Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Paket Salah Alamat
0
Suka
681
Dibaca

Pagi yang cerah di Kampung Kalipucang disambut suara ayam tetangga yang tidak pernah tahu jam berapa harus berhenti berkokok. Langit masih memegang embun terakhir malam, sementara Pak Nurhadi, pensiunan guru SD, menikmati kesendiriannya di teras rumah dengan kopi pahit dan suara radio butut yang kadang lebih berisik daripada informatif.

“...dan itulah berita terakhir dari ibu kota. Sekarang, kita putar lagu nostalgia dari tahun sembilan puluhan...”

Klik. Dimatikan.

Pak Nurhadi mendesah. “Lagu nostalgia bikin tambah tua.”

Tapi sebelum sempat menyeruput kopinya lagi, suara motor tua dengan knalpot nyaring mendekat cepat. Itu pasti Mas Roni, kurir paket dari toko online yang sudah seperti anggota keluarga sendiri, saking seringnya mampir.

“Pak Nur!” teriaknya sambil menggendong kardus besar. “Paket datang!”

Pak Nurhadi memicingkan mata, lalu berdiri. “Saya gak pesan apa-apa minggu ini, Mas.”

“Eh, beneran? Nih lihat. Namanya Nurhadi. Alamat RT 04 RW 05. Tapi... eh... ini ada tambahan huruf... ‘s’... Nurhasanah.”

Pak Nurhadi mengambil kardus itu dengan penasaran. Kardusnya besar, cukup untuk muat kulkas kecil. Dan ya, benar—tertulis "Nurhasanah". Tapi karena alamatnya sama persis dengan milik Pak Nurhadi, hanya beda rumah belakang, si kurir menyerahkan tanpa pikir panjang.

“Saya cuma kurir, Pak. Kalau salah, tinggal minta maaf. Gampang,” ujar Mas Roni santai.

Pak Nurhadi tertawa. “Ya sudah, sini, taruh aja dulu. Saya cek isinya, takutnya ada barang mudah rusak.”

Setelah ditaruh di dalam rumah, Pak Nurhadi memanggil anak gadisnya, Dinda, yang baru saja lulus kuliah dan sedang sibuk nonton drama Korea di kamarnya.

“Nda! Sini bantu Bapak buka paket. Ini gede banget!”

Dinda, dengan rambut dikuncir dan ekspresi setengah terpaksa, datang dengan gunting besar. "Bapak ngapain terima paket orang lagi sih? Dulu juga pernah, malah ngambil kulkas orang."

“Itu kan kulkas mini. Lagian lucu,” elak Pak Nurhadi sambil tersenyum.

Gunting mulai menyayat lakban. Kardus terbuka pelan-pelan, dan dari dalamnya... muncul kostum dinosaurus tiup ukuran dewasa lengkap dengan blower kecil.

“Apa ini...,” Dinda memandang tak percaya.

Pak Nurhadi mengedip. “Bapak gak pesen. Tapi... kayaknya seru juga.”

“Pak! Ini punya Bu Hasanah! Cucunya ulang tahun minggu ini! Jangan bilang... Bapak mau coba?”

Dinda belum sempat mengakhiri kalimatnya ketika Pak Nurhadi sudah menghilang ke dalam kamar, membawa kostum tersebut. Lima belas menit kemudian, keluar dari pintu depan rumah—seekor dinosaurus oranye raksasa, dengan tangan kecil, kepala besar, dan suara mesin blower yang mendengung konstan.

Anak-anak kampung yang sedang main bola di lapangan depan sontak berhenti bermain.

“T-REX!!!”

“Beneran dinosaurus!!!”

“Bapak Nurhadi cosplay!!”

Dan dimulailah parade tak terduga sepanjang jalan RT 04: seekor dinosaurus menyapu daun kering di halaman rumah, sambil sesekali menyeruput kopi dari sedotan panjang yang ditaruh di dalam kostumnya.

Pak Nurhadi, dengan bangga dan tanpa malu, masih berjalan mondar-mandir di gang kecil komplek dengan kostum dinosaurusnya. Meski blower di perutnya berbunyi seperti kipas angin rusak, semangatnya tak tergoyahkan. Anak-anak makin histeris setiap kali dia mengangkat tangan mungilnya seperti hendak menyerang. Tentu saja seramnya nol besar—tapi lucunya? Seratus dua puluh persen.

“Bapak Nurhadi kayak maskot karnaval!” teriak Ucup, bocah kelas tiga SD sambil mengarahkan kamera ponsel ke si T-Rex dadakan.

Tanpa sepengetahuan Pak Nurhadi, salah satu tetangga, Bu Yani, yang terkenal aktif di segala kegiatan RT, langsung memvideokan kejadian ini dan mengirim ke Grup WhatsApp RT 04 RW 05 dengan caption:

“Pak Nurhadi cosplay jadi dinosaurus. Untuk ulang tahun siapa ya? Lucu bangeeet!”

Tak butuh waktu lama, 187 notifikasi masuk. Sebagian besar respon berupa stiker ketawa, emoji berguling, dan tentu saja pertanyaan: “Itu beneran Pak Nurhadi?”

Ketua RT, Pak Darminto, yang baru pulang dari rapat kelurahan, langsung menghubungi via voice note:

“Pak Nurhadi... saya mohon maaf, itu kostum pesanan Bu Hasanah. Mohon dikembalikan sebelum jam tiga, ya. Cucu beliau mau syuting video ulang tahun buat dikirim ke papanya di Qatar.”

Sementara itu, Pak Nurhadi masih asyik berjoget dino-dino di teras rumah sambil diiringi musik dangdut dari radio tua yang tadi ia matikan. Dinda keluar dari rumah sambil membawa ponselnya.

“Pak! Grup WA rame banget! Bapak viral se-RT!”

Pak Nurhadi yang kepanasan akhirnya masuk ke rumah, melepas kostum sambil berujar, “Panas juga ya, jadi dinosaurus. Mereka zaman dulu kuat juga, hidup di zaman es.”

Dinda hanya bisa mengelus dada.

“Pak, itu kostum harus dikembalikan sekarang. Jam tiga dipakai cucunya Bu Hasanah.”

Dengan ekspresi kecewa, Pak Nurhadi menatap kostum itu seperti anak kecil yang disuruh mengembalikan mainan ke toko. Tapi akhirnya dia menyerah.

“Ya sudah, antar yuk.”

---

Sore itu, Dinda dan Pak Nurhadi berjalan membawa kardus berisi kostum ke rumah Bu Hasanah. Tapi belum sempat mengetuk pintu, mereka dikejutkan oleh suara dari dalam:

“HADUHH! KENAPA TIUPANNYA GAK JALAN NIH, LOLOS ANGIN NIH KAYAKNYA!”

Ternyata, di dalam rumah, cucu Bu Hasanah—Daffa—sedang menangis karena blower kostum tidak mau menyala. Ayah Daffa yang sedang cuti dari pekerjaannya di Qatar baru saja mengirimkan pesan video, berharap Daffa menyambutnya dengan “penampilan dinosaurus lucu”.

Pak Nurhadi yang mendengar kekacauan itu menoleh pada Dinda. “Kalau blower rusak... berarti kostumnya gak bisa berdiri?”

“Ya, Pak. Kalo gak kencang anginnya, nanti dino-nya letoy.”

Pak Nurhadi mendadak berdiri tegap. “Bapak siap jadi cadangan. Bapak sudah latihan seharian. Dino senior!”

“Pak... serius?” Dinda melongo.

“Serius. Demi cucu orang!”

Dan seperti itu, tanpa banyak drama, Pak Nurhadi mengenakan kembali kostum dinosaurus dan tampil dalam video ulang tahun Daffa. Di rekaman itu, Daffa memeluk ‘dinosaurus lucu’ sambil berkata:

“Terima kasih Dino-Hadi!”

Beberapa hari setelah video ulang tahun Daffa dikirim ke ayahnya di Qatar, kabar mengejutkan datang.

“Pak! Pak! Bapak masuk TikTok!” seru Dinda sambil menyeret ponselnya ke depan ayahnya yang tengah menyiram tanaman.

“Apa? TikTek?” Pak Nurhadi menoleh, bingung. “Itu alat buat ngocok telur?”

“TikTok, Pak. Aplikasi video itu, loh! Nih, Bapak lihat...”

Dan di layar ponsel, terlihat dirinya—dalam kostum dinosaurus—berjoget sambil menyanyi ulang tahun untuk Daffa. Lagu remix dangdut ditambah efek dinosaurus melompat-lompat bikin video itu viral.

Caption-nya?

“Kapan lagi dinosaurus nyanyi dangdut? Dino-Hadi for President 2025!”

Jumlah penonton? 278 ribu dan terus naik.

Komentar-komentar pun bermunculan:

“Dinosaurus genre koplo, gue demen!”

“Ini bukan Dino biasa, ini DINO-DUTA RT!”

“Seandainya dinosaurus di Jurassic Park kayak gini, pasti happy ending.”

Pak Nurhadi menganga. “Lha kok bisa?”

Dinda tertawa. “Temennya Daffa yang edit, Pak. Sekarang semua orang pada cari Bapak. Ada yang minta kolaborasi buat konten ulang tahun!”

Belum selesai terkejut, Ketua RT menelepon lagi.

“Pak Nurhadi, ada undangan dari kecamatan. Katanya Bapak diundang jadi tamu kehormatan di lomba kostum kreatif. Bisa, ya?”

Pak Nurhadi langsung berdiri tegak. “Siap, Pak RT. Dino siap tampil!”

---

Beberapa hari kemudian, aula kecamatan riuh dengan suara tawa. Di tengah acara, terdengar MC berseru:

“Dan inilah peserta paling legendaris kita hari ini… Dino-Hadi dari RT 04!”

Sorakan dan tepuk tangan meledak saat Pak Nurhadi, dalam kostum kebanggaannya, muncul dari balik panggung sambil berputar dan menyanyikan lagu ulang tahun dengan gaya koplo. Bahkan para ibu-ibu PKK ikut berjoget di tempat duduk.

Setelah tampil, Pak Nurhadi duduk di bangku kehormatan, diapit oleh camat dan kepala dinas setempat.

“Pak Nurhadi,” bisik camat. “Kalau Bapak mau, saya kenalkan ke orang dinas pariwisata. Bisa jadi ikon wisata kampung dinosaurus, lho.”

Mata Pak Nurhadi membelalak. “Wisata dinosaurus? Serius?”

“Serius. Tapi ya... dinosaurusnya harus mau diajak keliling kampung.”

---

Malam harinya, di rumah, Pak Nurhadi duduk sambil menyeruput teh. Di sebelahnya, Dinda menonton video terbaru di TikTok.

“Pak,” ucap Dinda sambil tersenyum, “Bapak sekarang bukan hanya jadi bahan cerita grup WA RT… tapi juga inspirasi nasional.”

Pak Nurhadi mengangguk pelan. “Siapa sangka... paket salah alamat bisa bikin Bapak jadi T-Rex kebanggaan negara.”

Semenjak viral, kampung RT 04 mendadak jadi lokasi wisata dadakan. Anak-anak dari kampung sebelah datang naik sepeda hanya untuk melihat “dinosaurus koplo” yang mereka lihat di TikTok. Bahkan ada rombongan mahasiswa dari kota yang datang bawa drone.

Setiap sore, Pak Nurhadi berkeliling kampung dengan kostum dinosaurus. Tapi sekarang, dia tidak sendiri. Para tetangga ikut memeriahkan. Ada Bu Jum yang berdandan jadi pterodaktil, Pak Marno pakai baju tulang belulang ala zaman prasejarah, dan Dinda jadi pemandu wisata merangkap manajer ayahnya.

“Selamat datang di Kampung Dino! Di sini Anda bisa melihat dinosaurus yang doyan nyanyi, joget, dan menyiram tanaman!”

– Begitulah kata Dinda setiap kali wisatawan datang.

Kampung mereka jadi viral lagi. Nama barunya: Kampung Dino-Dinoan.

Kepala dinas pariwisata datang lagi, kali ini bawa wartawan.

“Pak Nurhadi, kami mau jadikan kampung ini pilot project kampung wisata tematik. Bisa, ya?”

Pak Nurhadi bingung. “Pilot project itu artinya Bapak harus belajar nyetir pesawat?”

Wartawan ketawa ngakak. “Bukan, Pak. Artinya kampung Bapak jadi contoh. Kami bantu bikin paket wisata, pelatihan UMKM, dan... mungkin bikin panggung dinosaurus tetap!”

---

Seminggu kemudian, panggung kecil dibangun di tengah lapangan. Ada banner bertuliskan:

“DinoFest 2025 – Dari RT untuk Dunia!”

Anak-anak tampil pakai kostum hewan prasejarah, ibu-ibu PKK jualan keripik singkong rasa sambal mete, dan Pak Nurhadi jadi bintang utama: tampil di akhir acara dengan joget dinosaurus versi koplo remix dangdut jawa.

Setelah penampilan terakhirnya, dia berdiri dengan mikrofon dan berkata:

“Dulu saya cuma tukang semprot tanaman. Tapi karena satu paket salah alamat, sekarang saya semprot kampung ini dengan kebahagiaan!”

Sorak-sorai meledak. Kembang api meletus di langit. Dino-Hadi resmi jadi legenda kampung.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Paket Salah Alamat
Penulis N
Flash
Bronze
An-Je-Lo (Antar Jemput Lontong Sate)
Sunarti
Komik
Bronze
HIRO
Ady Setiiawan
Cerpen
Culture Shock! (Karna beda tetangga, beda pula aturan mainnya)
Estria Solihatun N
Cerpen
Akew yang Menyakiti
E. N. Mahera
Cerpen
Bronze
Indekos
Nisa Dewi Kartika
Flash
AWAS ADA ORANG
Tirani K. C.
Flash
Bronze
Genre
FS Author
Komik
Duta Keadilan Nasib
Nafi'ardhani Firmansyah
Flash
Bronze
Demit Go Away!
Bronzeapple
Flash
Inovasi Iblis
Aditya R
Cerpen
Bronze
Nenek ku Super
Novita Ledo
Komik
Bronze
Petualangan Athan dan Detektif Mammo
Andy widiatma
Komik
Siblings
Anintan Savytri
Komik
Maple Haven
Authentic Remixes
Rekomendasi
Cerpen
Paket Salah Alamat
Penulis N
Cerpen
Warkop Sebelah
Penulis N
Cerpen
Satu Meja, Dua Rasa
Penulis N
Cerpen
Lembayung di Alas Rawiya
Penulis N
Cerpen
Doa yang Lupa Kupanjatkan
Penulis N
Cerpen
Langit Jingga
Penulis N
Cerpen
Alamat yang Tak Pernah Ada
Penulis N
Cerpen
Senja & Luka
Penulis N
Cerpen
Lorong 47
Penulis N
Flash
Hujan di Ujung Telepon
Penulis N
Cerpen
TITIAN MASA LALU
Penulis N
Skrip Film
Giyanti
Penulis N
Flash
LANGIT SETELAH HUJAN
Penulis N
Cerpen
Titik Kembali
Penulis N
Flash
Kopi Terakhir di Stasiun 12
Penulis N