Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Deringan Tengah Malam dan Bayangan di Cermin
Ardi tidak pernah tahu bahwa malam akan menjadi kanvas terornya. Bukan karena ia takut gelap—tidak sama sekali. Bagi Ardi, gelap adalah sekutu, sebuah selimut nyaman yang membungkusnya dalam konsentrasi murni. Sebagai mahasiswa jurusan desain grafis semester akhir, ia adalah seorang "kalong" sejati. Otaknya baru mulai memanas ketika jarum jam menunjuk angka sembilan malam, dan puncak kreativitasnya sering kali baru dicapai di dini hari, saat dunia di luar kamar kosnya sudah terlelap dalam keheningan total.
Kosannya, sebuah bangunan tua berlantai dua di pinggir kota yang sudah sepi sejak pukul sepuluh malam, menjadi saksi bisu perjuangan Ardi. Dindingnya yang menguning dan catnya yang mengelupas di beberapa sudut menyiratkan usia, bukan sekadar gaya usang. Ada bisik-bisik di antara penghuni lain tentang sejarah kelam bangunan itu, tentang penghuni sebelumnya yang tiba-tiba pindah tanpa pamit, atau tentang suara tangisan samar dari kamar kosong di lantai bawah. Ardi, yang cenderung pragmatis, selalu menepisnya sebagai bualan belaka, bumbu cerita seram khas anak kosan. Kamarnya sendiri, di lantai dua, adalah benteng pribadinya. Selalu dipenuhi cahaya temaram dari monitor ultrawide-nya, gunung kaleng kopi kosong ...