Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Melodi Bunga Malam
1
Suka
21
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Gemerlap lampu gantung di aula besar menari bersama riuh rendah suara tawa dan denting gelas kaca. Lena berdiri kaku di tengah kerumunan, tangan mungilnya digenggam oleh Liam yang terlihat sangat akrab dengan para tamu. Sementara lelaki itu menyapa dan berbincang hangat dengan semua orang, Lena justru merasa seolah berada di negeri asing yang tak ia pahami.

Ia menarik napas panjang, menyembunyikan kegelisahan di balik senyuman tipis. Namun, semakin lama berada di sana, semakin kuat rasa asing yang menggulung dadanya. Ketika Liam larut dalam percakapan yang membosankan dengan sekelompok pebisnis, Lena perlahan menarik tangannya dan mundur. Diam-diam, ia melangkah menjauh dari keramaian tanpa sepengetahuan siapa pun.

Lorong di luar aula sunyi. Cahaya lampu dinding menciptakan bayangan panjang di tembok batu. Langkah Lena terhenti ketika sebuah suara memecah kesunyian.

“Nona, tidak sopan meninggalkan perjamuan begitu saja.”

Suaranya tenang dan dalam. Lena menoleh cepat. Seorang pria dengan jas abu-abu gelap berjalan melewatinya. Wajahnya tampak biasa saja, tapi ada sesuatu yang tak bisa Lena jelaskan. Senyum tipisnya seperti menyimpan banyak hal. Rambutnya hitam agak acak, langkahnya tenang dan bergaung di lantai marmer.

Lena terdiam, tidak tahu harus merespons apa. Lidahnya kelu, dan untuk beberapa detik ia hanya bisa memandangi punggung pria itu yang mulai menjauh. Dalam hatinya, ada dorongan untuk bertanya—Siapa dia? Kenapa dia bicara seolah mengenalnya?—tapi bibirnya tak kunjung terbuka.

Ia mengangkat tangan sedikit, mencoba memanggil. Tapi terlambat. Pria itu telah berbelok di ujung lorong.

Dengan napas tertahan, Lena melangkah mengikuti jejaknya, diam-diam. Tidak cepat, tidak lambat, hanya cukup dekat agar tak kehilangan arah. Jantungnya berdetak lebih keras, entah karena takut atau penasaran. Langkahnya nyaris tanpa suara saat menyusuri lorong panjang yang kini sepi.

Sampai akhirnya pria itu masuk ke sebuah ruangan tua.

Di sanalah, di sudut ruangan dengan lampu redup dan dinding berlapis kayu, sebuah piano klasik berdiri menanti. Pria itu duduk tanpa ragu, dan jari-jarinya mulai menari di atas tuts-tuts yang telah lama tak bersuara.

Melodinya tidak megah, tidak pula ramai. Hanya alunan sederhana, namun setiap nada menyusup langsung ke dalam dada Lena, menggoyahkan hatinya. Seperti puisi malam yang tenang, namun menyisakan luka kecil di balik keindahannya. Lena tidak tahu berapa lama ia berdiri di sana, hanya tahu bahwa waktu seolah berhenti.

Saat pria itu menghentikan permainannya, Lena masih terpaku, bahkan napasnya pun tertahan. Ia baru tersadar saat pria itu menghampirinya dan menyelipkan sesuatu di telapak tangannya.

“Saya senang Nona menikmati pertunjukan kecil saya,” ucapnya lirih sambil tersenyum kecil. Ia lalu melangkah pergi begitu saja, meninggalkan aroma misteri di udara.

Lena ingin menghentikannya, menanyakan siapa dia, apa arti melodi itu, dan kenapa pertemuan ini terasa begitu nyata, begitu penting. Tapi semua pertanyaannya tertahan di tenggorokan. Ia tak bisa mengucapkan satu kata pun.

“Len, bangun.”

Kelopak mata Lena berkedip cepat. Aula kembali muncul di hadapannya. Riuh tawa, musik dansa, gelas-gelas berdenting, dan Liam yang kini duduk di sampingnya sambil menepuk bahunya.

“Kamu tertidur?”

Lena tersentak pelan. Ia menegakkan duduk, mengerjap beberapa kali, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Pipinya hangat, entah karena malu atau bingung. “Aku... Astaga , aku benar-benar tertidur?” katanya lirih, lalu tersenyum canggung.

Liam tertawa pendek. “Iya, tapi kamu hanya tertidur sebentar. Sepertinya kamu bosan dengan pesta ini.”

“Tidak juga... Aku hanya terbawa suasana, mungkin.” Lena mencoba tertawa kecil, meskipun pikirannya masih berputar-putar di antara mimpi, melodi, dan... Deavan.

Liam meneguk minumannya lalu berdiri. “Aku ada sedikit urusan. Hanya sebentar. Kamu tunggu saja di sini, ya? Nanti aku akan kembali.”

Lena mengangguk, kali ini lebih pelan, seolah tubuhnya belum sepenuhnya kembali ke kenyataan. "Iya, aku tunggu di sini."

Begitu Liam pergi, ia menunduk dan di situlah ia melihatnya. Sebuah sapu tangan kecil terlipat rapi di pangkuannya. Warna putihnya bersih, dan di salah satu sudutnya terjahit bordir bunga Lily yang halus. Jemarinya gemetar saat meraba kain itu, hatinya berdegup lebih cepat dari sebelumnya.

Ia membalikkan sapu tangan tersebut dan menemukan sesuatu yang membuat tubuhnya kaku: sebuah nama, dijahit dengan benang emas di sudut kain.

“Deavan.”

Lena menatap sapu tangan itu lama, seolah berharap ada jawaban tersembunyi di balik sulaman bunga Lily itu. Jemarinya mengusap pelan nama yang terjahit di sudutnya.

Ia berdiri perlahan. Di dalam benaknya, hanya satu hal yang memenuhi pikirannya: pria itu. Sosok yang muncul begitu nyata dalam mimpinya atau entah mimpi macam apa itu dan tatapan mata yang seperti pernah ia kenal. Ia tidak tahu harus mulai dari mana, tapi ia ingin mencari tahu. Mencari pria itu. Atau setidaknya jejaknya.

Langkahnya menuntun dirinya menyusuri sisi kastil yang tenang. Ia tidak yakin hendak ke mana, tapi tubuhnya seolah bergerak sendiri, digerakkan oleh keinginan kuat yang tumbuh diam-diam dalam hatinya. Ia menelusuri sisi kastil yang sunyi, hingga akhirnya sampai di depan sebuah pintu kayu berat dengan ukiran bunga-bunga. Ia mendorong pintu itu perlahan dan menemukan dirinya berada di dalam sebuah perpustakaan tua. Deretan rak kayu menjulang, dipenuhi buku-buku berdebu yang menyimpan zaman di balik halaman-halamannya.

Jari Lena menyentuh punggung buku satu per satu, hingga matanya tertumbuk pada sebuah judul yang memancing debar di dadanya: “Symphonies of Deavan.” Ia menarik buku itu dari rak, dan selembar foto tua tergelincir jatuh ke lantai.

Dengan tangan gemetar, Lena memungut foto tersebut. Seorang pria muda duduk di depan piano, mengenakan jas abu-abu, senyum lembut menghiasi wajahnya. Rambutnya berantakan, dan matanya... mata itu... adalah mata yang memandangnya malam ini.

Di bawah foto itu tertera tulisan:

“Deavan Albrett. Komponis muda yang menghilang misterius setelah perjamuan terakhir di kastil ini, tahun 1925. Dikenal karena karya musiknya yang melankolis dan kemampuannya menghipnotis siapa pun yang mendengarnya.”

Lena menelan ludah. Tangannya meremas sapu tangan bersulam bunga Lily dengan nama Deavan. Semuanya nyata. Kain itu dingin, namun terasa hangat di dadanya seolah menyimpan jejak kehadiran seseorang yang seharusnya tak ada lagi di dunia ini. Tapi bagaimana mungkin?

Apakah itu hanya mimpi biasa?

Atau apakah Deavan benar-benar pernah kembali malam itu, melintasi batas waktu hanya untuk memainkan satu lagu bagi seorang gadis asing? Gadis yang entah kenapa mampu mendengarnya, menjawab panggilannya, dan menjadi saksi akan sebuah melodi yang telah terkubur berpuluh dekade.

Dan jika itu benar, kenapa Lena?

Kenapa ia yang terpilih untuk mengingat? Untuk merasakan? Apakah hanya karena ia mendengar musik itu lebih dalam dari yang lain? Atau karena ada bagian dari jiwanya yang telah lama menunggu melodi itu datang?

Malam terasa semakin sunyi, tapi di dalam dadanya, sesuatu perlahan tumbuh. Rasa kehilangan atas seseorang yang tak pernah ia kenal, namun kini tak mungkin ia lupakan.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Melodi Bunga Malam
Dewyrum
Cerpen
Bronze
WARISAN
Jejak Penulis
Skrip Film
News Anchor Screenplay
Risna Pramesti
Cerpen
Bronze
Proyek Memori: Subjek 27
Ron Nee Soo
Novel
Narasi Senja
Alima Rose
Skrip Film
The good detectiv
fasya aditya
Cerpen
Bronze
KUCING WANGSA PRIBUMI
brobin
Novel
Bronze
Misteri Gunung Halilintar
Vitri Dwi Mantik
Cerpen
Bronze
Orang-orang yang Diburu
brobin
Skrip Film
Aluna's Story
Rizky oktavia
Cerpen
Bronze
Fatal Curve
Fuseliar
Novel
Temukan Aku!
Rexa Strudel
Flash
Sinar Tak Kunjung Padam
Iis Siti Napisah
Cerpen
Bronze
Kematian Terakhir
Omius
Cerpen
LOCK IT DOWN
Rama Sudeta A
Rekomendasi
Cerpen
Melodi Bunga Malam
Dewyrum
Novel
Bidadari Bunda
Dewyrum