Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Membelah Televisi
1
Suka
1,249
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Kisah ini buah imajinasi. Sebuah cerpen yang panjang. Nama sekolah dan perguruan tinggi yang disebut dalam kisah ini hanya fiktif belaka. Penyebutan merek obat, pisau, sepeda motor, hanya untuk menguatkan cerita, bukan untuk promosi. 

Saya akan membelah televisi di rumah kami menggunakan kapak. Di gudang ada sebilah kapak dengan panjang gagang sekira 30 sentimeter, cukup kuat untuk membelah televisi dengan sekali tebas. 

Kapak itu saya beli tiga tahun silam karena saya penggemar senjata tajam –pisau, parang, dan lainnya. Saya menyimpannya di gudang, karena tidak tahu peruntukkannya. Sekarang saya tahu, kapak itu akan saya pergunakan untuk membelah televisi.

Saya menyusun rencana waktu yang tepat dan tindakan yang dramatis untuk membelah televisi itu menjadi dua bagian atau tiga bagian, atau kalau perlu sampai berkeping-keping.

Rencana A: saya akan menunggu saat rumah sepi, saat Halimah, Aprilia, Meilani, dan Yunita sedang tidur. Pada saat itu saya akan dengan garang mengayunkan kapak dengan sekuat tenaga, sekali tebas, kras! Televisi terbelah, lalu mereka akan terbangun dari tidur, menjerit histeris melihat televisi satu-satunya di rumah kami telah menjadi rongsok. Tetapi, ah, kurang dramatis.

Rencana B: saya akan mengenakan celana jins hitam, jaket hitam, dan kacamata hitam, lalu dengan gagah keluar dari kamar sambil menggenggam kapak. Di ruang tengah, saya bayangkan, istri dan ketiga anak gadis saya akan berteriak histeris mencegah aksi saya, namun mereka tak berdaya karena dalam keadaan marah tenaga saya berlipat ganda. Lalu, dengan kekuatan seperti Hulk, saya menebaskan kapak, membelah televisi. Kemudian, seperti superhero Hollywood, saya akan menggeram dan berkata, “Aku, Rizal Si Pembelah Televisi!” Masih kurang dramatis?

Rencana C: saya belum memikirkannya. 

Saya kira, rencana A dan rencana B akan membuat geger kompleks perumahan Griya Permai dan akan cepat viral di media sosial. Yeah, saya akan terkenal!

Namun, untuk saat ini saya harus menahan diri; sering menarik napas panjang dan mencoba membaur dengan keluarga di ruang tengah, menonton sinetron Pacarku Tukang Kentut atau sinetron Anakku Bukan Anak Tetangga.

***

Seperti biasa, kami sarapan bersama di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Menu pagi ini macam-macam, karena selera kami berbeda. Halimah tempe goreng. Aprilia si sulung, roti bakar dengan selai kacang. Meilani si tengah, telur goreng orak-arik dengan kecap. Yunita si bungsu, sosis goreng. Saya telur ceplok diolesi kecap. 

Kami makan dengan lahap karena berlauk sesuai selera masing-masing. Seperti dalam film Hollywood, kami selingi acara makan dengan obrolan. Namun, obrolan kali ini dikuasai oleh istri dan anak-anak.

Halimah dan Aprilia membicarakan sinetron Pacarku Tukang Kentut. Meilani dan Yunita memuji-muji sinetron Anakku Bukan Anak Tetangga. Ada dua kubu dan masing-masing kubu menganggap sinetronnya yang menarik, dan sesekali menyindir sinetron dari kubu lain sebagai tayangan kurang menarik. 

“Itu sinetron jorok. Masa tiap kali ada adegan orang kentut. Ih, jijik,” kata Meilani yang kelas XII SMA, wajahnya menggambarkan orang merasakan jijik.

“Iya, itu sinetron jorok dan norak. Seperti nggak ada judul lain saja,” timpal Yunita yang kelas X SMA, mendukung pendapat kakaknya.

“Judul mah nggak penting. Yang penting ceritanya asyik. Tul nggak, Ma?” sahut Aprilia yang mahasiswa Manajemen semester 4, mendongakkan kepala.

“Betul itu,” Halimah menukas. “Memang tren sekarang, judul sinetron kita aneh-aneh atau panjang-panjang. Mama nggak tahu mengapa begitu, tapi yang penting, benar kata Yunita, ceritanya asyik-asyik.”

“Asyik apanya,” sergah Meilani. “Baru nonton semenit, remote sudah direbut mama atau Kak Prila.”

“Eh, siapa yang merebut? Aku kan merebut balik remote yang kamu rebut. Kamu tuh yang merebut duluan. Ya, kan, Ma?” kata Aprilia membela diri.

“Betul itu,” sahut mama. “Sinetron Pacarku Tukang Kentut itu lebih dulu tayang daripada Anakku Bukan Anak Tetangga. Jadi, harus ditonton dulu sampai rampung.”

“Yang betul itu,” Meilani cepat menukas. “Kita harus punya dua tivi.”

“Betul itu!” Halimah dan anak-anak serempak berseru, dan serempak pula menatap saya.

“Apa?” saya tertegun, sendok yang sudah di depan mulut berhenti. “Mengapa kalian menatap papa?”

“Dua tivi,” mereka serentak menjawab.

“Dua tivi? Untuk kalian?” tanya saya, sendok masih di depan mulut.

Mereka mengangguk bersamaan.

“Lalu untuk papa?” tanya saya.

“Kalau be...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15,000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Mirror
Lolita Alvianti susintaningrum
Cerpen
Bronze
Pertarungan Terakhir
Reyan Bewinda
Cerpen
Bronze
Membelah Televisi
Sulistiyo Suparno
Novel
Gold
Sidney`s Dream
Mizan Publishing
Novel
Titik Terang
Adira Putri Aliffa
Flash
Kayu Bakar Simbok
Adjie P. Atmoko
Novel
Dear Keyla
Prisda Tri Syamiati
Novel
Gold
The Grand Sophy
Noura Publishing
Novel
Cinta Seorang Politisi pada Pelacurnya
Aji Najiullah Thaib
Novel
Surat Cinta Untuk Ayah
Aries Supriady
Novel
Karena X
Selvi Diana Paramitha
Novel
Bronze
Puzzle
Diah Puspita Sari
Novel
Gold
Frederica
Noura Publishing
Novel
Memiliki Kehilangan
NarayaAlina
Novel
Gold
KKPK Kenangan di Velicia Toward
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Membelah Televisi
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Menembak Gagak
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Menonton Televisi di Losmen
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Jangan Jadi Orang Baik
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Nasib Buruh Demonstran
Sulistiyo Suparno
Flash
Sahabat Pena
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Kekasih Diam-Diam
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Ternyata Begini Rasa Cemburu
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Gagal Jadi Tentara
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Jangan Pacari Kakakku
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Malam Jumat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
"Tolong, Sembelih Saya!"
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Martin, Penyanyi yang Hilang
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Tali Pocong
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bronze
Penumpang Gelap
Sulistiyo Suparno