Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di sebuah lembah yang jauh dari hiruk-pikuk manusia, hiduplah seekor naga bernama Bima. Bima berbeda dari naga-naga lain. Ia tidak mengincar emas, permata, atau mahkota kerajaan. Hal yang paling ia cintai di dunia hanyalah aroma masakan manusia, terutama yang menempel dengan wangi pedas, hangat, dan menggoda lidah.
Setiap pagi, Bima mengintai desa yang terletak di ujung lembah. Ia melayang-layang di atas pepohonan, mengendus udara. Bau bawang goreng, potongan ayam, dan cabe merah yang terpanggang di wajan selalu membuat perutnya bergemuruh.
“Hari ini… hari ini aku akan mencicipi nasi goreng itu,” gumamnya, sambil mengibaskan sayap yang lebar dan berkilau di bawah sinar matahari. Ekor Bima bergoyang penuh antusiasme, menghancurkan beberapa batang rumput di lembah.
Masalahnya, Bima belum pernah mendekati manusia. Ia tahu cerita naga-naga lain: jika turun terlalu dekat, mereka akan diusir, ditembaki, atau—yang lebih buruk—dikejar dengan tombak. Namun rasa lapar dan penasaran mengalahkan ketakutannya.
Di desa, aroma nasi goreng makin kuat. Bima mencondongkan kepalanya, mengendus, lalu meluncur perlahan. Ia menjejak tanah di tepi desa dengan hati-hati, mencoba terlihat tidak menakutkan. Tentu saj...