Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sulian sangat bahagia. Impiannya selama ini menjadi kenyataan. Menjadi kekasih seorang Langit. Sudah hampir tiga bulan, sejak awal perkenalan, Sulian sudah jatuh hati pada pria tampan dan berkarisma tersebut. Sosok Langit adalah tipe ideal idaman Sulian. Perawakan tinggi, tampan, pendiam namun punya mata yang tajam. Tak luput juga dari perhatian Sulian bahwa Langit adalah seorang pengusaha muda sukses. Punya beberapa cabang usaha kuliner yang tersebar di wilayah Indonesia.
Perkenalan mereka bermula ketika menghadiri sebuah pesta ulang tahun salah satu kerabat Sulian. Pada saat itu Langit juga hadir. Kebetulan Langit adalah teman sekolah dari pacar saudaranya itu.
“Kenalkan dong aku sama Langit,” kata Sulian pada Puspita, saudara sepupunya.
“Kan uda tadi, kenapa? kamu suka ya? Sayang uda punya orang,” kata Puspita legit. Seketika semangat Sulian runtuh. Tapi bayangan Langit selalu mengikutinya sampai esok hari dan esoknya lagi. Senyuman Langit masih terasa indah dimata Sulian saat mereka bersalaman.
“Langit,” ucap pria cakep yang mengulurkan tangannya terlebih dahulu pada Sulian. Dan Sulian menyambut tangan itu dengan hangat hingga Ia lupa untuk melepaskannya.
“Ehm. Kamu tinggal di mana?” itulah kata pembuka pembicaraan antara Sulian dan Langit. Walau hanya pembicaraan yang penuh basa-basi tapi sangat berkesan bagi Sulian. Obrolan mereka terhenti saat puspita memulai acara potong kue.
Sulian mendatangi Puspita di rumahnya. Meminta nomor telepon Langit. Walau dengan sedikit terpaksa, puspita mengabulkan permintaan Sulian.
“Aku sudah bilang pria itu sudah punya kekasih. Dengar-dengar mereka sudah berpacaran cukup lama. Jadi aku sarankan jangan terlalu berharap,” ujar Puspita kurang suka jika sepupunya itu akan jadi perusak hubungan orang lain.
“Siapa bilang aku mau merebut pacar orang,” Sulian mengalihkan anggapan Puspita. Tapi sebenarnya Sulian mengerti kalau hati Langit sudah milik orang lain. Apa salahnya sekedar berteman dan siapa tahu nanti mereka bisa jadi rekan bisnis.
Setiap hari Sulian mengirim pesan lewat telepon seluler melalui whatsapp. Dari sepuluh kali pesan dikirim Sulian hanya satu yang dibalas Langit. Sulian tetap senang apalagi saat Langit membalas salah satu chat. Walau balasannya cuma ‘aku lagi ada di Bali. Kalau kamu ke bali jangan lupa mampir di villaku’ kemudian di lampiri dengan foto villa milik Langit yang sangat mewah ditambah panorama memesona.
Hingga pada suatu ketika, Langit tetiba mengirim pesan pada Sulian. Bagai mimpi, Sulian sengaja tak membaca pesan tersebut. Ia akan menunggu saat yang tepat. Namun sepertinya langit tak sabar mendapat balasan. Lalu Ia langsung menghubungi Sulian.
“Hallo Sulian. Apakah kamu baik-baik saja?” suara di seberang sana terdengar putus asa.
“Ya…Tentu saja aku baik-baik saja. Maaf, aku belum sempat membaca pesanmu.”
“Bisakah kita bertemu sore nanti.”
“Baiklah.”
Langit menyebutkan suatu alamat tempat mereka akan bertemu. Sebuah restoran padang , letaknya tak jauh dari tempat kerja Sulian. Apa yang membuat Langit mendadak ingin menemuinya? Sulian berpikir keras. Bagaimana kalau Ia mencoba menghubungi Puspita saja untuk mencari tahu? Ah, Puspita pasti akan menyuruhnya untuk menolak pertemuan itu.
Sesuai waktu yang telah ditentukan. Ternyata Langit sudah menunggu Sulian cukup lama. Duduk di sebuah meja dekat jendela dengan pemandangan orang berlalu lalang di jalan raya. Langit duduk sambil melihat pintu ditemani secangkir kopi susu.
“Syukurlah kamu sudah datang. Maaf jika undangan ini mengganggumu,” Sapa Langit saat Sulian mendekati mejanya.
“Tentu saja tidak,” Sulian tersipu malu. Ia kikuk menghadapi Langit secara langsung. Setelah semua pesannya untuk Langit beberapa hari lalu.
“Kebetulan aku mau buka cabang villa baru, masih di kawasan Bali,” kata Langit. Semua keperluan bisnisnya sudah rampung kecuali bagian pemasaran. Langit langsung ingat pekerjaan Sulian yang bergerak dalam bidang advertising.
Sulian pun menanggapi permintaan Langit jadi kliennya dengan senang hati. Berada di dekat Langit seperti mimpi indah. Dan Sulian tidak ingin terbangun. Andai saja, Ia dapat memiliki Langit maka Sulian ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama langit.
“Bagaimana, apa kamu setuju?” Langit menatap Sulian.
“Oh, tentu saja aku setuju. Apa saja yang kamu inginkan untuk iklan ini akan aku penuhi,” Sulian gelagapan mendengar interupsi Langit, sebab dari tadi Ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Setelah 1 bulan lamanya mereka bersama. Sulian bekerja dengan penuh semangat. Segala tenaga dan pikiran telah Ia berikan untuk iklan villa milik Langit. Hingga sampai saat semuanya telah rapung, Langit tersenyum puas. Langit mengadakan acara pembukaan villa barunya di Bali. Tentu saja turut mengundang Sulian. Langit memberikan tiket dan hotel gratis untuk Sulian, agar bersedia hadir di acara pemukaan tersebut.
Di sanalah Sulian mengetahui bahwa Langit tidak lagi bersama kekasihnya. Ternyata sudah sejak lama hubungannya dengan sang kekasih sedang tidak baik-baik saja. Sulian mulai mengerti kenapa Langit tak membawa kekasihnya pada perayaan ulang tahun puspita.
“Kesibukan membuat kami tak bisa melanjutkan hubungan. Dia wanita karier yang punya segalanya hingga Ia dengan mudah melupakanku,” kata Langit pada Sulian sambil meneguk minuman anggur merah di dalam gelas.
Sulian hanya diam dan mengangguk pelan. Sulian ingin Langit tahu bahwa Dia sedang mendengarkannya.
“Bagaimana denganmu? apakah kamu tak punya kekasih. Aku tidak percaya kalau kamu seorang jomblo.Hahaha,”Langit mencoba mencairkan suasana.
Sulian mengambil minuman dari seorang waiters. “Aku sedang menunggu seseorang. Aku sangat menyukainya sejak pertama bertemu”
Langit bertepuk tangan saat sebuah grup band pengisi acara, mulai menyanyikan sebuah lagu permintaannya.
“Orang itu adalah kamu,” ujar Sulian berharap Langit tak mendengar.
“Ya?”
Sulian tersenyum melihat reaksi Langit. Ia mulai mengikuti Langit, memperhatikan alunan musik yang dimainkan di atas panggung.
“Apakah orang itu tahu kalau kamu sedang menunggunya?” tanya Langit setelah musik selesai.
“Ya. Aku rasa Dia tahu. Apa kamu tidak merasakan apa yang sedang aku rasakan. Aku menunggu kamu”
“Jangan bercanda. Itu tidak lucu buat aku yang baru putus cinta.”
Sulian meraih tubuh Langit agar menghadap padanya,” Aku serius.”
“Baiklah,”hanya kata itu terlontar dari mulut Langit untuk memulai hubungan mereka. Sulian tak menyangka hubungan mereka akan berlanjut secepat itu. Dari awal hanya hubungan pekerjaan sampai menjadi sepasang kekasih. Sulian memberi tahu Puspita tentang pacar barunya. Dan dari Puspita, Sulian tahu kalau mantan kekasih Langit akan segera menikah dengan orang lain di luar negeri.
Sulia tidak menyia-nyiaka kesempatan bersama Langit. Dia selalu memberikan perhatian lebih pada Langit tanpa mengharapkan balasan yang sama. Setiap hari, Sulian berusaha menjaga komunikasi dengan Langit sebaik mungkin. Walau kesempatan untuk bertemu hanya satu kali seminggu.
“Kenapa diam saja. Apa ada masalah dikantor?” tanya Sulian.
“Aku cuma kurang semangat.”
Sulian kecewa menerima sikap Langit. Mereka baru saja bertemu dan sekarang Langit malah suka mengeluh. Langit meminta untuk mengakhiri pertemuan pada malam minggu ke delapan . Sulian berbesar hati ketika harus berpisah di teras rumah. Langit mengantar pulang Sulian setelah maka malam. Melambaikan tangan kemudian berbalik badan lalu menghilang dari pandangan .
Tak ada sebab pasti mengapa Langit berubah. Apa hubungan mereka sebuah kesalahan? Sulian tidak henti bertanya pada dirinya sendiri. Dua minggu kemudian Langit tak pernah memberi kabar. Bahkan chat seperti digantung tidak pernah dilihat apalagi dibaca. Kesabaran Sulian telah habis. Ia mendatangi kantor tempat Langit bekerja.
“Kamu harus jujur sama aku. Ada masalah apa hingga kamu sengaja memberi jarak atara kita,”mata Sulian melihat kartu undangan di atas meja Langit.
“Ternyata karena ini,” Sulian menggenggam undangan tersebut.
“Seharusnya kamu sadar, Dia tidak mencintai kamu lagi!! Selamat, kamu sudah berhasil membuat aku kecewa seperti yang kamu rasakan,” Sulian melempar undangan itu ke wajah Langit dan bergegas pergi.
Tiga hari setelah kejadian itu Sulian menerima pesan dari langit untuk bertemu dan menjelaskan semuanya. Sulian menanti langit di kantin tak jauh dari tempatnya bekerja. Hujan rintik-rintik menemani Sulian bersama roti dan teh hangat. Berulang kali Sulian melihat dari kejauhan, berharap sosok yang ditunggunya muncul di sana.
*****
Langit sudah mantap untuk mengatakan pada Sulian tentang apa yang seharusnya terjadi antara mereka. Menjalin hubungan baru adalah suatu kesalahan, jika hati masih menjadi milik kekasih yang lama.
Langit tak ingin melibatkan Sulian dalam kegagalan hidupnya. Langit turun dari mobil. Membentangkan payung dan berjalan menembus hujan. Ia terpaksa memarkir kendaraannya di tempat kosong .
Langit sadar bahwa kenyataan ini akan menyakiti perasaan Sulian. Langit melihat sisi kiri jalan. Entah dari mana cahaya sangat terang itu datang menghampiri tubuhnya. Cahaya itu semakin dekat dan semakin terang hingga menyilaukan mata hingga tak mampu untuk dilihat. Langit terpental ke atas dan sangat jauh.