Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
**Bagian 1: Bayang-Bayang Kegagalan**
Hujan tak hanya membasahi jendela, tapi juga jiwa Livia. Rintikannya mengetuk kaca seperti detak jam yang menghitung mundur kehancuran Vee Boutique. Ia menatap spreadsheet hingga matanya perih. Angka-angka merah itu terasa seperti luka terbuka. "Stok menumpuk, penjualan nol, utang mengejar," bisiknya lirih, suaranya tenggelam dalam deru AC tua. Ingatannya melayang ke tiga bulan lalu: semangat membara saat menandatangani sewa ruko kecil di Kemang, memajang gaun-gaun hasil desainnya sendiri, keyakinan bahwa Jakarta siap menyambut kreativitasnya. Kini, hanya sisa kelelahan dan rasa percaya diri yang remuk.
Pekerjaan utamanya di "Kreasi Digital Agency" pun mulai terganggu. Pagi itu, presentasi penting untuk klien kosmetik ternyata berantakan karena matanya berkunang-kunang akibat begadang mengurus stok. Atasannya, Pak Handoko, melotot. "Livia! Fokus! Ini bukan tempat uji coba!" Rasanya ingin ia menjerit bahwa hidupnya sedang di ujung tanduk, tapi ia menelan ludah, meminta maaf dengan suara serak.
Di kantin, Rini menyodorkan kopi. "Lagi-lagi dimarahi Handoko?" Livia mengangguk, air mata menggenang. "Rin... Aku nggak kuat. Tabungan habis buat bayar gaji Tari minggu lalu. Supplier kain nagih. Aku... aku nggak bi...