Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Namaku adalah Nilam Pradinara seorang gadis yang lahir dari keluarga sederhana,
usiaku masih dibangku SMK, sejak kecil aku mempunyai cita-cita kuliah di negeri nya Shahrukhan iya benar sekali lebih tepatnya di India. Aku terus ingin belajar agar mendapatkan beasiswa karena Mama bekerja hanya cukup untuk uang makan saja, karena Ayah telah pergi ketika aku masih didalam kandungan, aku tidak tau dia kemana. Ketika semasa disekolah aku selalu menjadi korban bullying.
"Heh miskin, mau kemana lu?" Silva meliriku.
"Kok diam, gak punya mulut iya." Ucap serena sambil menyengkram rahang mulutku.
"Serena sakit, tolong lepasin saya." Aku meringis kesakitan sambil menangis.
"Halah paling juga pura-pura dia." Kata silva.
"Heh ingat iya ! Lu gak akan bisa setara sama kita-kita, ingat lu itu hanya anak orang miskin yang tidak tau apa-apa, Dasar Gembel !! " Serena mengambil buku ku dan dia merobeknya.
Aku terkejut melihat tingkah laku serena yang kurang ajar ini tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangis.
"Ayo cabut." Ajak Serena kepada Silva.
Kemudian mereka pergi entah kemana, dan disitulah aku masih duduk terdiam dan memikirkan bagaimana cara buku-buku itu bisa kembali semula tapi aku mala tertidur hingga menjelang waktu sore. Disini tinggal aku sendiri, kawan-kawan sudah pulang sejak tadi, aku mencoba untuk tetap tenang walaupun ada yang menjanggal auranya didalam kelas. Aku melihat kanan kiri ternyata tidak ada apa-apa, kemudian sejak saat aku keluar diarea lorong sekolah ada sosok Pria yang entah muncul darimana, sesegara mungkin aku menghampirinya dengan pelan-pelan.
"Kakak, kenapa kakak disini? kakak belum pulang?" Entah kenapa mulutku tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Aku tidak pulang, sudah lama aku disini." Ucap seorang pria tersebut dengan suara yang kecil hingga nilam tidak mampu mendengarnya.
"Hah?" Nilam tidak tau apa yang dia katakan dan menyoba untuk menepuk bahu pria tersebut.
Pria itu menoleh kepada Nilam dengan wajah yang pucat.
Nilam terkejut dan lari terbirit-birit hingga salah jalan untuk menuju pulang kerumah.
Sesampai dirumah aku langsung kekamar dan melihat ada sosok boneka yang sangat lucu namun menyeramkan, aku memegang boneka tersebut.
••• FLASHBACK •••
"Ayah ibu, aku mau boneka ini."
"Jangan, kamu kan laki-laki masa mainan boneka sih..." Ucap seorang ibu.
"Tapi ini lucu ibu, nanti bisa buat adek perempuan kalau aku punya adek."
"Kita ini hidup susah, awas iya kalau macam-macam, jangan beli !!"
"Ayahhh." Anak laki-laki itu merajuk kepada ayahnya.
"Ayah tau yang diucapkan ibumu itu benar." Sambil mengelus rambut anaknya.
•••
Aku melihat bayangan sosok laki-laki tersebut hampir mirip yang ada di lorong sekolahan, dan ibunya mirip dengan mamaku, aku harus tau apa hubungannya. Aku segera menemui mama.
"Mamaaa."
"Eh iya ada apa tuan putri."
"Mama tau boneka ini??" Sambil menunjukan boneka tersebut.
Ekspresi mama tiba-tiba berubah menjadi ketakutan ketika melihatnya.
"Apa-apaan ini?! buang sayang buang!!"
"Aku tanya ma, mama kenapa takut? mama jangan takut okay..ini hanya boneka saja."
Semenjak kejadian itu aku membuang boneka tersebut dan tidak lagi bermain boneka.
•••
Ketika waktu sudah menunjukan bahwa diriku bukan anak remaja lagi, usiaku sudah hampir
20 tahunan, akhir yang aku tunggu-tunggu adalah aku bisa mendapatkan beasiswa kuliah di India. Aku merasa hatiku dan jiwaku sudah memanggil negara India entah mengapa aku tidak tau alasannya. Tapi aku merasa sedih harus meninggalkan mama sendirian disini.
"Mamaaa..." Sambil memeluk erat mama.
"Hati-hati disana iya, jaga diri baik-baik, jangan nakal!"
"Siap bos." Aku memberikan hormat untuk mama.
Kini hari mulai sore, diriku sudah tiba di negara India, waktunya cari penginapan, tapi aku tidak tau jalan, aku terus melihat layar ponsel berharap ada hotel terdekat disini.
"Yeahhh Finalllyyy...Akhirnya aku menemukan hotel." Akupun segera menuju hotel.
"Excuse me, i want to booking a hotel room." Betapa senangnya aku bisa lihai berbicara bahasa inggris di negeri nya orang.
"Okay madam, your room is at number 99, here are the keys."
"Thank you." Aku segera pergi kekamar untuk menyegarkan diri dan beristirahat setelah perjalanan jauh, sebenarnya tidak jauh cuman badan terasa capek saja.
Ketika aku membuka kamar ternyata ada Serena, yang seperti nya sedang menunggu seseorang, mungkin aku salah kamar, feelingku sudah mulai mengajak untuk keluar akan tetapi hatiku berkata lain, aku segera memberanikan diri untuk bertanya kepada Serena.
"Serena??"
"Iya, aku serena, tapi aku bukan serena yang dulu, ini serena saudaramu."
Ucapan serena membuatku terkejut, serasa aku tidak bisa berkata apa-apa, aku tau ini sangat menyakitkan akan tetapi kenapa ini harus terjadi kepadaku.
"Apa maksud mu, serena?? Aku tidak mengerti, tolong katakan sesuatu?!"
"Kamu cantik, sedangkan diriku sangat bertolak belakang kepadamu." Serena sambil mengelus rambutku.
"Kamu tau nilam, kita punya saudara tiri laki-laki tapi dia mempunyai more unfortunate fate."
"More unfortunate fate itu apa?"
"Nilam kamu ini polos sekali, more unfortunate fate itu nasib yang malang."
"Malang kenapa?" Aku mencoba tenang dengan situasi yang selama ini membuatku penasaran.
"Jadi ayah ku dulu selama sama bunda ku pernah selingkuh sama mama kamu, jadi aku membenci hal tersebut !" Serena melototi diriku.
"Terus aku mempunyai seorang kakak laki-laki tapi dia terbakar disebuah ruang dimana itu adalah ruang kelas kita dulu, kenapa bisa terbakar? iya itu karena ulah mama mu Nilammmm!! Mama mu tidak rela kalau Ayah dekat dengan Bunda, karena Mamamu hanyalah seorang Pelakorrr!! Ingat itu Nilam, kamu mungkin selamat kemarin-kemarin tapi kali ini dan hari ini kau tidak akan bisa selamat Nilam !!" Sambung Serena sambil berteriak.
Aku terkejut mendengar hal tersebut, betapa kagetnya mendengarkan kisah mama yang belum sama sekali diceritakan oleh anaknya, setengah mengkaku sudah badanku, aku tidak tau lagi kemana aku harus pergi, hatiku hancur mendengar hal tersebut. Hingga air mataku membasai pipi dan wajahku.
"Seharusnya kamu tau dimana ayah berada?!" Serena mencengkeram lengan nilam.
"Aku tidak tau serena, aku benar-benar tidak tau, ayah kemana? selama ini aku tidak pernah bersama dia."
"Itu pasti karena ulah ibumu lagi kan, dasar murahan!!"
"Sebenarnya kamu tidak tau apa-apa, kasihan sekali gadis polos satu ini." Serena menarik rambutku.
"Sayangnya kamu harus meninggalkan dunia ini Nilam, maafkan aku."
Serena seperti mengeluarkan sesuatu itu adalah sebuah pisau didalam saku nya, akan tetapi sebelum itu Serena menutup mata nilam dengan sehelai kain hitam yang tidak bisa tembus pandangan. Serena memulai aksinya dengan menutup mata, kemudian mengikat tubuhnya dengan tali hingga rapat, dan langkah selanjutnya adalah serena menusuk nilam hingga tidak terhitung jumlahnya.
Serena begitu kejam terhadap nilam, tapi niat serena bukan untuk menyakiti hati nilam akan tetapi untuk balas dendam ibunya terhadap kakak laki-lakinya yang dulu terbunuh ditangan ibunya nilam.