Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Sejarah
Bronze
NINI TAMBAK
1
Suka
43
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

NINI TAMBAK

 AR. Zanky

Langit cerah. Biru dan dalam. Hujan baru usai sejam berselang. Bunga-bunga telepok putih yang bermekaran sekitar area bersawahan bergoyang tak kentara disaput angin petang yang lembut.

Pada bagian sawah yang airnya cukup dalam tumbuh rumpun purun dan budung, membentuk pulau kecil di tepi telaga yang penuh dengan teratai.  Bunga-bunganya yang sebesar kepalan tangan balita belum lagi mekar. Sekitar dua minggu lagi, seluruh area telaga itu akan disemarakkan oleh bunga-bunga merah bersirip putih yang membuka selebar telapak tangan. Di tengah-tengahnya ada tongkol buah berwarna kuning muda sebesar jempol kaki orang dewasa.Kumbang dan lebah akan berpesta madu selama seminggu. Bila angin bertiup dari selatan, wangi bunga-bunga itu akan sampai ke langkan jendela tempat ia berdriri sekarang.

Ia selalu ingin suasana seperti ini hadir berlama-lama. Seluruh waktu selama sehari penuh sepertinya mengkristal dalam saat seperti ini, ketika hari perlahan memudar memasuki transisi waktu antara, lalu senja mengatup tenang di cakrawala, dan bintang pertama berkedip samar di cakrawala senja.

Pastilah bumi ini diciptakan menurut citra surgawi,  ia teringat pandangan para mistikus. Kadang ia seakan bisa merasai pesan yang diisyaratkan sebuah pemandangan atau suasana. Seperti ada yang menitik nun jauh di kedalaman semesta dan gemanya memantul pada relung-relung hatinya. Lalu sebuah lorong terbuka perlahan, jauh dan panjang. Lorong itu begitu sunyi tentram sehingga menyedot seluruh kerinduan dan impian kefanaan, kalis tak tersisa. Intuisinya jadi tajam dan peka. Sehingga kelimpahan waktu yang keramat itu membayang kekal pada segala yang tercerap panca indra. Betapa ia ingin hanyut abadi dalam aliran kesadaran waktu yang tak berkesudahan itu.

Matahari akhirnya menyungsup di antara rimbun pulau kelapa di sebelah barat desa. Sisa cahayanya yang merah keemasan menembus dedaunan melambai, menciptakan alur-alur gemerlapan di permukaan air sawah yang mulai menggelap. Serombongan bangau putih melintas di atas pulau kelapa . Burung tatapayan mengguguk dari kejauhan, dari padang-padang budung dan purun di tepi telaga.  Sayup terdengar adzan dari menara masjid desa ketika kegelapan menutupkan sayap-sayapnya di sepenuh ufuk cakrawala.

Perempuan itu menutup jendela. Menyalakan lampu yang cuma dua biji itu. Di musim begini baterai sering tidak terisi penuh. Banyak mendung, atau panel suryanya sudah mau aus. Nampaknya ia akan punya cukup mood untuk menulis lagi. Berbulan-bulan ia merasakan sema- cam firasat yang mendesak untuk segera menga...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Sejarah
Cerpen
Bronze
NINI TAMBAK
Abdurrazzaq Zanky
Novel
Gold
Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Sang Kiai
Imajinasiku
Novel
Bronze
Langit Menangis di Balik '98: Kisah Perjuangan dan Pencarian Identitas
Aisyah Salsabila Putri
Novel
Bronze
Gadis Tanpa Jiwa
Husni Magz
Novel
Dahlia Merah di Penghujung Abad
tuhu
Cerpen
Bronze
September di Kota Kembang
Silvarani
Skrip Film
Keris Bima Sakti: The Return of Jena Teke
Vitri Dwi Mantik
Novel
Gold
Cinta, Kesehatan, dan Munajat Emha Ainun Nadjib
Noura Publishing
Novel
Gold
Mikiran Yayat: Dari Yayat, Oleh Yayat, Untuk Rakyat
Bentang Pustaka
Cerpen
Bronze
apa itu wla188?
wla188
Novel
Gold
Kagum kepada Orang Indonesia
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Garis Waktu yang Terulang
Dimas Adiputra
Novel
Bronze
Tumbang
Sekarmelati
Novel
N250: LANGIT TANPA BATAS
Rizki Ramadhana
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
NINI TAMBAK
Abdurrazzaq Zanky
Novel
GENOSIDA KESUNYIAN
Abdurrazzaq Zanky
Cerpen
Bronze
ALIBI
Abdurrazzaq Zanky