Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Mau Pulang
1
Suka
14
Dibaca

23.00 WIB

Seorang bapak driver ojek online baru saja mengantar pulang penumpang terakhirnya. Sudah waktunya close order, mengingat malam kian larut.

Saat perjalanan hendak pulang ke rumah, si bapak melihat seorang gadis berdiri di bahu kanan jalan. Tak jauh dari tempatnya berdiri merupakan bangunan rumah sakit.

Gadis itu melambaikan sebelah tangannya. Agak gimana gitu lihat cewek sendirian larut malam gini. Mana jalanan cukup sepi di jam-jam ini.

Si bapak ojol lalu menghentikan laju motornya tepat di samping gadis tersebut.

"Pak, saya mau pulang. Tolong antar saya, ya," ucapnya langsung.

"Duh, gimana, ya, neng, bapak udah mau pulang, nih," kata si bapak ojol.

"Tolonglah, Pak. Bapak apa gak kasian sama saya ?" Wajah gadis itu memelas. 

Si bapak termangu sejenak. Sembari curi-curi pandang ke arah si gadis. Wajahnya sangat pucat sekali.

"Hm. Ya udah saya antar," kata si bapak berubah pikiran. Di satu sisi karena kasihan. 

"Lewat aplikasi aja, ya, Mbak," sambungnya.

"Saya gak bawa hp, Pak."

"Hm, gitu. Ya udah gak apa-apa. Ayo, mbak naik." 

Gadis itu segera menaiki jok belakang motor. Setelahnya, motor melaju meninggalkan area tersebut.

****

Sepanjang perjalanan mereka berdua diam-diam an saja. Sebentar-sebentar si bapak ojol melirik ke spion motor. Gadis itu sejak awal keberangkatan menunduk terus dan bergeming. Tak seperti penumpang pada umumnya. Entah karena sedang sedih atau mengantuk. Yang jelas si bapak sedikit mengkhawatirkannya.

Untuk mencairkan suasana canggung ini, si bapak ojol membuka percakapan.

"Mbak ?"

"Ya, Pak."

"Emang mbak habis dari rumah sakit, ya ?" tanya si bapak ojol, terlintas begitu saja di pikiran.

"Iya, Pak."

"Oh, gitu. Mbak habis berobat atau jenguk seseorang ?"

"Saya sakit, Pak. Satu Minggu di rawat. Tapi, udah tenang, kok sekarang. Udah gak ngerasain sakit lagi."

Selama menjawab, nada bicara gadis itu terkesan datar. 

Tak tahu mengapa tiba-tiba si bapak merinding. 

"Maksudnya, Mbak ?" tanya si bapak ojol, jujur tidak mengerti.

"Nanti bapak juga bakalan tahu," balas si gadis, terkesan ambigu.

Si bapak ojol enggan terlalu memikirkan pernyataan gadis tersebut. Beliau tetap positif thinking.

"Kok, pulangnya jam segini, Mbak ?" Si bapak ojol mengajukan pertanyaan lain.

"Saya yang minta, Pak. Udah gak betah lama-lama di rumah sakit."

"Oohh. Terus kenapa mbak sendirian aja ? Nunggu di pinggir jalan pula."

"Gak ada yang jemput saya, Pak."

"Loh, memang pada ke mana keluarganya, Mbak ?" 

"Sibuk semua, Pak."

"Owalah. Padahal udah larut malam begini. Masa gak ada satupun yang mau nyempetin waktu buat jemput. Kasian banget si mbak. Mana baru pulih dari sakit."

Si bapak mendadak melow. Sedangkan, si gadis tampak biasa saja. Tanpa ekspresi.

****

20 menit kemudian…

Si bapak ojol memasuki perkampungan yang di sebutkan oleh si gadis. 

"Ke arah mana nih, mbak rumahnya ?" tanya si bapak seraya fokus nyetir motornya.

"Lurus aja, Pak. Ada pertigaan belok kanan. Habis itu lurus lagi. Belok kanan lagi." Gadis itu mengarahkan denah lokasi rumahnya.

"Oke," respon si bapak.

Anehnya, sewaktu si bapak ojol membelokkan motornya ke kanan, beliau merasa enteng seperti tidak membawa penumpang. Padahal posisi duduk gadis itu miring menyamping. Harusnya berat sebelah.

Tak berapa lama kemudian mereka tiba di tujuan. 

"Pak, berhenti di sini aja," ucap si gadis spontan minta berhenti.

"Loh, kenapa gak depan rumahnya aja, Mbak ?" Si bapak merasa bingung.

"Gak papa."

"Oh, ya udah."

Si bapak menghentikan motornya agak jauh dari rumah gadis tersebut.

Si gadis segera turun dari motor. "Pak, terima kasih banyak sudah mengantar saya pulang dengan selamat," ucapnya, bibirnya yang pucat menyunggingkan senyum manis. 

Ketika tersenyum terlihat jelas lesung pipi gadis itu.

"Sama-sama, Mbak." Si bapak melempar senyum jua.

"Bapak tunggu sini dulu. Saya mau ke dalam ambil uang untuk membayar."

"Iya, Mbak. Oh, ya totalnya duabelas ribu."

Si gadis mengangguk mengerti. Ia lalu berjalan ke arah rumahnya yang lumayan ramai di kunjungi warga sekitar. Ada sebuah bendera kuning terpasang di depan rumah.

"Owalah ada yang meninggal. Pantes rame." Si bapak baru sadar. "Innalillahi wa innaillahi roji'un," ucapnya pelan, turut berduka cita.

****

Menit demi menit terlewati begitu saja. Akan tetapi, gadis itu tak kunjung kembali. Sementara, bapak ojol masih setia menunggu. Meski, sebetulnya menunggu itu melelahkan. Namun, beliau tetap sabar.

Tak lama berselang, ada seorang pemuda menghampiri si bapak ojol. Arah langkahnya dari depan rumah si gadis. 

"Pak, maaf lagi nunggu siapa, ya ? Dari tadi saya perhatiin bapak dari teras depan rumah. Ya takutnya bapak lagi kebingungan. Butuh bantuan," tutur santun pemuda berkacamata tersebut.

Si bapak tidak merasa sedang di perhatikan dari kejauhan. Oh, mungkin karena di sana terlalu banyak orang berkumpul.

"Saya memang lagi nunggu seseorang, Mas. Cewek. Dia ngojek ke saya. Katanya mau pulang, tapi gak ada yang jemput," papar si bapak.

"Oh, bapak kang ojek."

"Iya, Mas."

"Orangnya lagi ke mana, Pak ?" tanya si pemuda ingin tahu.

"Ke rumahnya, Mas mau ngambil duit buat bayar ke saya. Tapi, beloman nongol-nongol si mbaknya," jawab si bapak.

"Oh, gitu. Rumahnya yang mana, Pak ?" tanya pemuda itu lagi.

"Itu mas yang rumahnya rame," ujar si bapak sembari mengarahkan telunjuknya ke rumah yang di maksud.

Si pemuda itu mengikuti arah telunjuk si bapak ojol. Saat mengetahuinya, seketika ia kaget bukan main.

"Astaghfirullah !" ucapnya refleks.

"Masnya kenapa kaget gitu ?" Si bapak ojol terbingung-bingung.

"Bapak serius habis nganter seorang cewek ?" Si pemuda bertanya lagi.

"Iya."

"Cirinya-cirinya seperti apa, Pak ?"

"Cewek putih pucat, matanya sipit. Dia pake hijab pashmina warna mocca. Gamisan hitam. Terus ada lesung pipinya." Si bapak menjabarkannya secara lengkap.

"Astaghfirullah !" Si pemuda beristighfar kembali. Tapi, kali ini jauh lebih kaget.

"Mas, kenapa kok istighfar terus ?" Si bapak masih dengan kebingungannya.

"Bapak serius ciri-cirinya kayak gitu ?" 

"Iya, Mas. Etdah gak percayaan."

"Bapak tunggu sini. Jangan kemana-mana." 

Si pemuda berkacamata berlari menuju rumah yang ramai itu.

"Ada apa, sih sebenernya ?" Si bapak ojol menyimpan tanda tanya besar di benaknya.

****

Pemuda itu mendatangi lagi si bapak ojol. Namun, tidak sendirian, melainkan bersama seorang bapak yang di taksir usianya sepantaran dengan si bapak ojol.

Si bapak berkulit putih itu memperkenalkan dirinya sebagai Pak Indra.

"Saya Pak Indra."

"Oh, jadi bapak ini bapaknya si mbak cantik itu."

"Iya, Pak."

Sesaat kemudian, Pak Indra mengutarakan pertanyaan. "Kata si mas ini bapak habis nganter pulang seorang perempuan yang bertempat tinggal di rumah sini, ya ?"

"Betul, Pak." Si bapak ojol menjawab singkat dan yakin.

Pak Indra selaku pemilik rumah tersebut lalu menunjukkan selembar foto kepada si bapak ojol.

"Pak, benar ciri-ciri perempuan yang bapak antar itu seperti di foto ini ?" 

Si bapak ojol mengamati baik-baik foto tersebut. "Betul pak. Ciri-cirinya sama persis," ucapnya, tentu tanpa keraguan.

Pak Indra dan si pemuda berkacamata saling tatap. Tentunya tatapan yang mengejutkan keduanya.

"Ada apa, ya ? Jujur saya bingung," ungkap si bapak ojol.

Pak Indra mengurai senyum. Setelah itu, beliau memberikan penjelasan.

"Perempuan di foto itu adalah anak bungsu saya, Pak. Nah, kalau laki-laki di samping saya ini adalah anak sulung saya." 

"Oh, bapak punya dua anak." 

"Terima kasih banyak ya, pak sudah nganterin anak perempuan saya pulang ke rumahnya."

"Sama-sama, Pak," balas si bapak ojol. 

"Kasihan, loh, pak anaknya nunggu di pinggir jalan, mana sepi dan dingin. Ya udah saya anterin aja. Habis gak tega. Padahal posisi saya udah mau balik ke rumah," terangnya.

Pak Indra mendengarkan sambil tersenyum.

"Oh, ya ini bayarannya, Pak. Ambil aja semua." Pak Indra menyodorkan selembar uang berwarna merah.

Si bapak ojol menerimanya. "Wah, kebanyakan ini pak jumlahnya. Kan, totalnya cuma duabelas ribu aja."

"Gapapa. Rezeki buat bapak."

"Waduh, makasih banyak ya, pak. Alhamdulillah rezeki nomplok." Si bapak ojol tampak bergembira.

Pak Indra dan anak lelakinya turut senang melihatnya.

"Oh, ya, pak, mas, kalau saya boleh tahu yang meninggal siapa, ya ?" Si bapak ojol mulai kepo.

Pak Indra spontan menjawab, "Perempuan yang bapak antar pulang tadi."

"Hah ?!" Si bapak terkejut sejadi-jadinya.

"Bapak jangan bercanda." Si bapak ojol mendadak gemetaran.

"Bapak gak usah takut. Itu jin qorin anak saya. Dia gak ganggu, kok. Cuma minta di anterin pulang aja. Sekarang dia udah tenang." Pak Indra menjawab santuy.

Gadis itu meninggal karena sakit yang di deritanya sejak lama.

"Pantes mukanya pucat banget kayak mayit," batin si bapak, sejak awal pertemuannya dengan si gadis.

Si bapak ojol tak sadar bahwa penumpangnya bukanlah manusia. Tapi, sebangsa jin qorin. Untung tampilannya tidak aneh-aneh dan menyeramkan.

"Anak perempuan saya meninggal sore tadi, jam lima. Selepas tujuh hari berjuang melawan penyakit kankernya. Dan dia dimakamkan Ba'da Maghrib," cerita Pak Indra atas kemauannya sendiri. Merupakan kesedihan yang mendalam bagi ia dan keluarga.

Di balik itu semua ada berkahnya. Si bapak ojol dapat rezeki tak terduga. Uang nominal seratus ribu amat berharga bagi si bapak dan keluarganya.

Tapi, bukan berarti si bapak kapok ngojol lagi sampai larut malam.

****

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Mau Pulang
Amelia Purnomo
Cerpen
Bronze
Kutukan Keluarga: Sang Ratu Ular
Khairun Nisa
Cerpen
Bronze
Kutukan Keluarga Bagian II: Kembali
Khairun Nisa
Skrip Film
Yang Tak Kembali
Herumawan Prasetyo Adhie
Flash
Bronze
Ayah yang Aneh
Khairun Nisa
Novel
Bronze
Pancajiwa
Nikodemus Yudho Sulistyo
Cerpen
Bronze
Penjaga Kubur Itu Dulu Berjualan Sate Anjing
Habel Rajavani
Flash
Bronze
Nenek Tua Mengerikan
Khairun Nisa
Flash
Bronze
Tuan Kepala Terbalik
Khairun Nisa
Novel
Penjual Nasi Goreng Rumah Hanto Darmo (Oneshot)
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
Awakening - Sixth Sense
Kevin Aryanto Wijaya
Novel
Bronze
Rosmariam
Autami Anita
Novel
Gold
Fantasteen The Lagaziv School of Vathana
Mizan Publishing
Novel
Bronze
REMPANG-GALANG NIGHTMARE
Je Yatmoko
Flash
Senyuman Penyihir
Jaydee
Rekomendasi
Cerpen
Mau Pulang
Amelia Purnomo
Cerpen
Video Call
Amelia Purnomo
Cerpen
Boneka Terkutuk
Amelia Purnomo