Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bayang-Bayang Kehilangan
Rizwan berdiri di depan jendela besar kantornya di lantai atas Mall Rizwan Plaza, gedung yang menjadi salah satu simbol kesuksesannya di kota ini. Pandangannya melayang ke luar, ke kerumunan orang-orang yang sibuk berjalan di bawah. Tapi pikirannya tidak ada di sana.
"Riz, meeting dengan investor akan dimulai 15 menit lagi," kata sekretarisnya, Bu Lestari, sambil masuk ke ruangannya.
Rizwan mengangguk tanpa menoleh. "Saya tahu. Siapkan semua data yang dibutuhkan."
Bu Lestari mengangguk dan keluar, meninggalkan Rizwan dengan pikirannya sendiri. Ia berjalan menuju meja kerjanya meraih foto dari mejanya, foto keluarga 'Yunda, Rey, dan Randi. Matanya berhenti pada gambar Rey' putra pertamanya yang dulu ia nanti bersama Yunda selama tujuh tahun, cinta pertama yang penuh perjuangan. Dan harus meninggal di umur mudanya 10tahun, akibat Leukimia.
*Rizwan menarik napas dalam-dalam, mengenang*
Di rumah, beberapa jam sebelumnya...
Yunda masuk ke kamar Randi yang sedang bermain dengan mainan robotnya. "Randi, sayang, Mama mau bicara sama Papa, kamu main dulu ya?"
Randi yang berusia 6 tahun mengangguk, mata cerah masih fokus pada robotnya. Yunda keluar, mencari Rizwan yang ada di ruang tamu, duduk sendirian.
"Riz, aku perlu bicara," kata Yunda, suaranya lembut namun nampak serius.
Rizwan menengadah, "Apa, Yun?"
"Kamu... akhir-akhir ini agak berbeda. Kamu jauh dari kami. Randi juga menanyakanmu, kamu ... Banyak diam sekarang," kata Yunda, ada kekhawatiran di matanya.
Rizwan memalingkan wajah, menghindari tatapan Yunda. "Aku ... aku hanya sibuk, Yun. Aku baik-baik saja."
Yunda mendekat, suaranya turun. "Riz, Rey sudah tiada. Aku tahu itu sangat sakit. Tap...