Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Nala figur sederhana, tak ramai kelilingnya, ’92 lahirnya. Suara merdu sang pemilik lagu mengalun indah di saat emosi hampir tak sanggup kukuasai, hanya dengan dua kata itu hatiku luluh lantah.
Dua jam yang lalu, kursi, bangku, serta meja di garis pandangku seperti tak bermilik, kosong walaupun dedaunan kering kerap menyapa. Aku menatap malas sambil memainkan sedotan di dalam gelas yang tak berisi. Kuaduk udara yang ada di dalamnya dengan putaran searah jarum jam sambil mengharapkan Mas Andra akan tiba di putaran ke-100. Genap di putaran dua puluh menuju seratus, seorang lelaki jangkung dengan kulit eksotis mengetuk pelan meja tempatku menopang siku. Aku tidak menoleh karena kehadirannya sudah kunantikan semenjak dia melambaikan tangan dari pintu masuk.
“Halo, dek”, sapanya dengan nada khas pria dewasa.
“Iya, mas. Duduk aja.” Kujawab tak berirama.
Mas Andra menarik kursi di sebelahku, tapi aku angkat suara sebelum ia nyaman di kursi itu.
“Kita duduk berhadapan saja mas, ada hal penting yang perlu dibicarakan.”
Dia di sebelahku, tapi enggan kulirik ...