Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Surabaya, 3 November 1945
Suara letupan di kejauhan menjadi lagu pengantar tidur yang semakin lama semakin memekakkan telinga. Bukan dentuman mercon tahun baru, melainkan suara senapan dan mortir yang mengoyak langit kota. Langit malam tak lagi hitam—ia berubah jingga pucat, terbakar api dari gudang amunisi yang terbakar dua malam lalu.
Di balik dinding kayu rumah tua bergaya kolonial di kawasan Pecinan Surabaya, seorang gadis remaja berambut panjang sedang memandangi ayahnya yang duduk di kursi rotan, diam, khusyuk menatap sebuah peta usang. Gadis itu bernama Lien Hoa, tapi oleh teman-teman lokalnya ia lebih sering dipanggil Melati. Nama pemberian ibunya yang telah tiada. Nama yang kini hanya menjadi kenangan samar di balik bau asap dan debu mesiu.
"Pa, kita harus bantu mereka," ucap Melati pelan, namun tajam.
Ayahnya, Tuan Liu, mengangkat wajah. Matanya redup, berkaca-kaca. Lelaki itu dulu seorang pedagang teh dari Guangdong yang menetap di Surabaya dan menikahi perempuan Jawa. Sejak invasi Jepang dan proklamasi kemerdekaan, bisnisnya perlahan-lahan hancur. T...