Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
**Cerpen Spesial HUT Kemerdekaan Indonesia Ke 80 Tahun**
Bulan Agustus di Desa Taman Sari selalu punya bau khusus: campuran debu kemarau yang terangkat, wangi melati di pagar-pagar, dan semangat yang mengental seperti sirup mendidih. Tahun ini, 2025, lebih spesial lagi. Delapan puluh tahun Indonesia merdeka. Usia yang matang, penuh sejarah, dan di Taman Sari, semangat itu menjelma dalam persiapan yang gegap gempita.
Di lapangan voli depan Balai Desa yang tanahnya sudah diratakan halus, sepuluh anak muda berdiri dalam formasi kaku. Matahari pagi baru saja mulai menyengat, memantulkan kilau keringat di dahi Aris, sang komandan pasukan calon pengibar bendera. Di depannya, Pak Hendar, pensiunan Sersan Mayor dengan kumis melintang tebal dan postur masih tegak bak tiang besi, mengamati dengan mata elang.
“Satu! Dua! Tiga! Hentak!” teriak Pak Hendar, suaranya menggelegar mengalahkan kicau burung.
*Tap! Tap! Tap!* Sepuluh pasang sepatu kets – belum sepatu lars sebenarnya – menghantam tanah bersamaan. Hampir.
“Bagus! Tapi, Rian! Kaki kirimu itu kenapa? Kayak baru turun dari kuda lumping habis kesurupan! Lurus!” hardik Pak Hendar menunjuk Rian, si pengibar bendera utama calon.
Rian, remaja tinggi tegap yang biasanya jago main bola, tersipu. “Maaf, Pak! Kiri kanan masih suka kebalik kalau tegang,” jawabnya sambil mencoba meluruskan ka...