Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Panggung Cantika, si Ratu Sejagat
“ Cantikaaa… Larasati…. !! “ begitu lengkingan suara pembawa acara memanggil nama lengkap wanita pemilik badan ramping dan postur tubuh jangkung.
Di belakang panggung, sepasang mata Cantika berbinar. Senyumnya mengembang. Terakhir, ia mengangkat kedua tangannya. Cantika keluar sebagai pemenang ajang kontes Ratu Sejagat tahun ini.
Cantika melangkah menuju ke panggung yang diguyur sorot lampu warna – warni. Ia berjalan penuh percaya diri. Tampaklah apa yang ia miliki dari ujung rambut hingga ujung kaki, nyaris sempurna. Lelaki mana yang menyangsikan keelokan sosok Cantika.
“ Tuhan telah mengirim Cantika ke panggung ini.. “ begitu bisik lelaki yang tak putus memandangnya di bangku penonton
“ Duh, Cantika…, melihat senyum mu …” kata lelaki lain yang tak sanggup meneruskan kalimat untuk memuji Cantika.
Usai acara malam pemilihan Ratu Sejagat, dari ketinggian kamar apartemen mewahnya di tengah kota, Cantika terus memandang taburan cahaya lampu di bawah. Ia sudah membayangkan jadwal kunjungan ke sejumlah tempat untuk berbicara pada banyak orang. Ia akan membawa misi, pesan perubahan yang berasal dari suara wanita sebagai duta bangsa.
Tapi lamunan Cantika semalam, terlalu melambung. Belum lagi 24 jam ajang kontes Ratu Sejagat selesai, esok siang isu tak sedap berseliweran. Tersiar kabar adanya insiden pelecehan seksual yang menimpa enam kontestan lain, sebelum malam puncak.
Dugghh ! jantung Cantika berdegup. Wajahnya kaku. Pandangan matanya lurus. Jelang siang, dimusim kemarau ini, cahaya matahari yang garang bagai menusuk – nusuk kaca jendela apartemennya sekalipun sudah dilapisi gorden dari bahan yang tebal.
Pelecehan seksual ? deru suara batin Cantika. Seraya kabar tak sedap itu beredar, putaran ingatannya membawa Cantika pada peristiwa sepuluh tahun silam. Adiknya, Clara Larasati, tersudut di kamarnya sendiri. Clara tak berkutik ketika jari – jari dari kedua tangan lelaki bejat, menggerayangi tubuh gadis yang sedang ranum itu. Sesudahnya, rasa takut mengepung Clara. Ia jadi gadis bisu. Kosong.
Clara tak berani mengadukan permasalahannya, sebab pelaku berada di lingkungannya sendiri. Pelaku memiliki kekuatan yang lebih besar darinya. Pelaku itu, lelaki yang berhati monster, tak lain adalah ayah tirinya, suami dari ibu kandung Cantika dan Clara yang bernama : Larasati
Dan kali ini, Cantika kembali berada dalam pusaran peristiwa aksi monster itu lagi. Orang – orang yang diduga melecehkan para korbannya itu beraksi saat sesi pengukuran baju untuk enam kontestan, dua hari menjelang malam pengumuman wanita terpilih.
Waktu berjalan. Isu pelecehan seksual yang menimpa sebagian para wanita jangkung, kian santer. Hingga ujungnya, pihak pelenyelenggara menghentikan kelanjutan kegiatan para wanita terpilih, tak terkecuali Cantika sebagai pemegang gelar terhormat. Buyarlah impian Cantika.
Cantika menangis. Sekali tepuk, lebih dari satu impian menguap. “ Dimana panggung untuk Ratu Sejagat ? “ batinnya bertanya. Cahaya lampu – lampu raib seketika. Kursi penonton kosong. Panggung sepi dan gelap. Gelapnya sama seperti ia menutup wajahnya ke bantal.
‘ Tok ..! tok …! tok .. ! “ terdengar suara ketukan pintu. Cantika bangkit dari ranjang di apartemennya. Seseorang datang. Rekannya, Lidya Zahra, salah seorang peserta ajang kontes Ratu Sejagat itu langsung memeluk Cantika. Lidya menangis dalam pelukan. Cantika merangkulnya. Ia sudah tahu apa yang hendak dikatakan Lidya. Situasi ini sama persis saat Cantika memeluk Clara yang datang sambil membawa luka yang penuh di batinnya.
Kata Lidya, seseorang tak dikenal telah meneleponnya. Orang asing itu menekan Lidya agar bungkam tak banyak bicara soal isu pelecehan seksual. Sebab itu, Lidya minta bantuan Cantika agar bisa menemaninya, memberi kekuatan mental.
Ya, Cantika paham dengan keruntuhan mental yang berganti tegaknya ketakutan pada Lidya serta kontestan lain yang diduga jadi korban. Seperti juga Clara, yang pada awalnya takut kepada semua orang untuk menceritakan musibah yang menerjang dirinya. Jangankan ke semua orang, pada bayangan dirinya sendiri pun, Clara takut.
Cantika memutuskan untuk bergerak. Ia bersiap mengajak Lidya untuk keluar dari apartemen dan pergi untuk menemui para kontestan lain yang bernasib sama. Tapi belum lagi langkahnya keluar dari ruangan, ponselnya berbunyi. Orang asing, yang disebut Lidya, kini menelponnya. Isi pesan orang asing itu, sama saja. Ia meminta Cantika bungkam.
Kalaupun Cantika harus bicara, maka ia diminta menyangkal adanya pelecehan seksual. Terakhir, sebuah ancaman siap menghadang Cantika. Kata si penelepon gelap, pihak penyelenggara akan membatalkan gelar Ratu Sejagat yang sudah disematkan pada Cantika.
Mengapa si penelepon gelap ngotot mencecar Cantika ? Alasannya, akun medsos Cantika sudah dipenuhi para netizen yang meminta Cantika sebagai Ratu Sejagat jadi kekuatan penyeimbang untuk jadi corong dari kasus ini demi menandingi kekuatan dari pihak yang dituduh melakukan perbuatan tercela itu.
Begini rentetan komentar para netizen :
- Cantika, bantu para kontestan lain untuk bersuara, agar panggung Ratu Sejagat kembali terang…
- Cantika, tiba saatnya kamu mainkan peran untuk perubahan. Kasus pelecehan ini harus dibongkar….
- Ayoo… bergeraklah Cantikku, Cantika…. Speak up !
Cantika tak peduli dengan ancaman itu. Ia tarik lengan baju. Cantika melenggang di ruang kantor polisi untuk mengadukan kasus yang menimpa para rekannya. Cantika tak sendiri. Ia berhasil membujuk Lidya Zahra, Margaretha dan Angelia. Ini tiga korban pertama yang setelah disuntik semangat oleh Cantika untuk bergerak melaporkan kejadian tersebut. Terakhir, para wanita jangkung ini juga ditemani seorang pengacara perempuan.
Di lobby kantor polisi, sejumlah wartawan memberi seruan pujian pada Cantika dan kawan – kawan. Kehadiran para kontestan Ratu Sejagat ini bak memindahkan panggungnya. Cantika menjadi bintang karena berani bicara di depan para wartawan mewakili luka rekan – rekannya.
Namun puja – puji untuk keberanian langkah Cantika tak berlangsung lama. Lampu panggung yang semula menyorot keberanian Cantika di depan para pewarta, kembali bergoyang. Pihak yang berlawanan dalam kasus ini tak mau kalah langkah.
Mereka menyodorkan suara para kontestan lain yang mengaku tidak mengalami pelecehan seksual. Kata mereka, semua, baik – baik saja. Sesi pengukuran baju berjalan lancar. Para mentor, menjaga sikap sopan dan menghargai wilayah pribadi para peserta.
Seketika Cantika dan para korban benar – benar bungkam. Sepertinya, satu langkah awal mereka terpangkas begitu saja jika tak ingin dibilang sia- sia. Semangat Lidya dan kawan – kawan jadi kendur. Cantika pun terasa melambung ke jalan menuju kekalahan. Keterangan saksi korban saja tak cukup untuk peperangan ini. Benarkah tak ada jalan untuk membuka tabir kasus yang sedang dibutakan ini ?
“ Tok ..! tok ! .. tok .. ! “ pintu kamar apartemen Cantika kembali berbunyi. Cantika beranjak dari ranjangnya. Ia buka pintu. Kali ini tiga kontestan lain yang berkunjung. Berdiri di muka pintu, tiga wanita jangkung : Ayu, Kiya dan Lona. Inilah tiga wanita lain yang juga diduga jadi korban. Namun selama kasus ini beredar, mereka bersembunyi.
“ Bagaimana ? “ tanya Cantika
“ Kami sudah siap bicara untuk kasus ini… “ kata Ayu
Ayu mengaku mulanya berat untuk bicara. Kejadian pelecehan itu memukul dirinya. Di ruang ganti pakaian, Ayu mengaku dipaksa menanggalkan baju. Maka tampaklah sebuah gambar tato kecil berbentuk Love berwarna merah di daerah yang paling rahasia di bagian tubuhnya.
Serupa Ayu, Kiya juga demikian. Ia dipaksa membuka busananya. Hingga akhirnya terbongkarlah tato kecil berupa tulisan nama dirinya : Kiya. Tato nama diri itu hanya sepanjang dua ruas jari.
Terakhir, Lona. Lona juga bernasib tak bagus. Ketika tubuhnya telanjang barulah terlihat sebuah goresan bekas luka yang panjangnya sekira dua centimeter saja. Itu luka pada masa kanak – kanak.
“ Kami sadar, kalau kami gagal, karena gambar tato dan bekas luka.“ terang Kiya
“ Dan sebenarnya kegiatan Body Checking itu tak ada … “ tambah Ayu
“ Memanng benar, tapi kenapa akhirnya ada ? “ tanya Cantika
Kata Kiya, Body Checking itu mendadak diadakan setelah beredar isu di kalangan peserta ada yang memiliki tato di bagian sensitif di tubuhnya serta luka gores. Maka pihak penyelenggara menyelidik. Mereka memanggil enam peserta yang dicurigai memakai tato yang akhirnya berbuntut kasus.
“ Memakai tato adalah hak kami. Itu urusan kami, apalagi di bagian rahasia ….” kata Ayu
“ Nah yang jadi persoalan bukan itu… “ lanjut Kiya
“ Apa ? “ tanya Cantika
Ayu menunjukkan sebuah rekaman video dari ponsel saat peristiwa tak pantas itu terjadi. Alih – alih sesi pengukuran baju malah berganti pemeriksaan tubuh alias Body Checking. Di dalam video berdurasi 20 menit itu, tampak jelas tiga kontestan pertama yakni Lidya, Margaretha dan Angle. Selanjutnya, giliran tiga kontestan berikut adalah Ayu, Kiya dan Liona. Semuanya berada di ruang yang sama.
Para kontestan itu berhadapan pula dengen empat mentor yang sama. Mereka terdiri dari dua orang pria dan dua lainnya, wanita. Keempat mentor inilah yang terus menekan para kontestan untuk membuka busana lalu mereka menyelidik setiap jengkal lekuk tubuh para wanita jangkung.
Tak cuma itu, mereka ngotot mencari siapa peserta yang memiliki tato serta cacat akibat luka gores. Karena ngotot itu, suara para mentor tak jarang meninggi dan sesekali meremehkan tubuh mereka. Sebab itu pula, para kontestan tak berkutik.
Sampai di situ, Cantika paham. Wajahnya kembali tegak. Keyakinannya bangkit. Rekaman video dalam genggamannya akan jadi tambahan alat bukti setelah kesaksian korban dirasa tak cukup untuk membongkar kasus ini malah sebaliknya mendapat opini tandingan.
Cantika tak menunggu waktu lama. Kini rombongan para wanita jangkung yang mendatangi pihak kepolisian bertambah setelah Ayu, Kiya dan Lona bergabung. Polisi menjamin kerahasiaan rekaman video itu. Tapi di luar sana. pemberitaannya geger. Cantika kembali merebut arus dukungan yang sempat meninggalkannya.
Sepekan berlalu, proses pengungkapan kasus ini sudah menciduk empat orang yang sesuai dengan apa yang tampak dalam rekaman video. Mereka diduga kuat telah melecehkan enam kontestan lewat perlakuan ucapan dan sentuhan. Bahkan keempat orang itu disebut – sebut tak layak melakukan Body Checking.
Di lobby kantor polisi, enam korban berdiri sejajar. Cantika berdiri di depan barisan. Sementara di hadapan Cantika, para pewarta berkerumun memenuhi anak tangga. Mereka menunggu Cantika bicara.
“ Saya, Cantika… tanpa mengurangi rasa hormat penilaian para juri, menyatakan mengundurkan diri dan mengembalikan gelar Ratu Sejagat… “ kata Cantika.
Semua pewarta bersorak. Mereka berebut bertanya. Pertanyaannya, apa alasan Cantika melepas gelarnya ?
“ Panggung saya ada di sini… di tengah masyarakat dan dimanapun saya berada saat saya diperlukan sesuai kemampuan untuk berbuat kebaikan dan perubahan.. “
Cantika menemukan panggung sejatinya….
Mahalawan
Jumat, 8 September 2023