecil untuk meletakkan barang yang tidak terlalu banyak. Karena meja itu sudah penuh dengan pesanan mereka saja. Minuman yang dipesan oleh pria bersemir itu adalah kopi hitam dengan late bergambar angsa yang sudah hancur karena sudah diminum oleh pria itu. Sedangkan di sisi lain adalah minuman milik Anton. Es teh yang bagian luar gelasnya sudah berkeringat karena dinginnya sudah menguap.
Anton mengaduk es teh itu dengan sendok plastik kecil merah lalu menyesapnya beberapa kali isap. “Lancar kok. Gimana pekerjaanmu?” tanya Anton yang sebenarnya hanya basa basi. dia sudah bisa mengetahuinya hanya dengan melihat pemborosan yang dilakukan temannya ini.
“Lancar dong. Yakin nih nggak mau join. Dapet uang banyak lho. Lo nggak mau dapet uang banyak?” tanya pria bersemir sambil mengangkat kopi hitamnya yang dengan beberapa jari.
“Nggak ah. Jadi streamer kan beresiko. Lagi pula aku nggak terlalu percaya diri kalau berbicara di depan kamera. Apalagi kalo berbicara hingga berjam-jam sedirian. Aku bahkan tidak bisa membayangkannya.”
“Tenang aja. gue juga dulu kayak gitu. Tapi toh bisa-bisa aja. Sekarang malah sukses. Dapet uang banyak. Lu lihat kan motor iku,” kata pria bersemir menunjuk motor PCX putih yang terparkir di depan kafe. “Itu gua beli karena jadi streamer. Kalau tetap di pekerjaan lama, gak mungkin gua bisa beli motor itu.”
“Iya, aku tahu kok,” ucap Anton mengiyakan.
“Trus apa yang jadiin lo ragu. Ayo bareng gua. Nanti tak ajarin,” kata Pria bersemir terus mengajak.
“Nggak ah Rud. Kapan-kapan aja,” ucap Anton pasrah untuk mengakhiri percakapan itu.
“Ok, kalau minat kabari aja ya. Gua siap ditelpon kapan pun,” kata Rudi yakin.
Sudah berkali-kali Rudi mengajak Anton untuk menjadi streamer seperti dirinya. Ia tidak tega melihat temannya yang setiap bulan sibuk dengan pekerjaannya meskipun tempat kerja mengajinya di bawah UMR. Namun Anton masih kukuh tidak mau meninggalkan pekerjaannya. Alasannya dia dulu kesulitan melamar di banyak sekali perusahaan, namun hanya perusahaan itu yang mau menerimanya.
Tapi sekarang sudah bukan waktunya untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Rudi tidak sengaja melihat berita yang lewat di TV tentang perusahaan tempat kerja Anton yang bakal pailit. Jika sudah pailit, sudah dipastikan semua pekerjanya akan dipecat, begitu juga dengan Anton.
Anton yang bekerja di tempat itu sudah menyadarinya sejak dulu, tapi masih bertahan karena tidak ada pilihan. Dia tahu rasanya berbulan-bulan melamar di berbagai tempat dan tidak diterima. Bahkan banyak dari perusahaan tempat melamarnya tidak membalas sehingga Anton yang tidak tahu informasinya hanya menunggu surat kosong.
Anton bahkan sempat kegirangan karena mendapatkan surat wawancara dari perusahaan nasional. Di surat itu dia diminta datang ke Jakarta. Awalnya dia kegirangan namun curiga karena kenapa tidak di kota dimana dia melamar pekerjaan. Dia pun mencari informasi di Google dan mendapatkan kalau itu adalah modus penipuan.
Sudah kesulitan mendapatkan kerja, tertimpa penipuan juga. Untung Anton berhati-hati. Dia merasa bersalah tidak bisa memberitahu orang lain yang namanya tercantum di surat itu. Pasti akan ada beberapa yang tertipu surat itu, karena memang begitu menggoda dan sesusah itu mendapatkan pekerjaan di masa seperti ini.
. . .
Hari yang diduga benar terjadi. Perusahaan pailit dan seluruh karyawannya dipecat. Anton memang mendapatkan uang pesangon, tapi itu hanya bertahan untuk 2 bulan saja. Hanya dengan itu pun, Anton sudah bersyukur. Setidaknya dia dapat bertahan hidup dalam 2 bulan dan sambil mencari pekerjaan lain.
Telepon berdering ketika Anton sibuk scolling info lowongan pekerjaan di Hp-nya. Terpampang jelas di bagian atas ponsel miliknya itu tulisan Rudi IPS.
“Halo, ada apa?” tanya Anton setelah mengangkat telepon.
“Gimana kabar. Gimana, tertarik gak buat join. Pumpung masih ada slot nih. Aku sisain satu untuk kamu. Gimana?” tanya Rudi di seberang.
“Aku pikir-pikir dulu deh,” jawab pendek Anton.
“Dari kemarin pikir-pikir dulu. Gimana kalo gini aja. Aku tunggu sampe besok. Besok akan aku telepon lagi, kalo lu tolak, ya udah. Aku kasih ke orang lain,” kata Rudi memutuskan.
“Ya, gitu aja. Terima kasih,” balas Anton.
Rudi menutup telepon tanpa menjawabnya balik. Sekarang kebingungan melanda Anton. Dia berterima kasih dengan Rudi karena masih memperdulikannya. Tidak banyak teman yang masih menghubungi sejak kita lulus. Hanya dia dan beberapa teman lain yang masih menghubungi Anton.
Tapi tawaran itu terlalu meragukan bagi Anton. Dia yang bekerja di perusahaan saja kesusahan mendapatkan uang. Aneh rasanya jika dibandingkan dengan Rudi yang bekerjanya cukup santai dan mendapatkan uang lebih banyak.
Sebenarnya Anton juga belum pernah melihat bagaimana Rudi streaming. Tapi melihat orang lain streaming di Tektok, rasanya itu adalah pekerjaan yang ringan. Tidak perlu memeras otak dan tenaga. Hanya hidupkan kamera dan lakukan keisengan yang menyenangkan atau joget-joget bersama teman-teman.
Mungkin jika Anton menerima tawaran Rudi, dia akan ikut berjoget di belakang Rudi bersama yang lain. Anton tahu bagaimana Rudi mendapatkan uang hanya dengan berjoget. Dia mendapatkan uang dari donasi yang diberikan oleh penonton. Tapi kenapa orang mau mendonasikan banyak uang kepada Rudi, padahal mendapatkan uang itu susah sekali.
Itulah yang sebenarnya membuat Anton ragu. Dia tidak mau melakukan pekerjaan yang tidak dipahaminya dengan pasti. Itu terlalu beresiko.
. . .
Hari telah berganti. Anton sudah bersiap menerima telepon dari Rudi. Biasanya dia menelpon pukul 9 pagi. Anton sudah menetapkan jawabannya untuk menolak dengan halus tawaran Rudi. Dia masih tidak yakin dengan tawaran itu. Cukup lama menunggu, telepon dari Rudi tidak kunjung datang.
“Sambil cari loker aja ah,” gumam Anton kepada diri sendiri.
Anton membuka HP-nya dan mulai membuka Instragram. Ada akun-akun yang di-follow nya yang membagikan informasi lowongan kerja di daerah tempat tinggalnya. Ini sangat membantu karena dia bisa menemukan pekerjaan yang lokasinya dekat dengan tempat tinggalnya. Tidak perlu merantau, karena jika harus merantau, ada pengeluaran lain yang harus di sisihkan.
Anton melihat-lihat apa yang muncul di berandanya. Meskipun banyak postingan lain yang tidak berhubungan dengan lowongan kerja, tapi banyak juga informasi yang didapatnya dari berita yang dibuat postingan Instagram. Contohnya adalah berita seperti peluncuran produk terbaru dari perusahaan teknologi, berita acara yang terjadi di Jakarta jauh sana dan …
“Apa ini?” kejut Anton melihat postingan berita yang menampilkan wajah yang dikenalnya.
Meskipun menunduk, dia tidak mungkin tidak kenal dengan rambut pirang yang disemir acak itu. Di caption dari foto itu bertuliskan “Jaringan Judol Daerah Tertangkap Basah”.
Penasaran lebih dalam, Anton membaca berita itu lebih lengkap dan menyadari bahwa temannya selama ini adalah anggota dari jaringan judi online yang sedang marak itu. Anton tidak menduganya bahwa judi online sedekat itu dengan dirinya.
Kini ia bersyukur menolak ajakan temannya itu dan prihatin kepadanya. Esok jika sudah bebas dan aku sudah memiliki pekerjaan lain, gantian aku yang mengajak dia untuk ikut bekerja bersamaku. Kerja yang benar dan jelas. Pikir Anton.