Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Mendadak Vin Diesel
6
Suka
537
Dibaca

Setelah tujuh hari tidak masuk sekolah, Vino datang ke kelas dalam keadaan tanpa rambut. Tidak sehelai pun terlihat di kepalanya. Apakah ini mode rambut barunya? Rasanya, bukan. Sebab, alih-alih keren, ia malah terlihat seperti jarum pentol yang berjalan. Lihatlah, baru selangkah kaki Vino menginjak lantai kelas, boom! Teman-temannya langsung bersorak menertawakannya.

 Ini agak aneh. Vino adalah murid yang cenderung pendiam dan tidak pernah bergaya macam-macam. Mengapa ia melakukan hal-hal ekstrem seperti ini? Mohammad Ashari, wali kelasnya tidak tahan untuk bertanya.

 Namun, siswa kelas 7A itu hanya tersenyum canggung dan menunduk. Ia seperti kesulitan menjelaskan alasannya memplontoskan diri.

 Malah teman-temannya yang bersahutan menjawab. “Lengket kena permen karet, Pak! Jadi, sama papanya dibabat habis!”

 Ashari hampir saja memercayai jawaban Kenzi itu kalau saja seisi kelas tidak terburu tertawa.

 “Bukanlah, Pak! Enggak mungkin begitu. Dia pasti cuma pengin irit sampo,” celetuk Jian. Garing, seperti biasa.

 “Ngawur semua!” Tiba-tiba, Alfatar berdiri. Dengan gayanya yang sok tahu, ia menjelaskan, “Cerita sebenarnya begini, Pak. Rambut Vino… pada protes, gara-gara terlalu sering disisir ke kiri. Tapi Vinonya terlalu otoriter, Pak. Dia enggak mau menerima protes atau kritikan. Jadi rambut-rambut itu pada frustrasi, dan akhirnya memutuskan kabur semua.”

 Seisi kelas gergeran lagi. Apalagi saat Steven menambahkan, “Waduh! Jangan-jangan, sekearang yang di bawah juga gundul!”

 Vino terlihat tidak nyaman menjadi pusat perhatian dan bahan gojlokan. Kepalanya yang licin menunduk. Ashari mendekatinya. Guru Bahasa Inggris itu mengulangi pertanyaannya. Namun, Vino masih bungkam.

 Barulah ketika pertanyaan itu dialihkan kepada orang tuanya, melalui WhatsApp (WA), semua terjawab. Ternyata, alopesia-lah biang keroknya. Penyakit itulah yang menyebabkan rambut Vino botak.

 “Bagaimana bisa, Pak? Sebelumnya, Vino terlihat sehat walafiat, segar bugar,” ketik Ashari begitu jam mengajarnya selesai.

 Jawaban datang sekira lima belas menit kemudian. “Ini penyakit autoimun, Pak Ashari. Sistem kekebalan tubuhnya salah serang. Harusnya menyerang penyakit, eh, malah menyerbu sel-sel yang sehat. Tepatnya, menyerang folikel rambut Vino sampai mengecil, bahkan berhenti memproduksi rambut.”

 Ashari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal membaca jawaban itu. Sepanjang 29 tahun hidupnya, belum pernah sekalipun ia mendengar penyakit ini. Ashari pun langsung browsing.

 Sumpah, ia baru tahu. Kehilangan rambut memang dapat terjadi secara tiba-tiba di seluruh kulit kepala. Dalam dunia medis, ini disebut alopesia totalis. Namun, ada juga yang lebih parah, yakni alopesia universalis. Di sini, kerontokan terjadi pada rambut di seluruh tubuh. Jadi, bisa jadi olok-olok Steven, siswanya yang nakal, tadi benar.

 Orang tua Vino mengaku telah mencoba berbagai obat dan terapi. Tak satu pun yang berhasil. Mereka sudah pasrah.

 “Rontoknya minggu lalu, Pak,” aku Vino, ketika Ashari kembali mengajaknya berbicara, di hari yang lain, kali ini empat mata di kelas yang sudah sepi. Kata-katanya lancar, tetapi terdengar bergelombang, seperti mau menangis. “Saya enggak masuk dan mengaku demam. Maaf, Pak, sudah berbohong. Saya cuma malu. Panik. Rambut saya mendadak rontok semua begini… termasuk alis dan bulu mata.”

 Ashari hanya bisa mengelus dada. Prihatin. Namun, ia tidak tahu harus membantu atau memberi saran apa.

 Yang membuatnya geregetan adalah kelakuan murid-muridnya yang lain. Meskipun sudah dijelaskan, teman-teman sekolah Vino tetap saja mengolok-oloknya. Mereka menyebutnya tuyul, Upin-Ipin, Shaolin, Avatar, Saitama, dan entah apa lagi.

 Rasanya, sudah puluhan kali Ashari menegur, bahkan membentak mereka. Ia juga pernah menakut-nakuti, bahwa penyakit alopesia dapat menyerang siapa pun, laki maupun perempuan, tua maupun muda. Jadi, “Jangan menertawakan Vino! Siapa tahu, berikutnya kalian yang kena!”

 Berhasil?

 Sayangnya, tidak.

 Mungkin karena Ashari bukan guru biologi, apalagi dokter, siswa-siswa itu cenderung mengabaikannya. Ejekan-ejekan tetap saja terdengar. Herannya, tak seorang teman pun berusaha membelanya. Padahal, sebelum terserang alopesia, ia akrab dengan Shera, Queen, dan Gibran. Sekarang, Vino seolah menghadapi seisi SMP Wufi sendirian.

 Ashari terus memutar otak untuk membantu muridnya yang sedang ditimpa musibah itu. Dalam seminggu ini, sudah dua kali ia menelepon orang tua Vino. Sambil bercanda, ia mengatakan bahwa jika Vino perempuan, solusinya mudah saja, yakni dengan mengenakan jilbab. Namun, karena Vino laki-laki, “Barangkali bisa dibelikan rambut palsu, Pak? Alisnya juga bisa dilukis. Mamanya mungkin bisa mengakalinya.”

 Namun, papa Vino menolak. Menurutnya, cepat atau lambat, Vino harus bisa menerima keadaan ini. “Mentalnya harus kuat. Toh, tidak adanya salahnya laki-laki berkepala plontos. Lihat saja pendiri Amazon Jeff Bezos, artis Deddy Corbuzier, aktor Vin Diesel. mereka baik-baik saja. Pak Ashari tahu, tidak? Di rumah, kami mulai memanggilnya Vino Diesel! Hahaha….”

 Dalam hati, Ashari tertawa geli. Tokoh-tokoh yang disebut papa Vino itu semua tampan, terkenal, dan kaya raya. Siapa yang berani mengolok mereka? Sementara Vino? Tampangnya biasa-biasa saja, badannya kurus, prestasi akademiknya juga pas bandrol.

 Walaupun orang tua Vino sudah ikhlas dengan keadaan ini, Ashari sebagai wali kelasnya rupanya belum bisa menerima. Menyembuhkan penyakitnya jelas agak mustahil, tetapi minimal ia ingin murid-muridnya yang lain berhenti mengejek Vino. Itu saja!

 Maka suatu hari, Ashari nekat membabat habis rambutnya. Ia jadi gundul, selicin Vino. Guru-guru dan Kepala Sekolah tidak ada yang terkejut, karena Ashari sudah berbicara mengenai rencana ini. Mereka bahkan salut dan respek. Namun, bagaimana reaksi para siswa?

 Begitu Ashari masuk, kelas yang awalnya berisik, langsung terdiam. Sebagian ingin tertawa, tetapi tak satu pun yang berani bersuara. Dan ajaibnya, sejak hari itu, tidak ada yang menertawakan Vino lagi. Sehingga perlahan-lahan, kepercayaan diri anak itu pulih kembali.

 Melihat rencananya berhasil, Ashari berniat melanjutkan penampilan seperti ini. Setiap rambutnya mulai tumbuh, ia mencukurnya hingga kembali licin.

 Lama-lama, Vino merasa tidak enak sendiri. Ia jadi merasa bersalah sendiri.

 Sebulan kemudian, setelah jam sekolah berakhir, Vino pun memberanikan diri menemui wali kelasnya di ruang guru. Setelah bertanya basa-basi tentang perbedaan antara “say” dan “tell” dalam bahasa Inggris, ia lantas memberanikan diri menyampaikan unek-uneknya, “Pak, jangan dicukur lagi rambutnya, ya.”

 Ashari tertegun sejenak. “Memangnya kenapa?”

 “Jelek.”

 Ashari tergelak. “Masa, sih? Tapi, memang kamu enggak merasa, desa ini makin panas? Akibat gelombang panas El Nino dan pemanasan global. Jadi, memang enaknya ya potongan begini, Vin. Serius!”

 “Jelek beneran, Pak!” tegas Vino jujur. “Nanti kalau Bu Sinta sampai malu jalan sama Bapak, gimana?”

 “Lah, ngapain kamu urus istri orang?!” Ashari pura-pura marah.

 “Sudahlah, Pak. Panjangin lagi rambutnya, ya. Saya sudah enggak apa-apa, kok. Teman-teman juga sudah enggak mengejek. Ini semua berkat Pak Ashari. Terima kasih banyak, Pak. Tapi, sudah… cukup.”

 “Cukup, gimana? Wong Bapak nyamannya begini, kok!”

 Vino terdiam. Lumayan lama ia berdiri di tempat. Namun, ia tidak lagi berkata-kata. Hanya, matanya tampak berkaca-kaca.

 Sejurus kemudian, Vin Diesel versi Desa Wufi itu maju menabrak gurunya. Lengannya menjangkau punggung Ashari. Tangannya mencengkeram baju safarinya. Erat. Kuat.

 Ashari terperangah, sampai tidak tahu harus berkata apa. Reaksi spontannya hanya mengelus-elus kepala licin Vino. Selain merasa terharu, Ashari juga merasa beruntung ruang guru sore itu sudah sepi. Jadi, tidak ada yang melihat adegan Upin dan Ipin berpelukan ini.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
ISTILAH PADI ILALANG
Rahmayanti
Novel
Bronze
Memilih Senyap
Yuditeha
Cerpen
Mendadak Vin Diesel
Braindito
Novel
Bronze
Sumpah Setia
Annisa Sabhrina
Novel
PRESISI
i_naaff
Novel
Bronze
Sejak Mimpi tak Lagi Mimpi
Choirunisa Ismia
Novel
Aku Salah Apa?
Anisa Swedia
Novel
Meragukan, yang berakhir nyata.
Callista Vine Wijaya Buntoro
Flash
Pejalanan
Selvi Diana Paramitha
Flash
Sang Penghibur Kerajaan
Jaydee
Novel
RAQEELA
siti salsabilla azzahra
Komik
Bronze
Brother Act
Helsy Ariesta
Skrip Film
Balada Serangga
Chely Nizwar
Skrip Film
How Are You, Really?
Rinai Bening Kasih
Novel
Bronze
Lupa pulang
naila holisoh putri nurj
Rekomendasi
Cerpen
Mendadak Vin Diesel
Braindito
Cerpen
Orang Tua Yang Tiap Idulfitri Selalu Minta Maaf ke Anaknya
Braindito
Flash
Tutorial Melawan Begal
Braindito
Cerpen
Sejak Study Tour Itu
Braindito
Flash
Istana Buah
Braindito