Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Mentari sore menyorot aspal jalanan Surabaya, memancarkan warna jingga kemerahan yang membuat suasana kota terasa syahdu. Fey, dengan rambut gondrongnya yang diikat asal, duduk di sebuah bangku di depan warkop Pak Slamet, menyesap kopi hitamnya. Dia memperhatikan orang-orang yang lalu lalang, wajah-wajah yang sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, otak Fey tengah melayang jauh, memikirkan pulau Bawean yang baru saja didengarnya dari obrolan di warkop ini.
"Bawean itu angker, Mas," kata Pak Slamet, pemilik warkop yang terkenal ramah. "Orang-orang bilang, setelah magrib, rumah-rumah di sana tertutup rapat. Gak ada yang berani keluar."
Fey menyeringai, "Oh, ya? Kenapa begitu?"
Pak Slamet mengerutkan kening, "Kata orang, ada makhluk halus yang berkeliaran di malam hari. Makhluk itu suka mengganggu orang yang keluar malam."
"Wah, cerita seram, Pak. Ada yang pernah ketemu?" Fey penasaran.
"Dulu, ada seorang nelayan yang pernah ngelakuin kesalahan di laut. Dia dihukum oleh makhluk halus itu dan jadi hilang. Sampai sekarang, jenazahnya gak ketemu." Pak Slamet menceritakan dengan suara berbisik.
Fey mengerutkan kening, matanya berbinar. "Jadi, Bawean itu pulau mistis, Pak?"
"Ya, Mas. Banyak cerita mistis tentang pulau itu. Orang-orang lebih suka beraktivitas di siang hari saja." Pak Slamet menyeduh kopi dengan tangan gemetar, seakan takut membahas topik yang terlalu mistis.
Fey menarik napas panjang, "Saya penasaran, Pak. Saya ingin ke sana."
Pak Slamet tercengang. "Mas Fey, apa yang Mas Fey ingin cari di sana?"
"Saya ingin mencari inspirasi, Pak. Saya ingin menulis cerita tentang pulau Bawean. Saya ingin membuktikan sendiri cerita-cerita mistis yang beredar." Fey berkata dengan penuh semangat.
Pak Slamet menghela napas, "Mas Fey, hati-hati. Pulau Bawean itu berbahaya, Mas."
Fey tersenyum, "Terima kasih, Pak Slamet. Saya akan berhati-hati. Saya ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mistis itu tidak selalu benar."
Fey meninggalkan warkop Pak Slamet dengan hati yang berdebar-debar. Dia tak sabar untuk segera menjelajahi pulau Bawean. Dia ingin merasakan sendiri suasana mistis yang menyelimuti pulau itu. Dia ingin menemukan kebenaran di balik cerita-cerita mistis yang beredar. Dia ingin membuktikan bahwa dia bukanlah seorang pengecut. Fey ingin membuktikan, bahwa dia adalah seorang penulis sejati yang berani menghadapi tantangan dan mengungkap rahasia.
***
Udara pagi Surabaya terasa sedikit dingin. Fey menggigil sedikit, mengencangkan jaketnya sambil menenteng tas ransel berisi perlengkapan menulis dan beberapa buku. Bus jurusan Gresik melaju pelan, meninggalkan hiruk pikuk kota Surabaya di belakang. Fey menikmati perjalanan, menikmati pemandangan pe...