Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Melodi Desiran Ombak
1
Suka
35
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Bab 1: Nada di Atas Pasir

Langit di atas Selat Makassar selalu menawarkan kanvas kebiruan yang tak terbatas, namun bagi Elang, keindahan sejati tersembunyi dalam simfoni abadi yang dimainkan oleh ombak. Ia adalah Elang, seorang komposer jalanan. Bukan musisi yang mencari panggung megah, melainkan seorang penjelajah bunyi, pengembara yang mengumpulkan melodi dari alam. Rambutnya gondrong dan diikat asal, kulitnya kecokelatan terbakar matahari, dan matanya selalu memancarkan intensitas seorang seniman yang melihat dunia lebih dari sekadar visual. Tas punggungnya selalu berisi peralatan rekaman: mikrofon kondensor ultra-sensitif, headphone berkualitas tinggi, sebuah laptop tua yang setia, dan synthesizer portabel yang menemaninya ke mana pun. Elang hidup berpindah-pindah, dari satu kota ke kota lain, dari satu pantai ke pantai berikutnya, mencari suara yang murni, yang belum terjamah oleh polusi dan kebisingan manusia.

Misinya kali ini adalah sebuah proyek yang sangat pribadi, yang ia beri judul "Ode Lautan". Sebuah album instrumental spiritual yang seluruhnya berbasis pada suara ombak. Bukan ombak biasa, melainkan ombak yang memiliki resonansi, frekuensi, dan mungkin, jiwa. Misi Elang adalah merekam lima komposisi musik alam dari lima lokasi pesisir berbeda di Nusantara, masing-masing dengan karakteristik ombaknya sendiri. Setelah berbulan-bulan riset dan penjelajahan, ia sampai pada sebuah nama: Desa Labuang. Sebuah desa pesisir terpencil di sebuah sudut tersembunyi di Sulawesi Selatan, jauh dari keramaian Makassar, yang dikenal di kalangan nelayan sebagai tempat di mana suara ombaknya "paling indah dan bersih." Konon, desiran ombak di sana memiliki melodi tersendiri, sebuah nyanyian kuno yang bisa menenangkan jiwa.

Perjalanan ke Labuang bukanlah hal yang mudah. Elang harus menempuh berjam-jam perjalanan darat yang berliku, kemudian dilanjutkan dengan perahu motor kecil yang melintasi perairan biru gelap. Setibanya di sana, ia disambut oleh desa nelayan yang sederhana. Rumah-rumah panggung berjejer rapi di sepanjang pantai, jaring-jaring ikan dijemur di bawah matahari, dan aroma garam laut bercampur dengan bau ikan bakar. Penduduk desa, dengan kulit legam terbakar matahari dan senyum ramah yang tulus, menyambutnya dengan rasa ingin tahu. Mereka adalah orang-orang yang lugu, hidup selaras dengan laut, dan sedikit terkejut dengan kedatangan seorang asing yang membawa peralatan aneh.

"Selamat datang, Nak," kata seorang kakek tua dengan jenggot memutih, yang memperkenalkan diri sebagai Pak Harun, kepala desa. Matanya yang keriput menatap Elang dengan pandangan ingin tahu. "Ada keperluan apa jauh-jauh datang ke desa kami ini?"

Elang menjelaskan misinya, tentang album "Ode Lautan" dan tentang bagaimana ia mencari suara ombak yang sempurna. Ia menunjukkan peralatannya, dan Pak Harun mengangguk-angguk, meskipun jelas tidak sepenuhnya memahami.

"Jadi, kamu ingin merekam suara laut kami?" tanya Pak Harun, tersenyum. "Laut kami memang istimewa, Nak. Memberi kami makan, memberi kami hidup." Ada nada kebanggaan dalam suaranya.

"Saya dengar ombak di sini berbeda, Pak," kata Elang, mencoba memancing informasi. "Lebih... bersih, lebih indah katanya."

Senyum Pak Harun sedikit memudar. Ia bertukar pandang dengan beberapa penduduk desa lain yang berdiri di dekatnya. Ada sedikit keraguan di mata mereka, sebuah ketidaknyamanan yang samar.

"Ah, itu kan cuma kata orang, Nak," jawab Pak Harun, sedikit tergesa-gesa. "Ombak ya ombak. Di mana-mana sama saja. Tapi memang, di sini airnya jernih, pantainya sepi. Bagus untuk orang seperti kamu yang suka ketenangan."

Meskipun Pak Harun mencoba terdengar santai, Elang merasakan adanya sedikit keengganan dalam jawabannya. Ada sesuatu yang tak terucap, sebuah rahasia kecil yang mereka enggan bagikan. Tap...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp13.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Melodi Desiran Ombak
Christian Shonda Benyamin
Novel
10 PM Kumpulan Cerita Horor
Joko Purnomo Aji
Novel
JALUR ILEGAL
Hendra Wiguna
Skrip Film
Lucid Dream
Silah Fauzun Akbar
Novel
Gold
Fantasteen Ghost`s Whisper
Mizan Publishing
Flash
Jangan Khianati Aku
Roy Rolland
Cerpen
Bronze
Ruang X0
Juliana
Novel
Gadis Jelmaan Parakang
Muhammad Taufiq
Cerpen
Bronze
Tuan Baru
Christian Shonda Benyamin
Komik
Bronze
Perjalanan Dua Dunia
Maria Nur Karimah
Cerpen
Bronze
Misteri Selendang Biru
Tika Lestari
Novel
Komplotan Tidak Takut Hantu
Mohamad Novianto
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
Koma Karmila
Herman Sim
Flash
Sam
hyu
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Melodi Desiran Ombak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tuan Baru
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Polaroid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jejak Pulang Yang Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Nada Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ouija
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Hutan Larangan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kereta Cepat Whoosh
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
19:00
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Perawat Siska
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jumat Akhir Bulan Juli
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin