Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Judul: Notifikasi Terakhir
Bab 1: Video Pertama
Malam itu, Raka, seorang remaja 17 tahun dengan aura introver yang pekat, sedang tenggelam dalam lautan linimasa media sosialnya. Kamar tidurnya yang remang-remang hanya diterangi oleh cahaya kebiruan dari layar ponselnya, menciptakan bayangan aneh yang menari di dinding. Ia adalah tipikal siswa SMA akhir yang lebih memilih interaksi virtual daripada dunia nyata, bersembunyi di balik profil daringnya dari tuntutan sosial yang terasa melelahkan. Jemarinya menari lincah di atas layar, menelusuri unggahan teman-temannya yang riuh, meme-meme receh, dan berita-berita viral yang silih berganti memenuhi perhatian. Sebuah rutinitas malam yang monoton, namun menenangkan bagi jiwanya yang selalu merasa sedikit canggung di keramaian.
Namun, ketenangan itu seketika terusik. Sebuah notifikasi aneh tiba-tiba muncul di layar ponselnya. Biasanya, notifikasi itu berasal dari akun-akun yang ia kenal atau grup-grup obrolan yang ia ikuti. Tapi kali ini berbeda. Nama pengirimnya adalah deretan karakter acak yang tidak familiar, semacam kode samar tanpa makna, dan profilnya hanya berupa ikon kosong tanpa foto. Rasa penasaran bercampur sedikit kecurigaan menyeruak. Jarang sekali ia menerima notifikasi dari akun tak dikenal, apalagi yang terasa begitu misterius.
Dengan sedikit ragu, Raka mengetuk notifikasi tersebut. Layar ponselnya seketika berpindah ke aplikasi pemutar video. Sebuah video berdurasi 30 detik mulai diputar otomatis, tanpa sempat ia menekan tombol play. Detik pertama video itu menampilkan kegelapan pekat, disusul suara hujan deras yang mengguyur, dan kilatan petir yang sesekali menerangi. Raka mengerutkan kening. Apa ini? Prank? Video creepy-pasta yang sering dibagikan di internet?
Lalu, sebuah objek mulai terlihat samar-samar. Sebuah jalan raya yang basah kuyup, diterangi remang-remang lampu jalan yang buram oleh tetesan air hujan di lensa kamera. Pandangan kamera bergerak cepat, seolah dipegang oleh seseorang yang berlari atau melaju kencang. Raka merasakan firasat aneh mencengkeram dadanya. Semakin jelas gambar itu, semakin dingin tangannya.
Video itu menunjukkan sebuah tikungan tajam, Jalan Wijaya—ia mengenali lokasi itu. Tiba-tiba, sebuah motor melaju kencang dari arah berlawanan, menembus derasnya hujan. Motor itu adalah motor Rani, kakaknya. Jantung Raka berdegup tak karuan. Ia tahu motor Rani. Ia tahu jaket hujan merah yang dikenakan pengendara itu adalah milik Rani. Suara desingan motor dan deru hujan yang semakin kencang mengisi telinganya.
Detik-detik berikutnya terasa seperti diputar dalam gerak lambat yang menyiksa. Motor Rani, yang melaju terlalu cepat di tikungan licin itu, kehilangan kendali. Ban belakangnya selip, tubuh motor oleng tak terkendali. Raka melihat dengan jelas sosok Rani terpental dari motornya, terlempar ke aspal yang basah. Suara benturan keras, seperti pecahan kaca dan logam yang beradu, memekakkan telinga. Lalu, keheningan. Hanya suara hujan yang terus mengguyur dan napas Raka yang tercekat.
Kamera mendekat, fokus pada tubuh yang tergeletak tak bergerak di genangan air, di bawah cahaya redup lampu jalan yang berkedip-kedip. Rambut hitam panjang yang basah kuyup, jaket merah yang robek di beberapa bagian, dan genangan merah pekat yang mulai menyebar di sekitar kepala. Rani. Tidak salah lagi. Itu adalah kakaknya, tewas dalam kecelakaan motor, persis di tikungan Jalan Wijaya, saat malam hujan.
Raka menjatuhkan ponselnya ke kasur. Dadanya naik turun dengan napas tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Video itu terlihat san...