Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
P A T A H
0
Suka
1,463
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Minggu Pertama

“Vir, Sabtu besok ikut yuk, welcoming party di Apartemen Noora!” ajak Dimas

“Sorry Dim, Vira mau nemenin gue belanja make up. Sabtu besok lagi ada big sale soalnya… Lo mau nitip sekalian gak? Gak usah bayar jastip kok.” Nia mewakili Vira menjawab ajakan Dimas.

“Trus lo berdua gak join dong sabtu besok di Apartemen Noora? Tega lo semua! Masa gak mau ikut bantuin dia pindahan sih.” protes Dimas.

“Apa gunanya lo ada kalo gak bisa bantuin angkat barang-barang nanti Dim….??? Gue udah bilang Noora kok kalo kita berdua gak ikut trus dia juga oke oke aja. Kenapa malah lo yang sewot sih! Wooo dasar manusia aneh!!!” ledek Nia yang langsung menggandeng tangan Vira dan meninggalkan Dimas sendirian di Pantry.

“Hari ini gue udah bohong berkat lo. Balik kerja harus jajan drive thru pokoknya!” pinta Nia pada Vira yang langsung direspon anggukan kepala sambil tersenyum kecil.


Minggu Kedua

“Ada tempat nongkrong yang baru buka loh gak jauh dari kantor kita. Cobain yuk besok!” ajak Dimas begitu melihat Nia dan Vira yang sedang ingin menyeduh kopi di Pantry.

“Dim, kita udah cukup lelah dari hari Senin sampai Jumat ke daerah Sudirman buat ke Kantor dan lo suruh kita kesini lagi di hari Sabtu? Tolonglah Dim…. Satu jam yang sangat berharga di hari Sabtu lebih baik digunakan untuk tidur daripada harus otw ke Sudirman di hari libur yang sangat dinantikan.” jelas Nia panjang lebar ditambah Vira yang menganggukan kepalanya tanda setuju.

“Ihh, kalian kenapa gak asik gini sih!!” kali ini Dimas yang meninggalkan Vira dan Nia di Pantry.

Just enjoy your time on Saturday ya Vir. Kalau nanti Dimas ngajak lo lagi, bilang aja lo mau temenin gue ngajak jalan-jalan Azzo.” kata Nia yang lagi-lagi hanya dijawab anggukan kepala oleh Vira.


Minggu Ketiga

“Kalau gue ajak lo berdua buat main bareng hari Sabtu, pasti lagi-lagi kalian gak bisa kan? Kalian tuh sesibuk itu ya di hari Sabtu?” kali ini Dimas menghampiri meja Nia dan Vira.

“Kalau anda sudah tahu jawabannya, kenapa masih bertanya bapak Dimas Mahendra….???” jawab Nia yang matanya terus fokus ke layar laptop.

“Sabtu ini, lo sibuk juga Vir?”

Vira langsung melirik kalender yang ada di mejanya dan malah terkaget setelah melihat kalender.

“Vir…???” Dimas sedikit kebingungan melihat Vira yang tetap tidak menjawab pertanyaannya.

Nia langsung melirik ke arah Vira dan juga melihat ke arah kalender yang ada di meja Vira.

“Sibuk Dim. Sibuk. Vira sibuk. Gue juga sibuk. Udah ya Dimas Mahendra…. Gak usah tanya-tanya lagi soal kegiatan hari Sabtu kita. Kita selalu sibuk hari Sabtu.” jelas Nia sambil mendorong badan Dimas agar tidak lagi berada di dekat meja mereka.

Setelah berhasil mengusir Dimas, Nia langsung meraih tangan Vira dan mengajaknya keluar ruangan. Nia mengajak Vira ke tangga darurat agar tidak ada yang bisa mendengar percakapan mereka berdua.

“Ini udah setahun loh Vir. Mau sampai kapan?”

Vira hanya terdiam mendengar pertanyaan Nia.

“Lo harus bersyukur karena orangtua lo tajir, jadi lo bisa dengan mudah sewa satu baris kursi bioskop setiap hari Sabtu selama hampir setahun ini. Coba pake logika deh, gaji kita mana cukup buat nurutin apa yang lo lakuin tiap hari Sabtu selama hampir setahun ini. Pergi ke Bandung setiap pagi bawa mobil sendiri, ke Taman Bermain cuma buat duduk sambil baca buku yang sama terus-terusan, ke Rumah Sakit duduk di deket Ruang Gawat Darurat liatin orang-orang yang lewat dan malamnya ke Bioskop sewa satu baris kursi paling atas.” kata Nia panjang lebar yang membuat Vira malah kebingungan mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Lo gak capek apa ngelakuin hal yang sama selama hampir satu tahun? Udah ya Vir. Please. Boleh ya, hari Sabtunya ngelakuin hal yang lain aja?” emosi Nia mulai pecah.

“Kok lo tahu?” kali ini Vira mulai membuka suaranya.

“Bukan lo doang yang ngelakuin kegiatan rutin itu di hari Sabtu, gue juga. Gue selalu ngikutin yang lo lakuin tiap hari Sabtu. Selama hampir satu tahun ini. Lo gak akan mau gue temenin, jadi gue ngikutin lo dari jauh biar lo gak sadar setiap lo pergi hari Sabtu. Gue sampai nemuin Manager Taman Bermain buat minta free pass karena gue masuk kesana cuma buat ngawasin lo baca buku tanpa naik wahana disana. Gue juga nemuin Manager Bioskop buat minta ijin bediri di ujung area kursi bioskop biar bisa tetep ngawasin lo yang lagi nonton bioskop. Gue juga yang minta tolong Perawat sama Satpam Rumah Sakit biar lo boleh tetap duduk di kursi deket ruang Gawat darurat dan gak nyuruh lo buat pergi karena gak ada kepentingan buat ada disana.” jelas Nia yang makin membuat Vira terkejut.

Sorry kalau gue bikin lo susah selama setahun terakhir ini.”

“Bukan itu maksud gue Vira…. Gue dengan senang hati untuk lo repotin tentang apa pun itu…. Tapi please…. Udahan ngelakuin hal terus-terusan kayak gini. Ini udah mau setahun lo ngelakuin ini. Lo gak capek? Rangga juga gak akan mau lihat lo terus-terusan kayak gini.”

Vira hanya bisa diam mendengar perkataan sahabatnya itu.

“Gue bukan ngelarang lo buat bersedih, tapi kalau terus berlarut kayak gini juga gak bagus buat lo Vir. Bersedih secukupnya aja ya. Boleh?”

Setelah mendengar ucapan Nia, tangis Vira malah pecah. Dia terus menangis lama. Nia tetap memeluk Vira yang terus menangis.

Rangga meninggal satu tahun lalu. Vira benar-benar tidak percaya ketika adik Rangga menelponnya untuk mengabarkan bahwa Rangga mengalami kecelakaan ketika mereka sedang berlibur. Kecelakaan beruntun yang Rangga alami mengakibatkan dia meninggal di tempat. Vira yang juga waktu itu sedang berlibur mengunjungi sepupunya di Singapura langsung mengambil penerbangan tercepat untuk pulang ke Indonesia. Selama proses pemakaman Rangga, Vira masih merasa tak percaya bahwa Rangga benar-benar pergi meninggalkan dia untuk selamanya. Mereka baru saja merencanakan untuk bertukar oleh-oleh tapi tahu-tahu Rangga malah pergi meninggalkannya.

Rangga adalah salah satu pria ajaib yang pernah Vira temui. Cara dia menyatakan cinta pada Vira pun sangat unik.

“Lo tau gak Ni, dia ke Rumah gue, bawa martabak dua bungkus buat nyokap bokap. Biar gak rebutan katanya. Terus minta izin ke mereka buat jadi pacar gue. Dia sampe bilang kalau ngajak gue jalan akan selalu bawa mobil bokapnya biar gue nyaman dan ajak adeknya biar gak cuma berdua. Gak akan pulang lebih dari jam sembilan malam kecuali jalanan macet banget. Terus dia sampai bilang tentang rencana masa depan dia setelah lulus SMA kalau dia mau kuliah kedokteran tapi tetap kerja di toko kue nyokapnya biar bisa nabung dan gak akan buat gue nunggu lama – lama buat nikah karena harus nungguin dia sekolah kedokteran yang lama banget.” cerita Vira panjang lebar waktu itu.

Vira benar-benar terlihat bahagia menceritakan keunikan Rangga. Rangga benar-benar membuat Vira percaya bahwa cinta memang indah.

“Gue emang gak tau seberapa hancur hati lo ketika harus kehilangan Rangga, tapi please Vir. Rangga juga pasti gak mau lihat lo terus sedih gini. Gue juga bukan maksa lo buat buka hati lo buat orang baru kalo lo emang belom siap. Tapi tolong jangan terlalu berlarut sama kehilangan ini, Vir. Lo juga jadi terlalu menutup diri buat orang-orang baru. Udah setahun kerja gini aja temen makan siang lo cuma gue. Waktu gue cuti bulan lalu, lo malah makan di meja lo sendirian dan beralasan banyak kerjaan pas pada ngajak makan bareng.”

“Gue cuma gak mau harus ngerasain kehilangan lagi Ni. Sakit banget rasanya.”

“Tuhan membuat lo ketemu Rangga, juga kemudian mengambilnya pasti ada maksudnya Vir. Kita itu bisa belajar bukan cuma dari hal baik yang kita alami aja, tapi juga dari hal paling buruk sekalipun. Lo setuju soal itu kan?”

XXXXX


 “Hari ini satu tahun kita pacaran. Aku minta izin sama mama papa kamu buat pergi berdua aja untuk malam ini. Juga pulang sedikit lebih malam tapi gak lebih dari jam 12. Kalau biasanya aku beli empat kursi paling atas buat kita nonton biar kamu gak terlalu terganggu sama kursi sebelah, kali ini aku berhasil booking satu studio buat kita nonton malam ini. So, enjoy the movie Vira.” jelas Rangga panjang lebar yang terus menatap dalam mata Vira.

Ternyata Rangga sudah mempersiapkan semuanya dengan matang untuk hari spesial mereka ini.

Rangga menyewa satu studio untuk mereka nonton hari itu. Film yang mereka tonton adalah The Greatest Showman. Film yang sangat amat ditunggu oleh Vira. Setelah selesai nonton, Rangga mengajak Vira ke sebuah Rumah Sakit. Mereka berdua sama-sama duduk dibangku dekat ruang operasi.

“Kamu tahu Vir, orang-orang yang biasanya duduk dikursi ini adalah orang-orang yang penuh cemas dan harap. Mereka cemas dengan keadaan orang yang sedang berada didalam ruangan, juga berharap agar para Dokter yang ada didalam bisa menyelamatkannya. Tindakan operasi adalah tindakan paling menegangkan bagi orang-orang yang menunggu diluar ruangan, juga orang yang ada didalam ruangan. Aku ingin jadi orang yang bisa memberikan berita bahagia untuk orang-orang yang menunggu duduk disini. Walaupun aku gak yakin selalu bisa mengabarkan berita bahagia aja. Kalaupun aku harus memberikan berita buruk, aku berharap bisa menguatkan mereka.”

Vira terus menatap mata Rangga yang begitu terlihat bersemangat menceritakan mimpinya. Vira suka melihat Rangga seperti ini. Melihat Rangga yang sangat bersemangat bercerita tentang harapan masa depannya.

*****

Disinilah Vira sekarang. Tepat didepan pusara Rangga. Rangga Saputra. Senang bisa mengenalmu. Menjadi bagian dalam hari-harimu. Mendengarkan seluruh rangkaian harapan untuk hari esokmu. Menjadi sosok yang kau cemaskan ketika aku pulang larut. Mendengar sesalmu yang tidak bisa menjemputku karena harus tetap siaga di Ruang Instalasi Gawat Darurat. Terima kasih untuk hal-hal yang telah kita lalui kemarin. Aku akan mencoba untuk tidak terlalu sering mengunjungimu walau itu sulit. Nia bilang, aku harus mencoba untuk menambah teman baru biar kalau dia tidak masuk kerja, aku tidak makan siang sendirian. Aku akan mencoba juga sarannya. Maaf kalau masih belum bisa benar-benar melepasmu. Walaupun Nia bilang satu tahun itu lama, buatku, hari dimana kamu pergi, masih terasa seperti kemarin. Waktu masih berjalan sangat pelan untukku. Maaf untuk itu. Maaf kalau aku masih membuatmu bersedih ketika melihatku dari atas sana.

Pelan-pelan ya, Ngga. Seperti yang selalu kamu bilang, perjalanan itu, biar bisa dinikmati setiap langkahnya, biar tidak ada yang terlewat, biar tidak cepat lelah juga, pelan-pelan saja dilaluinya.


End.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
P A T A H
AlifatulM
Novel
Bronze
Sang Pelancong
Adrian Syahminur
Novel
NOTHING
I | N
Novel
Sukma Raga
Yeni fitriyani
Novel
Bronze
My Short Stories Journey
Ratih Farida
Novel
Bronze
Mengaku Sultan
Herman Sim
Flash
Antara Pelangi dan Matahari
Lita Soerjadinata
Flash
Sebentar, Nak, Ada yang Belum Pulih
Atsuka D
Novel
Aku Tak Pernah Bersedih
zaky irsyad
Novel
Find The Culprit
mikaji Al daufan
Novel
Bihan
Bob Haazel
Novel
Bronze
Gone
jingria_jk
Novel
Bridecov-19
Nimas Rassa Shienta Azzahra
Novel
Tentang Sebuah Cerita
AlifatulM
Novel
Gold
KKPK Happy Camp
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
P A T A H
AlifatulM
Novel
Tentang Sebuah Cerita
AlifatulM
Cerpen
D I S T A N C E
AlifatulM
Flash
K A B A R...
AlifatulM
Flash
Karena Hanya Nara
AlifatulM
Flash
Pulih. . .
AlifatulM
Flash
Tentang yang Hilang
AlifatulM
Flash
ES KRIM MINT CHOCO
AlifatulM
Flash
Pengertian Cinta
AlifatulM
Flash
Seseorang yang putus asa
AlifatulM
Flash
Luka
AlifatulM
Flash
Tempat Ternyaman di Dunia
AlifatulM
Novel
Dengar
AlifatulM
Flash
Terhitung dan Tidak Terhitung
AlifatulM
Flash
Warna. . .
AlifatulM