Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sentuhan lembut dipipiku membangunkan ku dari tidur. Terasa begitu lembut dan nyaman sentuhan tersebut, ku buka mataku dan ku tatap sosok yang melakukan hal tersebut, terlihatlah sosok berparas cantik dengan senyumnya yang begitu manis dihadapanku. Semakin ku tatap wajah cantik perempuan itu, makin aku menyadari keindahan yang ada pada setiap inci wajahnya. Dari bibirnya yang berwarna merah muda, terdengar sebuah suara yang begitu sangat lembut dan memenangkan ketika masuk ke telingaku. Perempuan itu berkata "bangun yuk, nanti kamu telat" Sembari terus mengelus pipi ku dengan lembut.
Aku mengangkat badanku dari tempat tidur dan duduk mengarah ke perempuan tersebut, ku ambil dan ku genggam tangannya yang sedari tadi terus membangunkan ku dengan elusannya. Ku tatap kedua mata berwarna cokelat indah milik nya, ku dekatkan wajahku perlahan menuju wajah perempuan ini, ku kecup bibirnya dengan lembut yang dibalasnya dengan senyuman manis setelahnya, lalu diiringi dengan ucapan agar aku segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja, lagi-lagi suaranya terdengar begitu lembut ketika masuk ke telingaku. Aku yang masih ingin menikmati suasana ini, terus duduk dihadapannya tanpa menuruti apapun yang diminta perempuan ini, ia yang tak henti terus menyuruhku untuk segera mandi tetap tak ku gubris, kini terlihat tatapan tajam menatapku dari kedua mata indah miliknya. Nada suara yang tadinya begitu lembut kini mulai meninggi, tapi bukannya membuatku takut namun tetap membuatku nyaman mendengar segala ucapan yang keluar dari mulutnya itu.
Semakin kesal dengan tingkah ku, dilemparkannya sebuah pukulan kecil ke bahu ku, yang justru semakin memotivasi ku untuk terus mengisengi dia agar aku bisa melihat tingkah lucunya yang sedang kesal ini. Dipukulannya lagi bahuku yang diiringi ucapan dengan nada kesal, ekspresi yang tadinya terlihat begitu manis kini berubah menjadi wajah jutek, namun tetap begitu cantik dan mempesona dimataku. Ku cubit kedua pipi lucunya dengan maksud untuk membalas pukulan yang ia lakukan, ku keraskan sedikit cubitan ku sembari menggoyang-goyangkan kepalanya, hingga terdengar jeritan darinya yang entah menandakan ia kesakitan atau menandakan emosinya semakin meledak. Aku yang sudah merasa berhasil mengerjai perempuan tersebut langsung beranjak dari tempat tidur dan pergi menuju kamar mandi seperti yang diminta perempuan itu.
Aku yang baru saja selesai mandi akan dengan sengaja melemparkan handuk basah keatas tempat tidur, yang tak selang beberapa lama terdengar suara teriakan dari perempuan itu, yang mengomel kepadaku mengatakan aku tak boleh meletakkan handuk basah seperti itu di atas tempat tidur. Sebenarnya aku tau akan hal itu, namun entah kenapa hal-hal seperti itu begitu ingin aku lakukan agar aku bisa diperhatikan oleh perempuan cantik ini. Yaa, tentu aku juga tau itu membuatnya kesal dan semua ini akan berakhir dengan ia yang terus mengomel kepadaku, tapi entah mengapa ada perasaan senang dan bahagia tiap aku mendengar segala omelannya itu, yang selalu membuatku ingin melakukan hal yang sama agar aku bisa mendengarnya lagi setiap harinya.
Hal yang terjadi setelahnya, ia akan mengambil handuk tersebut lalu menggantungkannya ditempat dimana handuk itu seharusnya berada, dan tentu saja akan terus diiringi dengan omelan yang ku suka itu. Aku akan berpura-pura sibuk memasang baju sembari menyembunyikan senyumku yang kemudian akan dihampirinya dan ditanya "kamu denger gak sih, dari tadi aku ngomong apa?!" Yang akan ku balas dengan sebuah anggukkan kepala, dan pasti selalu berhasil membuatnya melanjutkan omelan pagi harinya itu. Aku tidak tau apakah semua suami dimuka bumi ini juga senang melakukan hal yang sama seperti ku atau hanya aku saja, tapi rutinitas pagi seperti ini selalu berhasil membuat ku bahagia disetiap harinya.
Biasanya aku yang sudah rapi akan duduk dimeja makan sembari memainkan ponselku, mengecek apakah ada kabar yang ku lewatkan ketika aku tidur sepanjang malam. Sementara perempuan cantik itu akan sibuk melakukan berbagai macam hal mulai dari mengambilkan piring, menyalakan kompor dan membersihan berbagai macam bahan dapur, yang kemudian mengolah bahan-bahan dapur tersebut menjadi masakan yang lezat. Aku yang selalu ingin menjadi pusat perhatian si perempuan cantik ini, akan ikut membantunya seperti memotong bawang mungkin, atau justru akan mengganggunya seperti menyembunyikan pisau yang ingin ia gunakan. Atau ketika ia meminta tolong kepada ku untuk mengambilkan sendok yang ada di atas meja makan, yang justru akan ku berikan garpu kepadanya, hal itu pasti selalu berhasil membuat perempuan ini mengeluarkan wajah kesal nan manis miliknya.
Rasa dari masakannya sejujurnya biasa saja dan sebenarnya masih banyak makanan yang jauh lebih enak dijual diluaran sana, tapi entah mengapa terlepas dari alasan ingin menghemat uang, masakannya selalu berhasil membuatku ingin segera pulang dan memakan masakan miliknya. Sembari makan terkadang kami isi dengan obrolan-obrolan random, seperti aku yang menceritakan kelakuan bos ku yang aku dan rekan-rekan kerja ku anggap menyebalkan. Atau si perempuan cantik ini akan bercerita tentang berbagai macam informasi, berita atau hal-hal lainnya yang ia dapat di media sosial miliknya, atau terkadang ia akan bercerita tentang tingkah lucu keponakan kami yang ia dengar dari cerita kaka ipar ku, yang selalu ku respon dengan jawaban "makanya rajin-rajin bikin, biar punya anak kecil lucu juga" Yang akan direspon balik olehnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan namun itu menggemaskan bagiku.
Setelah selesai makan biasanya adalah bagian ku untuk mencuci semua piring bekas sarapan ini, terkadang perempuan cantik itu akan berkata bahwa ia saja yang akan membersihkannya. Namun perkataannya lagi-lagi tak akan ku turuti dengan alasan, aku tak ingin tangannya yang lembut itu menjadi kasar karena produk sabun kimia atau apapun itu penyebabnya. Aku sangat tak ingin sentuhan lembut dipipiku setiap pagi berubah menjadi sentuhan kasar, yang membayangkannya saja sudah membuatku benar-benar tak ingin merasakannya.
Dari aku bangun tidur hingga aku berada diteras rumah sembari memasang sepatu ku, perempuan cantik ini akan terus berada di sisiku, tak lupa dibawakannya ransel milikku yang berisikan keperluan kerjaku. Terdengar suara klakson kendaraan dari tetangga yang menyapa ketika melewati depan rumah kami, yang biasanya ku balas dengan balik menyapa diiringi mengangkat sebelah tanganku atau hanya sebatas tersenyum.
Aku yang telah selesai memasang sepatuku, berdiri lalu mengambil ranselku yang telah dibawakan perempuan cantik itu sedari tadi dari dalam rumah. Diambilnya tangan kananku yang kemudian diciumnya dengan lembut dan diirikan ucapan agar aku selalu berhati-hati dijalan, serta meminta ku cepat pulang begitu sudah waktunya. Aku melakukan kebiasaan ku mengelus pipinya dengan tanganku yang kemudian ku tambahkan sebuah kecupan lembut dikeningnya, yang pasti akan dibalasnya dengan sebuah pelukan erat ke arahku, sembari kembali meminta ku untuk segera pulang.
Ditengah pelukan hangat dan nyaman itu terdengar suara keras yang begitu mengganggu telinga, aku yang menoleh kebelakang menyangka itu suara klakson kendaraan milik tetangga lain yang sedang lewat, namun tak ada siapa pun yang lewat depan rumah kami. Suara itu terus terdengar keras dan sangat menganggu, namun perempuan cantik ini seakan tak terganggu dan terus erat memelukku, berbeda dengan ku yang sangat terganggu dan terus berusaha mencari asal suara tersebut, yang entah mengapa aku merasa suaranya begitu dekat dengan telingaku. Dan ketika aku menemukan sumber suara tersebut, aku menyadari suara itu berasal dari suara alarm ponsel milikku.
Ciihh aahhh sial.