Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Keringat di dahi dan leher Marwan berangsur menguap, setelah dikipas berkali-kali oleh penutup kepala yang beberapa menit lalu sudah berpindah ke tangannya. Ia menyandarkan punggungnya sejenak, pada dinding kayu sebuah rumah yang belum mampu ia renovasi. Selain karena tidak ada biaya, biarlah rumah itu menjadi saksi atas alur hidupnya bersama Karmini, sang Ibu.
Marwan mengalihkan pandangannya, mengintip dari balik jendela, sampai sorot matanya jatuh pada sosok wanita paruh baya yang tengah duduk berselonjor dengan kaki terhimpit kayu. Tatapan wanita yang akrab disapa Mak Karmini itu lurus dan kosong. Banyak kehampaan yang tertumpuk di pelupuk matanya. Mulutnya seperti ingin menyampaikan sesuatu, tetapi yang keluar hanyalah komat-kamit tidak jelas atau bahkan malah teriakan dan tangisan.
Seperti halnya hari itu. Marwan yang sedang bekerja di pabrik minyak kelapa milik Juragan Saleh, harus disusul oleh tetangganya karena sang Ibu kembali berteriak-teriak histeris, hingga nyaris mencelakai seorang anak S...