Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Malam ini, langit sangat cerah berseri. Gugusan bintang sangat banyak ditemukan, dengan mudah saja melihatnya. Si titik bintang di komandoi oleh satelit alami yang di ilhami cahaya terang, bulan namanya. Pasukan mereka ini menerangi seluruh alam raya di malam hari.
Di bawah sinar rembulan, terlihat sosok lelaki yang sedang melamun di atas ambang jendela kayu sebuah rumah panggung. Matanya melihat sebuah sebuah bingkai lapuk tergantung di dinding rumah kayu itu, terlihat di sana seorang ibu mendekap seorang anaknya dengan penuh kasih sayang yang tak lain adalah lelaki di atas ambang jendela itu. Air matanya seketika meluncur dan nafasnya tersengal.
Langit cerah nan memesona sebab purnama yang terang benderang malam itu seakan menguatkan Ismail di dalam keterpurukannya. Bulan-bulan ini, Ismail sering merenung dalam diam. Seperti saat ini, pikirannya tak lain adalah duka cita yang membalut hatinya, dan hanya itu saja tiada yang lain.
Berbalik ke lima tahun silam.
Secerah matahari yang timbul dari balik gunung pagi ini, sama cerahnya dengan hati kedua orang tua Ismail saat mengantarkannya ke pondok pesantren. Berbeda dengan kakaknya, Ismail masuk pondok setamat dari jenjang tsanawiah, setara SMP. Ia mondok di tempat kakaknya dulu belajar agama, nun jauh di seberang pulau tanah kelahirannya,
”Belajar yang rajin, ya, Is. Jadilah orang yang taat dan patuh terhadap perintah agama. Kayak kaka...