Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
0
Suka
2,792
Dibaca

Bab 1 – Proyek Neuron

Udara di laboratorium Proyek Neuron selalu berbau ozon dan sedikit metalik, campuran yang bagi Dr. Ardyan Satya lebih memabukkan daripada parfum termahal. Di sana, di jantung fasilitas penelitian bawah tanah yang disokong oleh dana tak terbatas dari konsorsium riset global, Ardyan merasa seperti dewa. Bukan dewa pencipta, melainkan dewa penata ulang. Penata ulang pikiran.

Pria itu, Dr. Ardyan Satya, adalah arsitek dari ambisi paling berani umat manusia: memprogram ulang kesadaran. Usianya baru awal empat puluhan, namun rambut hitamnya sudah dihiasi uban halus di pelipis, menambah kesan bijaksana pada wajahnya yang tajam. Matanya, di balik kacamata berlensa tipis, selalu memancarkan kecerdasan yang hampir menakutkan, seperti sepasang lensa teleskop yang selalu mencari bintang baru di alam semesta. Hari ini, bintangnya adalah metode gelombang suara. Bukan suara yang bisa didengar telinga, melainkan frekuensi super-halus yang menargetkan neuron tertentu di otak. Tujuannya? Mempengaruhi pola pikir manusia, bukan dengan paksaan, melainkan dengan bisikan yang tak terlihat, sentuhan yang tak terasa.

"Kita tidak sedang menciptakan kendali pikiran, Profesor," katanya suatu sore kepada mentor lamanya, Profesor Widjaja, yang duduk di kursi ergonomis di ruang kendali utama. Ardyan tidak pernah membiarkan orang lain menyebutnya "Dokter" di laboratorium, seolah gelar itu terlalu umum untuk ambisinya. "Kita sedang memberikan penyembuhan yang paling hakiki. Bayangkan seorang veteran perang yang tak bisa lepas dari jeratan PTSD, seorang remaja yang terperangkap dalam depresi kronis, atau bahkan seorang penjahat dengan kecenderungan antisosial yang mengakar. Metode Neuron bisa menulis ulang naskah itu. Mengganti tragedi dengan harapan, kebencian dengan empati."

Profesor Widjaja, seorang neurolog veteran dengan puluhan tahun pengalaman, hanya mengangguk pelan, matanya menyipit memandang layar holografik yang menampilkan model tiga dimensi dari otak manusia. "Ambisius, Ardyan. Sangat ambisius. Tapi garis antara penyembuhan dan manipulasi seringkali sangat tipis. Kau yakin bisa mengendalikannya?"

Ardyan tersenyum, senyum percaya diri yang selalu berhasil meyakinkan para penanam modal dan rekan sejawatnya. "Itu sebabnya kita di sini, Profesor. Untuk menguasai garis itu. Kita berbicara tentang resonansi harmonik, frekuensi yang berinteraksi dengan gelombang otak alami, memperkuat atau meredam sinyal-sinyal tertentu. Ini bukan paksaan, melainkan bimbingan."

Dia berjalan mendekati panel kontrol yang dipenuhi tombol-tombol sentuh bercahaya dan layar berkedip. Di tengah ruangan, sebuah kubah transparan besar berdiri, memancarkan cahaya biru lembut. Itu adalah ruang isolasi akustik, tempat eksperimen frekuensi akan dilakukan. Di dalamnya, sebuah kursi berlengan dengan bantalan sensor terpasang kokoh.

"Lihat ini," Ardyan menunjuk ke grafik yang muncul di layar utama, menunjukkan pola gelombang otak seseorang yang menderita fobia sosial parah. Garis-garisnya kacau, penuh puncak dan lembah yang tidak teratur. "Otak adalah orkestra paling kompleks di alam semesta. Terkadang, ada instrumen yang sumbang, atau konduktor yang salah langkah. Kita akan menjadi konduktor yang memperbaiki simfoni itu."

Keyakinannya menular. Rekan-rekannya, tim kecil yang terdiri dari para ahli neurosains, insinyur akustik, dan psikolog kognitif, memandangnya dengan kekaguman. Mereka adalah orang-orang terbaik di bidangnya, ditarik dari universitas-universitas top dunia, dan semua terhipnotis oleh visi Ardyan. Dr. Lena Wijaya, seorang ahli psikologi yang cerdas dan skeptis, adalah satu-satunya yang terkadang mengajukan pertanyaan yang menusuk.

"Tapi bagaimana kita memastikan tidak ada efek samping yang tak terduga, Ardyan?" tanya Lena suatu hari, sambil mengamati monitor yang menampilkan aktivitas otak seekor simpanse yang sedang menjalani sesi uji coba. "Otak adalah sistem yang sangat rapuh. Bahkan perubahan kecil bisa memiliki efek domino."

"Itu sebabnya kita memiliki protokol pengujian yang ketat, Lena," Ardyan menjawab dengan sabar, menunjuk ke serangkaian data yang mengalir di layar. "Kami memantau setiap fluktuasi, setiap mikrometer perubahan. Kami mulai dengan frekuensi rendah, secara bertahap meningkat, memastikan bahwa subjek tidak menunjukkan tanda-tanda stres atau anomali. Simpanse itu, 'Alpha', menunjukkan penurunan signifikan dalam perilaku agresif setelah sesi seminggu."

Ardyan memang brilian. Ia telah menghabiskan lima belas tahun te...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Allegory
Lifya Q. Raida
Cerpen
Bronze
Misteri gerbang tua
Corelitho
Novel
Gold
Hollowpox: Nevermoor #3
Noura Publishing
Flash
Lucid Dream
Prettysinta
Cerpen
Bronze
Sang Asisten
Nana Sitompul
Cerpen
Suara Gemerincing Kereta Kencana Misterius Melaju Membelah Malam
Ryan Esa
Cerpen
NEURA
tepinprandana
Cerpen
Bronze
Berlari dari Kematian
Andriyana
Cerpen
Kerajaan di balik Kabut
nadya angelica
Novel
XOXO (Conspiracy & Song)
Tiwul
Novel
Justin & Misteri Puding Merah (bagian 1)
Arzen Rui
Novel
Bronze
LALANG
Nurbaya Pulhehe
Novel
Bronze
Uri, Suatu Hari di Ruang Bersalin
Ravistara
Skrip Film
Petualangan di Agartha
Awang Nurhakim
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan Sumur Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kematian Di Tanah Rawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Hutan Larangan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suara Terompet
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Di Bawah Ancaman Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jerat Senyap
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rumah Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pintu Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Anatomi Bayangan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Nada Berdarah
Christian Shonda Benyamin