Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Self Improvement
Menulis adalah Cara Berbohong yang Paling Efektif
1
Suka
13
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kamu tahu menulis adalah cara berbohong paling kajam tetapi diterima dengan baik. Kamu tidak perlu takut mengaku sebagai apapun. Presiden, pemusik, pengusaha, bahkan penjahat yang membagikan makanan untuk masyrakat. Kamu juga bisa bercerita mengenai gajimu ratusan juta.

Tapi dari semua kebohongan itu, ada kebohongan yang paling menyakitkan. Ialah kebohongan seorang pria berumur 30 tahun yang sampai saat ini belum menikah.

Kebohongan itu bermula ketika Anita harus di rawat di ruang UGD. Sementara itu, tunangannya tidak bisa membersamainya. Sebagai tunangannya Haris memiliki pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan. Ia harus menyelesaikan 120 halaman naskah dengan revisi sewaktu-waktu.

Mas Arif menugaskan kami bergantian menjaga Anita. Namun karena kemampuan menulis Haris lebih dibutuhkan daripada aku. Maka seterusnya akulah yang mendapat tugas untuk merawat Anita.  

Anita sendiri adalah seorang gadis perantau dari aceh yang bekerja sebagai artis figuran di sinetron tempat Haris menulis. Hubungan mereka menjadi dekat karena sering dijodohkan oleh sutradara yang sering bertindak semaunya. Anita pernah di ancam akan dibuat mati di sinetron itu jika tidak berpacaran dengan Haris. Meski sekadar candaan, tetapi apa yang dilakukan sutradara itu berhasil mendekatkan mereka berdua.

Anita masih koma. Ia terlihat sangat lemas dengan infusan yang sering di ganti. Wajahnya sangat pucat, sudah dua hari ia belum juga menunjukan tanda-tanda akan bangun.

Berjaga di rumah sakit tidaklah mudah. Seseorang penakut sepertiku harus beberapa kali mengalami hal mistis. Tapi hal ini juga bukan poin pentingnya. Malam demi malam di rumah sakit itu, kulakui dengan membaca surat-surat pendek. Sesekali, aku juga solat tahajud karena tidak bisa tidur.

Dipikir-pikir ini jelas melawan arah. Bukankah tujuanku datang ke Surabaya adalah untuk membantu Mas Arif menulis. Sebagai pria magang ini jelas tidak mudah kuterima. Apalagi aku belum mengalami kemajuan dan akan terus tertinggal oleh Haris. Sialnya aku justru berakhir dengan mengurusi tunangan sahabatku sendiri. Entah apa yang mereka pikirkan saat itu. 

Lagi, ini bukanlah tentang mereka. Tapi ini tentangku yang berada pada situasi sulit hingga sekarang. Seharusnya aku tak perlu membakar diri sendiri untuk menghangatkan orang lain bukan?

Jadi dari mana aku harus memulainya?

Haris dan aku adalah sahabat seperjuangan. Kami adalah dua orang yang masih bertahan dari seleksi alam di tim kepenulisan Mas Arif. Tim Mas arif sendiri semula terdiri dari tujuh orang. Namun kini hanya menyisakan Mas Arif, Haris dan Aku.

Hal ini tentu tidak mudah, karena tidak semua orang bersedia terjaga untuk berpikir di jam delapan malam hingga subuh. 

Haris sendiri memang beda, kemampuan menulisnya di atas rata-rata. Dia beberapa kali menjuarai lomba menulis buku, novel bahkan skenario film pendek. Sedangkan aku hanya ikut-ikutan karena kebetulan akrab dengannya.

Hari di mana Haris dijodohkan dengan Anita adalah hari yang tidak terduga. Bukannya iri, sejak awal aku adalah orang yang pertama berbicara dengan Anita. Juga membantunya memahami naskah-naskah yang dikerjakan oleh kami.

Rasa sukaku kepada Anita tidak serta merta karena kecantikannya saja. Gadis itu benar-benar sesuatu. Ia terus membuatmu kagum di sepanjang penampilannya. Peran yang semula sedikit itu perlahan semakin banyak karena kepiawaiannya. Seolah ia akan menjadi salah satu artis besar.

Sudah kunyatakan perasaanku. Tetapi Anita terus menolak dengan alasan yang sama. Katanya seorang pria humoris sepertiku lebih pantas dijadikan teman. Ia tidak ingin kehilangan sahabat pelepas penatnya.

Sementara hubungannya dengan Haris tidak pernah akrab. Haris adalah pria dingin yang sangat serius mengerjakan sesuatu. Ia tidak pernah tertarik dengan urusan asmara. Itulah yang kupikirkan saat itu.

Hari itu, disela-sela kesibukanku mengejar Anita. Haris justru mengikuti lomba menulis skenario film pendek dan berhasil mendapatkan motor. Beberapa artis mengucapkan selamat kepadanya melalui akun instagram. Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh haris. Ia merpost semua ucapan selamat itu dan berhasil meningkatkan jumlah followers instagramnya. Inilah awal mula sutradara di lokasi syuting kami menjodohkannya dengan Anita.

Aku mulai paham di mana tempatku.

Aku menghindari Anita. Aku tidak lagi membantunya memahami naskah yang kami tulis. Perlahan Anita nampak paham dengan perubahan sikapku. Ia yang semula kecewa kini mulai mengambil sikap. Mengikuti apa yang sutradara kami sarankan.

Meski begitu, satu hal yang tidak kumengerti adalah kenapa rasa sukaku kepada Anita hilang begitu saja. Apa mungkin karena Haris memberikan salah satu hadiah lomba cerpennya secara cuma-cuma. Sebuah handopne android keluaran terbaru. 

Ia mengatakan bahwa satu handpone sudah cukup, dan kalau ia ingin satu tinggal ikut lomba lagi. Dia tidak hanya mengalakanku soal kepenulisan, soal wanita, tetapi juga soal kebaikan.

Sinetron yang sedang kami kerjakan ratingnya terus naik. Bahkan menjadi nomor dua dengan jumlah penayangan terbanyak. Kami semua mendapat bonus. Pihak produser meminta kami untuk menambah jam tayang. Sinetron yang semula tayang satu jam setengah itu, kini berubah menjadi dua jam dengan tambahan iklan. Sehingga naskah yang semula 90 halaman kini berubah menjadi 120 halaman.

Semua berjalan baik, apalagi Mas Arif menambah satu personnel tambahan untuk tim kepenulisan kami. Sehingga pekerjaan kami justru menjadi lebih mudah.

Sayangnya runtutan hal baik ini tidak berlaku untuk Anita. Ia justru mengalami hal buruk yang tak terduga. Ia yang semula bisa pulang lebih awal kini harus beberapa kali mengambil adegan tambahan.

Pernah di hari itu kami syuting hingga jam tiga pagi. Di jam tiga pagi itu adegan terakhir adalah ia harus terjatuh ke dalam kolam. Rupanya salah satu kejadian itulah yang membuat kondisi drop.

***

Akhirnya Anita berhasil berhasil melewati masa kritis. Perasaanku sangat lega. Kukirimkan pesan kepada Haris untuk segera datang karena kondisi Anita semakin membaik.

Anita menangis sejadi-jadinya. Ia memelukku dengan erat. Bersyukur karena aku berada di sampingnya. Ia berkata setiap malam ia mengalami mimpi buruk. Namun ia merasa tenang ketika mendengar suaraku melantunkan al quran.

Perkataan dari Anita setelah siuman adalah perkataan yang seharusnya tidak pernah kudengar. Bagaimana tidak, Anita ingin membatalkan pertunangannya dengan Haris. Karena baginya akulah orang yang sangat ia butuhkan. Akulah orang yang membantunya berkembang, dan aku jugalah orang yang selalu ada di saat kondisinya kritis. Sementars Haris tidak pernah ada di ruangan itu.

Anita tidak tahu Harislah orang yang paling peduli padanya. Meski sebentar Haris selalu menyempatkan hadir disela-sela kesibukannya. Haris jugalah yang membiayi rumah sakitnya.

Terlebih, Haris adalah orsng yang membuatku mau menjaganya di sini. Anita tidak mengerti, perasanku padanya hanyalah perasaan kagum biasa yang bisa saja hilang sewaktu-waktu. Bahkan sudah hilang ketika ia menolakku pertama kali.

Haandpone baru dari Haris ini berbunyi. Kulihat sebuah pesan dari Haris. Ia sedang dalam perjalanan dan akan segera kemari. Aku bersyukur Haris akan segera datang. 

Kutenangkan Anita. Kujelaskan kondisiku saat ini, termasuk perasaanku yang sudah hilang kepadanya. Setelah itu aku berusaha pamit dan tidak akan berniat lagi menunjukkan wajahku padanya. Aku tidak berani melihat mereka berdua.

Haris tiba. Kubiarkan mereka berdua di ruangan itu. Sambil melangkah ke luar, kudengar tangis Anita. Entah apa yang sebenarnya ia tangisi?

Aku tidak mengerti tentang situasi rumit saat ini. Aku bergegas pergi ke kantor untuk beristirahat. Pukul tiga pagi kulihat kantor masih ramai. Banyak wajah baru, yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Mas Arif rupanya menambah personel tambahan untuk menggantikan kekosonganku. Setelah dipikir-pikir banyaknya naskah yang direvisi waktu itu adalah bagian naskah yang kutulis. Aku membuat minuman sambil memperhatikan mereka.

Waktu terus berjalan. Adzan subuh berkumandang. Aku solat di mesjid dekat kantor. Setelah solat aku kembali ke kantor. Kulihat mereka sedang tertidur kelelahan. Merasa bingung dan tidak memiliki tempat, aku segera mengemasi barang dan pergi menaiki bus menuju Banyuwangi. 

Pikiranku hanya tertuju untuk menemui Mas Dedik. Atasan sekaligus guru ngajiku dulu. Biasanya mas Dedik sering memperbaiki bacaan quran ku. Sudah lama sejak aku tinggal di Surabaya aku jarang sekali mengaji. Tiba-tiba setelah beberapa kali mengalami goncangan, kerinduanku pada mushaf begitu tinggi.

Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya berakhir. Ketika pertama kali tiba di dekat pondok segera aku mengabari Mas Arif dan Haris. Terlebih ada banyak panggilan dari mereka. Setelah ku kirimkan video singkat kondisiku di pondok pesantren banyuwangi ini mereka mulai berhenti memintaku kembali ke surabaya

Namun belakangan kuketahui sesuatu yang kutakutkan terjadi. Haris dan Anita tidak jadi menikah. Semua mungkin terjadi karena kebodohanku waktu itu. Meski tahun-tahun sudah berlalu. Rasa bersalah ini tak kunjung hilang.

Berusaha mengobatinya, aku mencoba membuka hati kembali. Sayangnya, pikiranku mengatakan bahwa akan ada hukuman atas perbuatanku di masa lalu. Seakan mati rasa, setiap kali ada wanita yang kusuka ditengah jalan perasaanku itu akan hilang, dan berganti rasa bersalah. 

Karena hal ini, aku mulai dikenal sebagai pria yang hobi memainkan perasaan perempuan.

Aku terus mengabaikan wanita yang suka kepadaku. Aku justru menghukum diri sendiri dengan terus mendekati wanita-wanita yang mengabaikanku. Rasanya aku perlu disakiti lebih banyak agar rasa bersalah ini bisa hilang sepenuhnya.

Tolong siapa saja, katakan padaku bahwa aku sudah dimaafkan.

Tamat

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Self Improvement
Cerpen
Menulis adalah Cara Berbohong yang Paling Efektif
Ronshopian
Flash
NON FIKSI & MALAM
Bulan
Cerpen
Melintasi Dimensi
Kirana
Flash
Bronze
Tertakar
Adam Nazar Yasin
Flash
Hidupku
winda aprillia
Skrip Film
Segunting Ranting
Alya Nazira
Novel
1/4
Sancka Stella
Cerpen
Bronze
Kisah Simsim yang Pemarah
Lia
Flash
Bukan Malin Kundang
Nurul Arifah
Flash
Langkah Pertama Menuju Kebebasan
Yitro
Cerpen
Bronze
FOCUS GROUP DISCUSSION
Ardian Agil Waskito
Novel
Dunia Kecil; panggung & omongkosong
Syauqi Sumbawi
Cerpen
Mengapa Aku Belum Ingin Mati?
Firlia Prames Widari
Cerpen
Bronze
Memahami
Daud Farma
Flash
Discount Friend
lidia afrianti
Rekomendasi
Cerpen
Menulis adalah Cara Berbohong yang Paling Efektif
Ronshopian
Flash
Bronze
Persepsi
Ronshopian
Flash
Ekspektasi
Ronshopian
Flash
Notif
Ronshopian
Flash
Sebelas
Ronshopian