Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
0
Suka
3,002
Dibaca

Bab 1 – Proyek Neuron

Udara di laboratorium Proyek Neuron selalu berbau ozon dan sedikit metalik, campuran yang bagi Dr. Ardyan Satya lebih memabukkan daripada parfum termahal. Di sana, di jantung fasilitas penelitian bawah tanah yang disokong oleh dana tak terbatas dari konsorsium riset global, Ardyan merasa seperti dewa. Bukan dewa pencipta, melainkan dewa penata ulang. Penata ulang pikiran.

Pria itu, Dr. Ardyan Satya, adalah arsitek dari ambisi paling berani umat manusia: memprogram ulang kesadaran. Usianya baru awal empat puluhan, namun rambut hitamnya sudah dihiasi uban halus di pelipis, menambah kesan bijaksana pada wajahnya yang tajam. Matanya, di balik kacamata berlensa tipis, selalu memancarkan kecerdasan yang hampir menakutkan, seperti sepasang lensa teleskop yang selalu mencari bintang baru di alam semesta. Hari ini, bintangnya adalah metode gelombang suara. Bukan suara yang bisa didengar telinga, melainkan frekuensi super-halus yang menargetkan neuron tertentu di otak. Tujuannya? Mempengaruhi pola pikir manusia, bukan dengan paksaan, melainkan dengan bisikan yang tak terlihat, sentuhan yang tak terasa.

"Kita tidak sedang menciptakan kendali pikiran, Profesor," katanya suatu sore kepada mentor lamanya, Profesor Widjaja, yang duduk di kursi ergonomis di ruang kendali utama. Ardyan tidak pernah membiarkan orang lain menyebutnya "Dokter" di laboratorium, seolah gelar itu terlalu umum untuk ambisinya. "Kita sedang memberikan penyembuhan yang paling hakiki. Bayangkan seorang veteran perang yang tak bisa lepas dari jeratan PTSD, seorang remaja yang terperangkap dalam depresi kronis, atau bahkan seorang penjahat dengan kecenderungan antisosial yang mengakar. Metode Neuron bisa menulis ulang naskah itu. Mengganti tragedi dengan harapan, kebencian dengan empati."

Profesor Widjaja, seorang neurolog veteran dengan puluhan tahun pengalaman, hanya mengangguk pelan, matanya menyipit memandang layar holografik yang menampilkan model tiga dimensi dari otak manusia. "Ambisius, Ardyan. Sangat ambisius. Tapi garis antara penyembuhan dan manipulasi seringkali sangat tipis. Kau yakin bisa mengendalikannya?"

Ardyan tersenyum, senyum percaya diri yang selalu berhasil meyakinkan para penanam modal dan rekan sejawatnya. "Itu sebabnya kita di sini, Profesor. Untuk menguasai garis itu. Kita berbicara tentang resonansi harmonik, frekuensi yang berinteraksi dengan gelombang otak alami, memperkuat atau meredam sinyal-sinyal tertentu. Ini bukan paksaan, melainkan bimbingan."

Dia berjalan mendekati panel kontrol yang dipenuhi tombol-tombol sentuh bercahaya dan layar berkedip. Di tengah ruangan, sebuah kubah transparan besar berdiri, memancarkan cahaya biru lembut. Itu adalah ruang isolasi akustik, tempat eksperimen frekuensi akan dilakukan. Di dalamnya, sebuah kursi berlengan dengan bantalan sensor terpasang kokoh.

"Lihat ini," Ardyan menunjuk ke grafik yang muncul di layar utama, menunjukkan pola gelombang otak seseorang yang menderita fobia sosial parah. Garis-garisnya kacau, penuh puncak dan lembah yang tidak teratur. "Otak adalah orkestra paling kompleks di alam semesta. Terkadang, ada instrumen yang sumbang, atau konduktor yang salah langkah. Kita akan menjadi konduktor yang memperbaiki simfoni itu."

Keyakinannya menular. Rekan-rekannya, tim kecil yang terdiri dari para ahli neurosains, insinyur akustik, dan psikolog kognitif, memandangnya dengan kekaguman. Mereka adalah orang-orang terbaik di bidangnya, ditarik dari universitas-universitas top dunia, dan semua terhipnotis oleh visi Ardyan. Dr. Lena Wijaya, seorang ahli psikologi yang cerdas dan skeptis, adalah satu-satunya yang terkadang mengajukan pertanyaan yang menusuk.

"Tapi bagaimana kita memastikan tidak ada efek samping yang tak terduga, Ardyan?" tanya Lena suatu hari, sambil mengamati monitor yang menampilkan aktivitas otak seekor simpanse yang sedang menjalani sesi uji coba. "Otak adalah sistem yang sangat rapuh. Bahkan perubahan kecil bisa memiliki efek domino."

"Itu sebabnya kita memiliki protokol pengujian yang ketat, Lena," Ardyan menjawab dengan sabar, menunjuk ke serangkaian data yang mengalir di layar. "Kami memantau setiap fluktuasi, setiap mikrometer perubahan. Kami mulai dengan frekuensi rendah, secara bertahap meningkat, memastikan bahwa subjek tidak menunjukkan tanda-tanda stres atau anomali. Simpanse itu, 'Alpha', menunjukkan penurunan signifikan dalam perilaku agresif setelah sesi seminggu."

Ardyan memang brilian. Ia telah menghabiskan lima belas tahun te...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Bronze
Bayang di Balik Jendela
Fahri Nurul A'la
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Kosmis dalam Kelut
adek Dwi oktaviantina
Cerpen
Bronze
Aku
Christian Shonda Benyamin
Novel
Misteri Masalembo : Crash Landing
Yaldi Mimora
Novel
The Reason Why I Give Up
batiar
Skrip Film
Obsesi Cinta Arwah Di Villa Tua
QKawai
Flash
Kalian Seharusnya Suka Dengan Cerita Ini
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
"Jadi" Hamil, Enggak?
Andriyana
Cerpen
Bronze
Percakapan Orang Mati
Arba Sono
Novel
Bronze
Blood Moon
Maghfira Izani
Cerpen
BAYANG-BAYANG DI BALIK JENDELA
Penulis N
Novel
Candraleka
RaaRion.
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Digital Fortress
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Mereka Ingin Menyakitiku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Di Bawah Ancaman Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jurnal Kosong
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Balik Kaca
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ouija
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sahabat Backpacker Ku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Hidup Di Dunia Lain
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Boneka Bobo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Rantai Pemicu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Siapa Tamu Rumahku
Christian Shonda Benyamin