Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Apa kalian pernah kehilangan uang saku di sekolah? tentu di antara kalian pasti pernah mengalami, mengapa uang saku kita bisa menghilang? dan apakah ada yang mencuri nya dari kita? sering kali kita tidak tahu dan hanya bisa mengikhlaskan nya.
Kisa ini adalah kisah kelas XI-9 di kelas mereka, mereka selalu saja kehilangan uang saku mereka tidak tahu entah kemana. Kejadian itu terus saja terulang ulang sampai menimbulkan sebuah konflik di kelas mereka karena saling tudu menuduh.
Suatu hari pada hari senin kelas XI-9 memasuki jam olahraga, seluruh XI-9 bersiap siap untuk mengganti baju mereka dengan pakaian olahraga dan setelah usai mengenakan baju olahraga mereka semua berkumpul di lapangan
Pak David selaku guru olahraga mengumumkan semua murid untuk segera baris dan merentangkan tangan mereka. Pak David kemudian memulai pemanasan sebelum memulai olahraga bola basket, Semua murid mengikuti instruksi dari pak David dan melakukan pemanasan.
"AYO satu, dua, tiga.." instruksi pak David kepada semua murid
Selang beberapa waktu pemanasan pun selesai, kemudian di lanjutkan dengan olahraga basket. pak David menyuruh semua murid membentuk 2 tim untuk bermain basket.
"Sudah membentuk tim nya?" tanya pak David sebelum memulai permainan basket.
"SUDAH PAK" ucap semua murid kelas XI-9 dengan serempak.
"Oke, sekarang tiap pemain silahkan menempati posisi masing masing." lanjut pak David.
Permainan basket berlangsung sengit. Keringat membasahi tubuh para siswa, semangat mereka membara.Setelah selang dua jam mereka melakukan olahraga, akhirnya pak David memberikan instruksi untuk mereka beristirahat.
"Waktu olahraga telah selesai, terimakasih anak-anak kalian sudah mengikuti pelajaran olahraga hari ini. Bapak akhiri dan sampai bertemu di Minggu depan."
Pak David pun melangkahkan kaki meninggalkan lapangan, disusul dengan para murid yang juga ingin pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka.
Sesampainya di kantin seorang siswa bernama Arjeta sedang memesan makanan saat makanan yang dipesan sudah jadi dan waktu pembayaran Arjeta merogoh kantung saku nya ia kaget karena uang di dalam saku nya tidak ada ia pun merasa kebingungan, dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri kemana hilangnya uang di saku nya itu.
"Duh, uang jajan ku kemana yah? Perasaan tadi ada disaku celana" ucap Arjeta
Saat Arjeta dilanda kebingungan bagaimana caranya membayar pesanannya, disaat uangnya hilang ada satu temennya yang bernama Nichole yang melihat Arjeta kebingungan dan ia pun menghampiri Arjeta untuk menanyakan keadaan nya.
"Arjeta kamu kenapa? Kelihatannya resah begitu?" Tanya Nichole kepada Arjeta.
" Uang aku hilang perasaan aku taruh di saku"jelasnya
"Coba diingat-ingat dulu terakhir taruh nya dimana," ucap Nichole
"Di saku! aku nggak perna taruh di tas, aku selalu bawa uang ku di saku," jelasnya
"Yaudah pake uang aku dulu saja, Jika uangnya sudah ketemu nanti dikembalikan"
Setelah mereka membayar pesanannya, merekapun kembali ke kelas untuk mencari uang Arjeta yang hilang. Sesampainya Arjeta dan Nichole di kelas, Arjeta berusaha mengingat-ingat di mana terakhir kali Arjeta berada. Mereka memeriksa loker, meja, bahkan lantai kelas, namun tidak ditemukan satupun uang. Kejadian ini semakin membuat suasana kelas menjadi tegang. Semua siswa mulai curiga satu sama lain.
"Pasti ada yang sengaja ngambil uangnya Arjeta," bisik Stephanie kepada teman sebangkunya.
"Jangan-jangan si Julian pelakunya," timpal Louis, menunjuk seorang siswa yang dikenal agak pendiam dan sering menyendiri.
Julian yang mendengar tuduhan itu langsung membantah dengan keras. "Kenapa kalian selalu nuduh aku? Aku enggak pernah ngambil uang siapa-siapa!"
Bu Siska , wali kelas, yang mendengar keributan itu segera datang. "Sudah-sudah, jangan bertengkar. Kita cari solusi bersama," ujar Bu Siska berusaha menenangkan suasana.
Bu Siska kemudian meminta seluruh siswa untuk jujur dan menceritakan jika ada yang melihat atau mengetahui sesuatu. Namun, tidak ada satu pun siswa yang mengaku atau memberikan informasi yang berarti.
Keesokan harinya, saat pelajaran berlangsung, tiba-tiba saja pintu kelas terbuka. Seorang siswa baru bernama Gabriel berdiri di ambang pintu. Gabriel adalah siswa pindahan dari sekolah lain yang baru saja bergabung dengan kelas XI-9.
"Permisi, Bu. Saya boleh masuk?" tanya Gabriel sopan.
Bu Siska mempersilakan Gabriel masuk. Gabriel kemudian mendekati Arjeta dan memberikan sebuah amplop kecil. "Ini uangnya Arjeta. Maaf, aku yang tidak sengaja mengambilnya kemarin," ujar Gabriel dengan wajah menyesal.
Ternyata, saat bermain basket, bola basket yang ditendang Gabriel secara tidak sengaja mengenai saku celana Arjeta. Uang yang ada di dalam saku pun terjatuh dan tanpa sengaja terbawa oleh Gabriel. Gabriel merasa bersalah dan baru menyadari bahwa uang tersebut milik Arjeta saat membersihkan tas ranselnya di rumah.
Semua siswa terkejut dengan pengakuan Gabriel. Mereka tidak menyangka bahwa pelaku sebenarnya adalah siswa baru yang baru saja bergabung dengan kelas mereka.
Suasana kelas yang semula tegang seketika berubah menjadi lega. Semua saling melirik satu sama lain, merasa malu karena telah saling mencurigai. Arjeta pun merasa bersyukur uangnya kembali.
"Terima kasih banyak, Gabriel," ucap Arjeta sambil tersenyum.
"Sama-sama, Arjeta. Maaf sekali atas kejadian kemarin," balas Gabriel.
Bu Siska menghampiri Gabriel dan memberikan pujian atas kejujurannya. "Gabriel, kamu adalah anak yang jujur. Sikapmu ini patut dicontoh oleh teman-temanmu," ujar Bu Siska.
Setelah kejadian itu, hubungan antar siswa di kelas XI-9 menjadi lebih baik. Mereka belajar dari kesalahan mereka dan lebih menghargai satu sama lain. Kepercayaan satu sama lain pun kembali terjalin.
Hari-hari berlalu, Siswa mulai merasa nyaman dan aman dalam lingkungan belajar mereka. Gabriel dan Arjeta, yang sempat terlibat dalam insiden pencurian uang, menjadi lebih dekat. Mereka sering berbicara dan saling berbagi pengalaman.
Gabriel merasa lega karena akhirnya bisa memperbaiki hubungan dengan teman-temannya. Ia menyadari bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting dalam kehidupan. Sementara itu, Arjeta merasa bersyukur karena uangnya kembali dan situasi semakin baik.
Bu Siska, guru yang bijaksana, terus mengawasi dan memberikan nasihat kepada siswa-siswa kelasnya. Ia melihat perubahan positif yang terjadi dan merasa bangga dengan perkembangan siswa-siswanya.
Suatu hari, Bu Siska mengajak seluruh siswa untuk membuat sebuah perjanjian bersama. Ia mengingatkan mereka tentang pentingnya kejujuran dan kepercayaan.
“Kita semua harus saling menghargai dan mendukung satu sama lain,” ujar Bu Siska dengan penuh semangat.
Dengan komitmen tersebut, siswa-siswa kelas XI-9 berjanji untuk selalu jujur dan saling percaya. Mereka berusaha menjaga hubungan yang baik dan menghindari konflik di masa depan. Kepercayaan yang sebelumnya terputus kini kembali terjalin dengan kuat.
Melalui pengalaman ini, siswa-siswa belajar bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan lapang dada. Mereka juga menyadari bahwa kejujuran dan kepercayaan adalah salah satu dari hubungan yang sehat.
Dan begitulah, di kelas XI-9, terjalinlah sebuah cerita tentang pertumbuhan dan pembelajaran. Sebuah cerita yang mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan, yang akan selalu dikenang oleh para siswa sebagai momen yang mengubah hidup mereka.Siswa-siswa mulai mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk memperkuat ikatan mereka. Mereka aktif dalam kegiatan sekolah dan saling mendukung dalam berbagai situasi. Hubungan yang sehat ini tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.
Gabriel dan Arjeta, menjadi panutan bagi teman-teman mereka. Mereka terus berbagi pengalaman dan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga lebih banyak siswa yang termotivasi untuk berbuat baik dan menjaga kepercayaan.
Komitmen bersama yang dibuat oleh Bu Siska dan siswa-siswa kelas XI-9 menjadi simbol dari perubahan positif yang terjadi. Kejujuran dan kepercayaan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, mengajarkan bahwa setiap kesalahan adalah kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri.
Dan begitulah, di kelas XI-9, terjalinlah sebuah cerita tentang pertumbuhan dan pembelajaran yang akan selalu dikenang oleh para siswa sebagai momen yang mengubah hidup mereka.