Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Membelah Televisi
1
Suka
1,641
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kisah ini buah imajinasi. Sebuah cerpen yang panjang. Nama sekolah dan perguruan tinggi yang disebut dalam kisah ini hanya fiktif belaka. Penyebutan merek obat, pisau, sepeda motor, hanya untuk menguatkan cerita, bukan untuk promosi. 

Saya akan membelah televisi di rumah kami menggunakan kapak. Di gudang ada sebilah kapak dengan panjang gagang sekira 30 sentimeter, cukup kuat untuk membelah televisi dengan sekali tebas. 

Kapak itu saya beli tiga tahun silam karena saya penggemar senjata tajam –pisau, parang, dan lainnya. Saya menyimpannya di gudang, karena tidak tahu peruntukkannya. Sekarang saya tahu, kapak itu akan saya pergunakan untuk membelah televisi.

Saya menyusun rencana waktu yang tepat dan tindakan yang dramatis untuk membelah televisi itu menjadi dua bagian atau tiga bagian, atau kalau perlu sampai berkeping-keping.

Rencana A: saya akan menunggu saat rumah sepi, saat Halimah, Aprilia, Meilani, dan Yunita sedang tidur. Pada saat itu saya akan dengan garang mengayunkan kapak dengan sekuat tenaga, sekali tebas, kras! Televisi terbelah, lalu mereka akan terbangun dari tidur, menjerit histeris melihat televisi satu-satunya di rumah kami telah menjadi rongsok. Tetapi, ah, kurang dramatis.

Rencana B: saya akan mengenakan celana jins hitam, jaket hitam, dan kacamata hitam, lalu dengan gagah keluar dari kamar sambil menggenggam kapak. Di ruang tengah, saya bayangkan, istri dan ketiga anak gadis saya akan berteriak histeris mencegah aksi saya, namun mereka tak berdaya karena dalam keadaan marah tenaga saya berlipat ganda. Lalu, dengan kekuatan seperti Hulk, saya menebaskan kapak, membelah televisi. Kemudian, seperti superhero Hollywood, saya akan menggeram dan berkata, “Aku, Rizal Si Pembelah Televisi!” Masih kurang dramatis?

Rencana C: saya belum memikirkannya. 

Saya kira, rencana A dan rencana B akan membuat geger kompleks perumahan Griya Permai dan akan cepat viral di media sosial. Yeah, saya akan terkenal!

Namun, untuk saat ini saya harus menahan diri; sering menarik napas panjang dan mencoba membaur dengan keluarga di ruang tengah, menonton sinetron Pacarku Tukang Kentut atau sinetron Anakku Bukan Anak Tetangga.

***

Seperti biasa, kami sarapan bersama di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Menu pagi ini macam-macam, karena selera kami berbeda. Halimah tempe goreng. Aprilia si sulung, roti bakar dengan selai kacang. Meilani si tengah, telur goreng orak-arik dengan kecap. Yunita si bungsu, sosis goreng. Saya telur ceplok diolesi kecap. 

Kami makan dengan lahap karena berlauk sesuai selera masing-masing. Seperti dalam film Hollywood, kami selingi acara makan dengan obrolan. Namun, obrolan kali ini dikuasai oleh istri dan anak-anak.

Halimah dan Aprilia membicarakan sinetron Pacarku Tukang Kentut. Meilani dan Yunita memuji-muji sinetron Anakku Bukan Anak Tetangga. Ada dua kubu dan masing-masing kubu menganggap sinetronnya yang menarik, dan sesekali menyindir sinetron dari kubu lain sebagai tayangan kurang menarik. 

“Itu sinetron jorok. Masa tiap kali ada adegan orang kentut. Ih, jijik,” kata Meilani yang kelas XII SMA, wajahnya menggambarkan orang merasakan jijik.

“Iya, itu sinetron jorok dan norak. Seperti nggak ada judul lain saja,” timpal Yunita yang kelas X SMA, mendukung pendapat kakaknya.

“Judul mah nggak penting. Yang penting ceritanya asyik. Tul nggak, Ma?” sahut Aprilia yang mahasiswa Manajemen semester 4, mendongakkan kepala.

“Betul itu,” Halimah menukas. “Memang tren sekarang, judul sinetron kita aneh-aneh atau panjang-panjang. Mama nggak tahu mengapa begitu, tapi yang penting, benar kata Yunita, ceritanya asyik-asyik.”

“Asyik apanya,” sergah Meilani. “Baru nonton semenit, remote sudah direbut mama atau Kak Prila.”

“Eh, siapa yang merebut? Aku kan merebut balik remote yang kamu rebut. Kamu tuh yang merebut duluan. Ya, kan, Ma?” kata Aprilia membela diri.

“Betul itu,” sahut mama. “Sinetron Pacarku Tukang Kentut itu lebih dulu tayang daripada Anakku Bukan Anak Tetangga. Jadi, harus ditonton dulu sampai rampung.”

“Yang betul itu,” Meilani cepat menukas. “Kita harus punya dua tivi.”

“Betul itu!” Halimah dan anak-anak serempak berseru, dan serempak pula menatap saya.

“Apa?” saya tertegun, sendok yang sudah di depan mulut berhenti. “Mengapa kalian menatap papa?”

“Dua tivi,” mereka serentak menjawab.

“Dua tivi? Untuk kalian?” tanya saya, sendok masih di depan mulut.

Mereka mengangguk bersamaan.

“Lalu untuk papa?” tanya saya.

“Kalau be...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
Bronze
Membelah Televisi
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
THE PAGEANT: Brain, Beauty, Bitchaviour
Ardhi Widjaya
Flash
SIMALAKAMA
Siti Sarah Madani
Novel
Bronze
Foolish Love!
Syane Raphaeli Irawan
Novel
Bronze
Simulakrum
Dinda Ratri
Flash
Salah Siapa?
Sri Marflowers
Flash
Bronze
Je T"aime à La Folie
B12
Novel
Bronze
Kosokbali
Asep Subhan
Novel
Sayang Abang
Rissa Sahara
Novel
Tuan Lori
Adinda Amalia
Cerpen
Bronze
Keluarga Pendiam
Sulistiyo Suparno
Novel
Gold
PCPK I Will Always Love You
Noura Publishing
Cerpen
Cateutan Akika Jilid Dua, Yuk Mari
Dillon Gintings
Novel
Senja
Ega Okti Mayang Sari
Novel
Bronze
BUMI Ajari Aku Kematian
Nofi Yendri Sudiar
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Membelah Televisi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Keluarga Pendiam
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Cemburu yang Aneh
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Haji tanpa Gelar
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Gadis Sampul
Sulistiyo Suparno
Flash
Nyanyian Penyemangat Hidup
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Seorang Novelis Telah Mati
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Malam Jumat
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Dering Telepon Tua
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Jangan Pacari Kakakku
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Pisau
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Beruang Lapar
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Siapa yang Mandul?
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Daun Jati
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Warung Tetangga Bangkrut
Sulistiyo Suparno