Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Tahun 2025, Semarang, Jawa Tengah
Jogo Rogo adalah mahasiswa Fakultas Bioteknologi di salah satu Universitas negeri ternama di Jawa Tengah, dia mengambil Jurusan Rekayasa Genetika dan sudah menjalani masa kuliahnya selama 4 tahun. Jogo Rogo biasa dipanggil "Jogor" oleh teman-teman kuliahnya dan kakak angkatan diatasnya. Jogor perawakannya sedang tingginya sekitar 165 cm rambutnya hitam berombak dan penampilannya ceria. Untuk aktivitas sehari-hari di perkuliahan dia senang memakai pakaian yang sporty.
Dia sekarang ini sedang di semester 8 dan mengambil mata kuliah Tugas Akhir. Jogo Rogo mengambil penelitian dengan tema pemuliaan tanaman. Laboratorium Pemuliaan tanaman adalah tempatnya praktik pengamatan dan penelitian sekarang ini ada di lantai 3 di kampusnya. Jogo Rogo sangat ingin menyelesaikan penelitiannya dengan hati-hati dan sempurna dan dia ingin segera menyelesaikan penelitiannya sesegera mungkin supaya bisa cepat diwisuda.
Pada malam itu dia menginap di laboratorium untuk melakukan pengamatan hasil pertumbuhan tanaman generasi pertama (F1) dari percobaannya tanaman bawang merah yang ditelitinya. Ketika itu dia ditemani dengan seniornya yang juga sedang melakukan penelitian tapi berbeda topik dengan miliknya yaitu megenai tanaman polong-polongan dengan intervensi perlakuan hormon.
Jogo rogo baru selesai makan malam di kampus bersama seniornya setelah sholat Maghrib. Makan malam dibelinya dari warung makan di bawah dekat Laborat sebelum tutup jam 20.00 WIB.
"Kira-kira ikut wisuda bulan apa Jog," tanya seniornya membuka pembicaraan.
"Waduh belum tahu mas tapi kepinginnya ya secepatnya sih," jawab Jogo Rogo.
Jogo Rogo biasa dipanggil dengan Jogor di kampusnya. Jogor anaknya tergolong aktif dalam kegiatan kemahasiswaan terutama di bidang kebugaran dan bela diri.
"Sampai dimana penelitianmu,"tanya Mas Gondo sambil mengambil majalah di meja lobi Laboratorium dimana mereka berdua selesai makan malam dan bersantai.
"Baru sampai pengamatan F1 (Filial 1) dari tanaman bawang merah," jawab Jogor santai.
"Sampai berapa generasi bawangmu diamati," tanya Mas Gondo serius.
" Sampai F2 saja mas biar tidak kelamaan nanti penelitiannya," jawab Jogor.
"Pakai perlakuan radiasi?" tanya Mas Gondo seperti ingin tahu lebih dalam.
"Ya mas,"jawab Jogor.
"Kerjasama sama dengan Batan di Bogor?" tanya Mas Gondo mencoba mengkonfirmasi.
"Iya mas," jawab Jogor memberi jawaban yang hampir sama
Seniornya Jogor ini bernama Sugondo. Mas Gondo ini satu tahun di atas Jogor tetapi masih penelitian, karena idealis dengan penelitiannya harus perfect sehingga kuliahnya agak lama, tetapi pengalamannya mengenai komputer dan seluk beluk penelitian cukup banyak.
Ketika Mas Gondo sedang asyik membuka-buka halaman majalah National Geographic dan Jogor bermain permainan scrambler di lobi Laborat lantai 3.
Seekor kucing berwarna kelabu dari kegelapan tangga lantai 2 tiba-tiba naik dengan perlahan masuk ke lantai 3 lewat anak tangga menuju tempat Jogo rogo dan Mas Gondo bersantai di lantai 3.
"Kucing siapa ini masuk kesini,"celetuk Jogo Rogo melihat kucing tersebut.
"Warnanya bagus ini seperti kucing Siam ini,"komentar Mas Gondo
"I ya mas, matanya seperti kebiru-biruan"Jogo Rogo menambahkan.
"Kucing bagus mahal ini mungkin mas" Jogor menambahkan.
"Biarin aja yang penting tidak mengganggu kita, sama-sama mahkluk hidup pengen cari makan juga," sahut Mas Gondo.
Kucing kelabu dengan mata biru itu tanpa sepengetahuan Jogor dan Mas Gondo berjalan jalan disekitar lab kemudian masuk kedalam laboratorium pemuliaan tanaman karena kondisi pintunya terbuka sedikit, sementara di dalam laboratorium lantai tiga yang banyak terdapat bahan kimia dan obat-obatan untuk tanaman penelitian.
Keesokan paginya ketika dibangunkan Mas Gondo yang lebih dulu bangun Jogor kemudian bangun selanjutnya ke toilet kampus untuk sikat gigi dan sekalian berwudlu untuk menjalankan sholat subuh. Setelah selesai Sholat Subuh, Jogor kemudian mencari minuman untuk diminum, sehabis minum Jogor kepikiran ingin melihat hasil pertumbuhan tanamannya percobaannya sekali lagi dan masuk ke Laboratorium. Dibukanya pintu laboratorium lantai tiga ternyata tidak terkunci ternyata semalam lupa tidak dikunci karena sehabis ngobrol dan bersantai Jogor dan Mas Gondo langsung istirahat tidur sehingga lupa untuk mengunci pintu Laborat.
Ketika akan mulai mengamati specimen bawang dibawah mikroskop ternyata ada seekor kucing kelabu besar tergeletak di bawah meja permanen. Kucing yang tadi malam ditemui Jogor dan Mas Gondo yang berbulu bagus berwarna kelabu dan bermata kebiru-biruan ternyata sudah meninggal di bawah meja. Jogor berpikir kemungkinan dia meninggal akibat makan atau kena zat kimia di bawah meja permanen yang digunakan untuk menyimpan bahan-bahan kimia untuk obat pertumbuhan tanaman.
Jogor berinisiatif mencari alat untuk membawa bangkai kucing keluar dari laborat dan menguburkannya. Akhirnya Jogor menemukan pacul yang biasa digunakan untuk mencampur media tanam. Dikeruknya bangkai kucing itu dengan mata paculnya setelah berhasil akhirnya dibawa keluarlah bangkai kucing warna kelabu keluar laboratorium.
Ketika keluar berpapasan dengan Mas Gondo.
"Kucing tadi malam ya Gor," tebak Mas Gondo.
"Iya pendek sekali umurnya, kasihan," sahut Jogor sambil terus membawa turun bangkai kucing tersebut ke lantai bawah.
Akhirnya sampai di lantai satu dari laboratorium Jogor kemudian berpikir mencari tempat untuk menguburkan bangkai kucing tersebut. Akhirnya diputuskan dikubur di perbatasan antara Laboratatorium Bioteknologi milik Jurusan Biologi dan Laboratorium Geofisika milik Jurusan Fisika. Di antara dua gedung ada sebidang tanah sebelah tangga penghubung yang menjadi tempat menanam tanaman perindang.
Setelah selesai menguburkan bangkai kucing Jogor langsung mandi dan mengikuti kuliah untuk perbaikan nilai. Hari itu Jogor mengikuti kuliah dan pengamatan penelitiannya dengan rasa tenang karena bangkai kucing tadi malam sudah dikuburkan sehingga tidak akan ada yang mengeluh bau bangkai di laborat pemuliaan tanaman lantai 3, karena banyak yang menggunakan laborat tersebut untuk penelitian mulai dari teman satu angkatan Jogor, adik angkatan, angkatan di atasnya bahkan dosen juga ada yang penelitian di laborat lantai 3 tersebut.
Sore hari selesai kuliah dan pengamatan berlatih kebugaran di kostnya dengan latihan angkat beban dengan dumble ukuran sedang untuk membentuk otot bicep dan tricep-nya. Selesai berlatih kebugaran kemudian istirahat sejenak untuk mengeringkan keringat. Setelah dirasa sudah kering keringatnya Jogor pergi mandi di kostnya yang berada di lantai 2. Setelah selesai mandi Jogor kemudian mencari makan di warung makan terdekat yang terkenal ramai, murah dan lengkap namanya Warung Lambat.
Setelah membeli makanan dan dibungkus, Jogor segera kembali ke kostnya naik FIZ nya. Sesampainya di kamar kost langsung makan sambil melihat film di komputernya. Selesai makan Jogor rebahan di springbed. Jogor tanpa sadar terlelap waktu jam 15.00 WIB.
Tiba-tiba Jogor berada di tengah-tengah hutan yang banyak ilalang dan banyak hewan-hewan liar bersliweran di sekitarnya ada gajah, singa, jerapah seperti suasana di Afrika. Tiba tiba di hadapannya keluar seorang memakai jubah putih berkerudung dan membawa tongkat kayu putih di tangan kirinya.
"Assalamu'alaikum Jogor benar namamu Jogor,"tanya orang berjubah putih berkerudung seperti hoodi yang tampak hanya mulutnya yang bergerak mengikuti suaranya.
"Wa'alaikum salam benar mbah,"jawab Jogor agak keder.
"Kamu yang mengubur bangkai kucing mata biru?" tanya orang berkerudung putih itu.
"Kucing mata biru?" kata Jogor bertanya sendiri agak sangsi apakah yang dimaksud kucing kelabu yang masuk di Laborat.
"O...ya kucing yang matanya berwarna kebiruan," jawab Jogor.
"Ya mbah saya yang menguburkannya,"Jawab Jogor dengan gelisah menerima akibatnya.
"Kucing itu adalah peliharaan Raja kami,"orang berkerudung itu kembali bersuara.
"Raja kami berkesan perilakumu yang mau mengurusi jasad kucing peliharaan Raja kami,"kata orang berkerudung kemabali.
Jogor hanya mendengarkan sambil mencoba memahami apa yang terjadi.
"Raja Kami berniat memberikan hadiah berupa mutiara kekuatan kucing hutan kepadamu terimalah," kata orang berkerudung sambil memberikan seperti batu berwarna biru kepada Jogor.
Jogor hanya menerima mutiara biru tersebut dalam keadaan masih kebingunan. Diterima di tanganya sebuah mutiara berwarna biru yang berkilau-kilau.
Akhirnya Jogor perlahan lahan sadar bahwa tadi dia tertidur di kamarnya. Akhirnya pemandangan di hutan mulai menghilang dan Jogor berusaha untuk sadar dan bangun dan akhirnya bangun dengan terengah-engah. Jogor duduk terdiam untuk mengembalikan kesadaran sampai 100%. Setelah 100% kesadaran kembali Jogor melihat sekitar kamar dan tangannya yang tadi menerima mutiara biru tetapi tidak ada. Ketika akan berdiri dan menyibakkan bantal yang dipakainya tidur ada sebutir mutiara berwarna biru berkilau seperti yang ditemui di dalam mimpinya.
Diambilnya mutiara biru tersebut dan disimpannya karena sayang mutiaranya warnanya sangat bagus. Sambil berpikir berarti yang tadi di mimpi apa benar-benar terjadi karena bendanya juga ada wujudnya.
Ketika di kampus kemudian bertemu dengan Mas Gondo teman penelitiannya, Jogor menceritakan apa yang dialaminya. Mas Gondo mengatakan bahwa itu mungkin rezeki dari yang Maha Kuasa melalui jalannya mimpi tersebut. Mas Gondo berpesan supaya mutiara tersebut disimpan dan dijaga saja, siapa tahu nanti ada manfaatnya.
Pada suatu sore hari ketika Jogor masih di laborat ketika berjalan-jalan di tembok pagar pinggir laborat lantai 3 ada tanaman kaktus peliharaan karyawan laborat ada yang terjatuh di genting lantai 2, Jogor berniat mengambilnya dengan niat akan mengembalikan ke tempat semula di atar pinggiran tembok pembatas. Jogor perlahan naik ke tembok pembatas dan turun ke genting lantai 2. Ketika akan mengambil pot yang jatuh.
"Eits ...," kata Jogor reflek berteriak kecil.
Jogor terpeleset dan karena tidak ada pegangan Jogor terjatuh ke lantai satu tiba-tiba tubuh Jogor terasa ringan sewaktu jatuh sehingga Jogor bisa bersiap untuk ke posisi kaki di bawah untuk persiapan mendarat ke lantai satu yang tingginya sampai 5 meter dan ketika mendarat terasa ringan tidak banyak mengalami kerasnya benturan, sepertinya gaya gravitasi tidak bekerja untuk badan Jogor. Jogor kemudian berdiri dengan santai setelah mendarat dengan posisi jongkok untuk mengurangi benturan.
Berat badan Jogor adalah 50 kg dan tingginya adalah 165 cm, ketika jatuh dari ketinggian sekitar 5 meter harusnya gaya gravitasi bekerja dan membuat badanya bisa terbanting ke tanah dengan posisi yang tidak akan sempat untuk merubah posisi duduk atau tegak berdiri. Jogor masih terkagum-kagum dengan apa yang terjadi. Ketika meraba sakunya dia sedang membawa mutiara biru tersebut.
"Mungkin ini khasiat dari mutiara biru ini," kata pikiran Jogor. Jogor kemudian kembali naik ke atas lantai 3 untungnya kondisi laborat sepi tidak banyak orang karena hari sudah sore dan jatuhnya Jogor tidak mengeluarkan suara benturan yang keras, kalau banyak orang mungkin sudah dikerubungi mahasiswa, dosen atau karyawan di kampus.
Setelah selesai dengan pengamatan penelitiannya Jogor langsung pulang kembali ke kost-kostan. Sesampainya di depan kost-kostan Jogor masih penasaran ingin mencoba kembali keistimewaan mutiara biru yang bisa memberikan kekuatan untuk meringankan tubuh melawan gravitasi. Setelah memarkir motornya Jogor naik ke kamar kostnya tidak melewati tangga yang biasa dipakai untuk neik ke kamarnya melainkan dia coba melompat langsung ke genting yang berada di depan kamarnya yang berada dilantai dua.
Jogor mengambil ancang-ancang melompat kemudian mendorong badannya keatas menuju kamarnya. Badannya kemudian melambung ke atas dengan ringan dan sampai di atas genteng yang dekat dekat kamar kost di lantai 2. Jogor tinggal melangkahi pagar tembok untuk menuju kamarnya.
"Wah benar-benar ajaib mutiara ini," kata pikiran Jogor kembali. Akhirnya Jogor beristirahat dikamarnya kembali kemudian terlelap. Tiba-tiba Jogor ditemui lagi dengan orang berkerudung yang pernah memberikan mutiara biru.
"Jogor kamu sedikit banyak sudah tahu keistimewaan mutiara biru kamu harus menggunakan untuk hal-hal yang benar dan baik apabila kamu gunakan untuk dosa dan kejahatan mutiara biru itu cepat atau lamabat akan kembali kepada kami lagi," kata orang berkerudung itu memberi tahu Jogor perihal tentang mutiara biru. Setelah memberitahu rahasia maturiara biru kemudian orang berkerudung itupun menghilang.
Pada hari itu ketika Jogor berkuliah dengan teman-temannya ada kejadian pencurian sepeda motor di kampusnya. Sepeda motor teman Jogor yang diparkir di parkiran kampus diambil dengan cara mengotak atik bagian kunci kontaknya.
Jogor ikut serta ada ditempat kejadian untuk mencoba membantu temanya yang kehilangan sepeda motornya Honda Supra. Jogor berusaha melihat sekitar tempat kejadian sambil mencoba mencari tanda atau jejak tempat disekitar kejadian. Jogor hanya mencium samar-samar bau seperti bau kayu cendana di tempat kejadian kalau orang biasa mungkin tidak bisa memebedakan ada aroma yang khas di tempat itu tapi karena Jogor membawa mutiara kucing maka penciumannnya menjadi lebih kuat berkali lipat.
Di lain hari ketika Jogor akan berangkat ke kampus Jogor naik angkutan umum tiba -tiba ada seorang laki-laki masuk ke angkutan. Tiba -tiba Jogor seperti mengenali bau yang sama dengan bau yang ada di TKP di mana motor temannya hilang. Jogor hanya melihat dan tersenyum dengan orang baru masuk. Orang yang baru masuk tampak cuek dengan penumpang sekitar. Pakaiannya nampak necis dengan baju yang dimasukkan dan celana bahan. Duduk berhadapan dengan Jogor. Jogor kemudian mencoba membaui lagi bau yang ada disekitar dan memang bau orang yang baru masuk tadi sama persis dengan yang ada di tempat teman kuliahnya kehilangan motornya yaitu seperti bau kayu cendana. Jogor sambil berakting santai sambil mengawasi orang yang baru masuk.
Setelah 10 menit orang tersebut turun di sekitar Ngesrep dan membayar pada Pak Supir. Jogor spontan juga ikut turun. Orang tadi kemudian masuk gang sedangkan Jogor menunggu di panggir jalan sambil akting melihat jam tangannya sambil melirik orang yang turun tadi. Orang tadi berjalan sambil melihat sekitar dan tentunya juga melihat ke arah Jogor tetapi Jogor berusaha cuek sambil akting seperti menunggu teman yang sudah janjian.
Orang tersebut melanjutkan perjalanannya semakin masuk ke dalam gang, Jogor tetap cuek dengan pikiran akan mengandalkan kemampuannya untuk membaui supaya tidak terdeteksi oleh orang yang mencurigakan tersebut. Setelah orang mencurigakan itu berlalu masuk gang yang lebih kecil Jogor kemudian berjalan lagi sambil memperhatikan gang masuk dari orang yang mencurigakan tadi. Jogor punya inisiatif akan mengamati dari atas. Jogor kenudian melompat di salah satu rumah penduduk dengan kemampuannya melawan gaya gravitasi pada saat itu rumah yang dilompati memang sedang sepi mungkin baru ditinggal penghuninya keluar rumah.
Jogor diam sejenak di atas genteng rumah sambil mengamati orang yang dibuntuti. Orang yang diamati terlihat agak waspada mengamati keadaan sekitar kemudian menuju salah satu rumah. Orang tersebut membuka pintu gerbang rumah tersebut kemudian membuka pintu rumah tersebut lalu masuk ke dalam dan mengunci pintunya kembali. Jogor berjalan diatas genting dengan kemampuannya untuk meringankan diri melawan gravitasi mendekati rumah yang dimasuki orang yang dicurigai.
Dari atas terlihat ada halaman kosong dibelakang rumah dengan diberi paranet sebagai naungan dan dibawahnya terlihat motor -motor terparkir rapi.
"O ini mungkin sindikat motor bodong," guman Jogor saambil terus waspada di atas genting rumah yang dimasuki pria tadi. Di dalamnya ada orang yang berjaga berkepla plontos.
"Bagaimana hari ini bos, ... lancar?" tanya penjaga yang berkepala plontos dan berbadan gempal kepada orang yang tadi bertemu dengan Jogor di angkota.
"Beres ... ," jawab orang yang berpakaian necis itu sambil mengeluarkan rokoknya dari saku depannya berwarna hitam dan bertuliskan black dan dan menawarkan kepada penjaga plontos tadi.
"Rokok ... Don," kata si Necis sambil mendekatkan bungkus rokok yang sudah dibuka kepada Si Plontos.
"Saya sudah punya ... tidak usah..bos," jawab Si Plontos sambil mengeluarkan rokok yang utuh terbungkus dari saku celanya dengan warna hitam bertuliskan angka 234 dengan warna emas.
Kemudian mereka duduk berdua di halaman belakang di sebelah parkiran motor yang berjejer-jejer. Mereka duduk di kursi dari kayu jati dengan meja dari akar kayu jati mereka berdua ngobrol tentang pekerjaan di hari itu apakah sudah aman dan beres untuk pengiriman spare part sepeda motor.
Yang berkepala plontos bernama Doni dia adalah mantan keamanan diskotik di Pulau Batam, setelah 5 tahun merantau untuk bekerja tanah orang dia rindu tanah kelahirannya kemudian dia pulang kembali ke Semarang. Ketika pulang kembali Doni kesulitan mencari pekerjaan sehingga menganggur sampai beberapa bulan sehingga uang simpanan hasil merantau semakin menipis. Akhirnya Doni berinisiatif untuk mencari pekerjaan karena dia merasa tidak pandai untuk menjadi memanajemen keuangan.
Setelah beberapa lama mencari pekerjaan menjadi satpam di berbagai instansi tidak lowongan, akhirnya ada pengumuman di selebaran yang ditempel di tiang listrik Dibutuhkan satpam yang berpengalaman dengan gaji diatas UMR, bila berminat hubungi nomor di bawah begitu isi pengumuman di selebaran tersebut. Doni langsung menghubungi nomor tersebut dengan HP-nya yang baru dibeli sebulan yang lalu. Akhirnya dia diterima dan yang mengetes dia bersama calon satpam yang mau masuk ikut bekerja adalah Purwadi orang yang berpakaian necis dan sekarang dia berdialog dengan Doni sekarang ini.
Ketika Jogor sedang mengamati dengan serius kedua orang itu dari atas genting tiba-tiba HP-nya yang ditaruh dalam tas kuliahnya berbunyi.
"Ring ... ring ... ring,"bunyi suara HP menggunakan sound konvensional Android miliknya berbunyi menandakan ada yang menghubunginya. Reflek Jogor meloncat kebawah dengan gaya salto untuk mendarat supaya tidak terlihat oleh kedua orang itu yang ada di bawah. Jogor berhasil mendarat di halaman rumah sebelahnya yang kelihatan juga sedang sepi mungkin yang punya rumah sedang bekerja karena pintu gerbangnya kondisi tertutup.
Purwadi yang sedang duduk tampak waspada karena sayup-sayup mendengar ada suara panggilan telpon dari arah rumah sebelah pada bagian atas. Untuk memastikan Purwadi situasi berdiri melihat di sekeliling dan juga melihat ke arah atas rumah di sebelah tempat Jogor tadi bersembunyi, karena tidak melihat ada yang mencurigakan dia berjalan kembali akan duduk kembali bersama Doni. Tapi sebelum duduk tiba-tiba Purwadi berjongkok dan tangannya di tempelkan di permukaan tanah kemudian memejamkan matanya. Keluar aroma seperti kayu cendana yang menguat. Setelah beberapa saat dia berdiri dan bergumam " Tadi ada penyusup dari atas dan bukan orang biasa".
Pada saat yang sama Jogor yang takut ketahuan segera meloncat keluar rumah melewati pintu gerbang. Kemudian dia berjalan dengan cepat menjauh setelah dirasa agak jauh kemudian dia menghubungi temannya yang diterima di kepolisian untuk bertanya tentang cara melapor kepada polisi untuk pemberian informasi tentang barang curian.
"Halo, Pulung ini aku Jogor," kata Jogor berbicara kepada temannya Pulung yang masuk di kepolisian setelah lulus SMA.
"Halo Jogor bagaimana kabarmu?... sehat bagaimana kuliahmu sudah kelar belom?" jawab Pulung temannya. Singkat cerita kemudian Jogor diberi kontak teman Pulung yang bekerja di bagian Intel di Semarang dan bisa diminta bantuan untuk penyelidikan sebelum membuat laporan ke kepolisian. Nama intel tersebut adalah Surya.
Jogor karena ada keperluan membeli buku kuliah ke Pasar Johar setelah menelepon langsung menyetop bis untuk naik ke arah Pasar Johar.
Purwadi kemudian mengeluarkan HP dari saku celananya kemudian menghubungi nomor dengan nama kontak Tuan Besar.
Sementara itu di rumah penyimpanan motor curian. "Bos, markas kita di Ngesrep terdeteksi oleh penyusup, dan penyusupnya kelihatannya bukan orang biasa," kata Purwadi memberi info. "Goblok... bagaimana bisa ketahuan...bereskan hari ini juga kalau sampai aparat tahu... habis kita!" kata Si Bos mengancam dari HP-nya.
"Asem... sudah kuinfo malah kena semprot... kalau bukan bos besar dan ada hutang budi sudah aku ... ," gerutu Purwadi dengan wajah memerah sehabis menelepon Sang Bos.
Dulu Purwadi adalah anak yang terlantar karena kedua orang tuanya berpisah dan dia hanya hidup bersama dengan kakeknya di desa. Setelah kakeknya meninggal Purwadi mencari uang sendiri sampai merantau ke daerah Bali untuk menjadi pelayan di sebuah restoran. Ketika melayani di restoran tidak sengaja Purwadi menumpahkan makanan ke badan turis wanita yang bersama pasangannya, Purwadi buru-buru ingin membersihkan baju turis wanita tersebut tapi karena disangka mau melecehkan, pasangannya tidak terima dan emosi Purwadi langsung dihajar oleh pasangannya yang badannya kekar dan kelihatannya juga terlatih untuk bertarung.
Disaat genting ada seorang bos keturuna Cina bersama bodyguardnya menghentikan perkelahian yang tidak seimbang, karena pada saat itu Purwadi badannya masih kecil dan tidak terlatih untuk beladiri. Pasangan turis itu tidak terima dan tetap ingin menyerang Purwadi dan akhirnya kedua bodyguard dari bos tadi turun tangan untuk melerai dan akhirnya perkelahian berhenti meskipun Purwadi sudah terkena beberapa kali bogem mentah. Setelah berhasil dilerai dan selesai memukuli Purwadi kedua turis itu kemudian ngeloyor pergi. Purwadi sangat berhutang budi pada Bos Cina itu dan sampai sekarang Purwadi ikut bekerja dengan Bos tersebut dan disebutnya Tuan Besar.
Purwadi kemudian keluar dari bekerja dari restoran dan berniat untuk mencari guru sakti supaya dia bisa membela diri kalau berkelahi dengan orang yang lebih kuat. Mendengar cerita dari orang-orang di Bali bahwa ada resi sakti yang menyepi di hutan yang masih ada kayu cendana di dalam hutan di bawah Gunung Agung. Berbekal gaji simpanannya Purwadi mencari lokasi Resi itu dengan niat bulat ingin berguru supaya mempunyai kelebihan dan tidak mudah dikalahkan oleh lawan.
Walhasil akhirnya Purwadi bertemu dengan Resi tersebut dan berhasil menjadi muridnya selama 7 tahun dia diberi pusaka oleh gurunya berupa belati dari kayu Cendana tetapi kalau dibuat bertarung belatinya bisa memanjang menjadi sebuah pedang. Belatinya itu disimpan dirumahnya tetapi bisa dipanggil dengan mantra yang diajarkan oleh gurunya.
"Don, panggil tim transportasi untuk memindah lokasi markas penyimpanan barang,"teriak Purwadi langsung memberi perintah kepada Doni.
"Ada.. apa bos ... kok kelihatannya genting sekali?" tanya Doni terheran-heran.
"Tidak usah banyak tanya nanti aku beritahu kalau sudah beres," jawab Purwadi dengan nada agak marah. Doni langsung mencari kontak temannya bagian mobil box untuk transportasi sepeda motor curian. Singkat cerita Tim Transportasi datang kira-kira 5 motor box datang ke rumah tempat penyimpanan sepeda motor curian untuk mengangkut 20 motor sepeda motor curian dan langsung membawanya ke arah Semarang bawah. Setelah selesai kemudian Doni diberi perintah Purwadi untuk membersihkan lokasi supaya tidak terdeteksi sebagai tempat penyimpanan motor curian tidak ketinggalan paranet diatas juga diambil supaya tidak mencurigakan.
Setelah semua beres Doni menghampiri Purwadi. "Sudah semua bos terus ngapain lagi bos," tanya Doni sambil menata nafasnya yang kelelahan membantu membereskan yang dikerjakan oleh tim transportasi. " Saya akan menunggu disini sampai si penyusup datang lagi, saya punya firasat di akan datang lagi untuk mengecek kembali lokasi sini" jawab Purwadi sambil mengepalkan tangannya," Saya akan tantang duel satu lawan satu" kata Purwadi menambahi.
Setelah berhasil mencari buku yang dimaksud Jogor mencari BRT untuk kembali ke Tembalang. Setelah tiba di Ngesrep Jogor ingin melihat lagi ke lokasi penyimpanan motor curian tetapi untuk menyamarkan identitasnya Jogor tadi sudah membeli penutup muka untuk berkendara motif army. Jogor setelah turun di Ngesrep langsung menuju ke lokasi. Ketika sudah sampai lokasi Jogor menyiapkan penutup wajahnya dan memasangnya menutup mulut hampir separuh wajah. Jogor kembali melompat ke atas genting rumah di sebelah lokasi.
Setelah sampai di atas genting Jogor kaget melihat kondisi di belakang rumah yang tadinya banyak diparkir kendaraan roda 2 sudah sepi tidak ada apa-apa 1 motorpun tidak ada, belum sempat berpikir tiba-tiba ada asap memutih seperti kabut yang berbau cendana mengelilinginya membuat Jogor tidak bisa melihat sekelilingnya dengan jelas, reflek Jogor melompat turun tanpa pikir panjang untuk menghindari asap putih yang mengelilinginya supaya terhindar dari serangan yang tiba-tiba.
Karena tergesa-gesa melompat ternyata Jogor mendarat di tempat bekas parkiran motor curian. Tiba-tiba ada serangan dari belakang, belati terbuat dari kayu cendana warna putih menghunjam dengan cepat kalau tidak menghindar sudah tertembus dada Jogor. Dengan insting kekuatan kucing hutan Jogor menghindar serangan dari belakang dan bertubi-tubi, Jogor sampai menunduk dan berguling untuk menghindarinya.
Jogor agak kebingungan apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi serangan kabut tebal dan serangan belati Purwadi. Tiba-tiba ada bisikan yang menyuruh Jogor untuk berkonsentrasi untuk menghimpun kekuatan magis dari mutiara kucing di fokuskan ke matanya. Jogor mencoba saran dari bisikan tersebut untuk memfokuskan kekuatan magisnya di kedua matanya, Jogor mencoba memfokuskan konsentrasi untuk menguatkan penglihatannya terihat pupil matanya berkilat membiru dan tampaklah area parkiran yang sebelumnya diselimuti kabut terlihat seperti tanpa kabut, terlihat pula Purwadi yang tadi menyerangnya dengan belati kayu cendana ditangannya sedang berdiri hendak menyerangnya kembali.
Purwadi ternyata sudah bersiap untuk menyerangnya kembali dengan belati merangsek dari depan. Jogor menangkis serangan dengan tangan telanjang beradu dengan tangan Purwadi walhasil serangan Purwadi melebar ke arah luar. Selesai menangkis serangan Jogor segera mengeluarkan nunchaku (ruyung) dari tas kecilnya untuk menghadapi serangan belati Purwadi berikutnya. Nunchaku ini sering dibuat berlatih dulu ketika masih mengikuti latihan kungfu sebelum masuk di kelas karate dan terus dibawa untuk persiapan membela diri apabila hal yang mendesak.
Nunchaku diputar-putar ke arah samping kanan-kiri tubuh Jogor untuk persiapan mengahadapi serangan Purwadi. Purwadi agak terheran karena serangannya dapat ditangkis dengan mudah padahal orang biasa dalam kabut pekat tidak akan melihat serangannya tadi.
" Anak muda ini pasti punya kekuatan magis yang bisa menembus kabut buatanku, tidak sembarang orang bisa menembus kabutku, tangkisannya juga keras," kata pikiran Purwadi. Purwadi bersiap untuk serangan selanjutnya.
Tiba-tiba Doni berteriak," Bos butuh bantuan bos ...!"
"Tidak usah ... kamu berjaga saja ... biar anak ini saya urus," sahut Purwadi.
Purwadi kemudian memegang belatinya dan mengusap belatinya dengan tangan kirinya ke arah atas dan belatinya berubah menjadi pedang kayu yang memancarkan sinar energi. "Kalau bisa menghadapi pedang kayu Cendanaku berarti anak ini termasuk lumayan ilmunya," pikir Purwadi.
Tiba-tiba ada bisikan di telinga Jogor lagi. Fokuskan kekuatanmu pada ruyungmu. Kali ini Jogor mencoba konsentrasi pada kedua ruyungnya di ruyungnya keluar energi cahaya biru mengelilingi. Terasa semakin kuat dan lebih ringan ayunan ruyung Jogor.
Purwadi sudah mengayunkan pedang kayunya ke arah kepala Jogor, Jogor segera merentangkan ruyungnya untuk menangkis terdengar dentuman keras ketika pedang kayu beradu dengan ruyung Jogor.
Doni yang berada di sekitar tempat Jogor dan Purwadi bertarung sempat terkejut mendengar dentuman tapi dia tetap waspada sambil mengamati pertarungan tersebut.
Jogor membalas serangan Purwadi dengan menyabetkan nunchakunya ke arah Purwadi, Purwadi mengelak dan menangkis serangan nunchaku dengan pedang kayunya. Beberapa sabetan nunchaku dapat dielakkan dan ditangkis Purwadi keadaan pertarungan sama kuat tetapi Jogor kelihatannya masih bugar dibandingkan dengan Purwadi karena usia tetapi Purwadi kelihatan lebih tenang karena pengalaman.
Sebelum Purwadi menyerang kembali tiba-tiba ada suara benturan pintu dijebol dari luar dari bangunan rumah yang di jaga Doni terkejut langsung reflek memberi seruan pada Purwadi.
"Lari ada penyergapan ...!"seru Doni melihat pintu rumah markas besar mereka dijebol dari luar. Purwadi reflek mengurungkan serangannya berlari menggandeng Doni dan diajak melompat bersama melewati pagar tembok di sekeliling rumah markas besar dan melarikan diri dengan cepat.
Jogor diam menghela nafas tenyata tenaganya juga terkuras untuk melawan Purwadi, dari dalam rumah keluar seorang pemuda dengan rambut panjang dengan disemir pirang tetapi tidak seluruhnya dengan pistol di tangan.
"Mas Surya ini," tanya Jogor dengn grogi pada orang tersebut."Mas Jogor ya?"tanya pemuda itu balik bertanya. " Ya bang," jawab Jogor.
Ternyata Jogor sebelum kembali ke markas penyimpanan motor bodong terlebih dahulu mengubungi Surya teman Pulung dan men-share lock lokasi yang akan diselidiki untuk meminta bantuan melihat lokasi penyimpanan motor bodong untuk lebih meyakinkan pihak kepolisian.
"Semua motornya sudah tidak ada,"kata Jogor ngomong sendiri supaya terdengar oleh Surya.
"Pelaku sudah kabur ya..?" kata Surya bertanya pada Jogor sambil memasukkan pistolnya kedalam jaketnya.
"Ya persis ketika pintunya dijebol abang ," jawab Jogor menjelaskan.
"Ok Mas Jogor kita berpisah dulu, kalau ada info lagi bisa menghubungi saya, Salam untuk Pulung'" kata Surya mengakhiri percakapan sambil mengajak salaman Jogor. Jogor kemudian bersalaman dengan Surya dan berpisah jalan.
Sementara itu Purwadi dan Doni sudah berada didalam rumah persembunyian di sebuah rumah kontrakan yang berada di pinggir jalan tol.
"Anak itu cukup tangguh juga bisa diandalkan" kata Purwadi sambil meminum kopi yang dibuatkan oleh Doni.
Langit di Semarang mulia gelap karena malam telah menjelang bintang-bintang mulai bermunculan.