Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Mangkuk Sakti Penjual Bakso Keliling
0
Suka
7
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Suara “teng… teng…” mangkuk bakso memantul di gang sempit Dusun Kalinongko.

Darto, si penjual bakso keliling, mendorong gerobaknya dengan langkah pelan. Di atas gerobak itu, selain panci kuah panas yang mengepul, ada satu benda baru: sebuah mangkuk tua dengan ukiran aneh di tepinya.

Darto nemu mangkuk itu kemarin, waktu bantuin Pak RT bersih-bersih gudang bekas balai desa. “Biarin aja tak bawa, buat cadangan,” pikirnya. Nggak nyangka, malam itu hidupnya berubah total.

 

Pelanggan pertama hari itu adalah Bejo, pemuda kampung yang kerjaannya nganggur tapi sok sibuk.

“Bakso satu, Tok. Yang banyak kuahnya,” katanya sambil duduk di kursi bambu depan warung kecil Darto.

Darto nyendokin bakso ke mangkuk baru itu. Kuah panas disiram, aroma gurih naik, dan entah kenapa permukaan kuah bergetar sebentar kayak ada yang bisik, “Mangia bene…”

Bejo nyeruput kuahnya. Seketika matanya melotot.

“Wuih… Delizioso!” katanya sambil berdiri tegak.

Darto bengong. “Hah? Delisapa?”

Bejo terus ngoceh, “Questo è il miglior bakso del mondo!

“Lho, kok ngomongnya kaya orang kesurupan?” tanya Darto panik.

Orang-orang sekitar mulai berdatangan, heran.

“Bejo, kau kenapa, Jo?”

Io sono Bejolini!” katanya dengan aksen aneh.

Warga panik, dikira kesurupan. Dukun kampung dipanggil, dibacain ayat kursi, tapi Bejo malah nyahut, “Mamma mia!” sebelum pingsan.

 

Besoknya berita menyebar.

“Baksonya Darto bisa nyantol jin bule!” kata Bu RT di pos ronda.

“Katanya pelanggan ngomong bahasa Spanyol!”

“Italia, Bu, bukan Spanyol,” sahut Pak RT sok tahu.

“Ya pokoknya bukan Jawa!”

Anehnya, semenjak itu warung Darto makin rame. Banyak yang pengen “nyoba ngomong aneh”.

Darto cuma geleng-geleng, tapi ya… duit tetep diterima.

Suatu sore, seorang guru bahasa Inggris datang.

“Pak Darto, saya penasaran, boleh saya coba?”

Darto nyendok bakso, masukin ke mangkuk sakti itu, dan seperti biasa kuahnya sedikit bergetar.

Guru itu makan, lalu dengan suara berat bilang:

Signore e signori, questa è arte culinaria divina!

Orang-orang bengong.

“Pak Guru, itu artinya apa?” tanya Darto.

“Hmm… katanya, ‘Ini seni kuliner ilahi’…”

“Waduh, beneran sakti, Tok!” seru warga.

Darto senyum kecut. Dalam hati dia mikir, mending ini mangkuk dijual ke museum aja kali ya.

 

Malamnya Darto nggak bisa tidur. Mangkuk itu ditaruh di meja, mengkilap kena lampu minyak.

Dia muter-muterin, baca tulisan di pinggirnya yang samar:

Cuoco di anime affamate.”

“Hmm… kayaknya bahasa luar negeri…” gumamnya.

Darto nyoba googling pake HP anaknya yang sinyalnya satu batang. Setelah lima menit loading, muncul terjemahan: “Koki jiwa-jiwa yang lapar.”

“Lah, kok ngeri…”

Tiba-tiba angin berhembus. Kuah dalam panci bergolak sendiri. Dari dalam mangkuk keluar bayangan samar, bentuknya kayak bapak-bapak brewokan pakai topi koki.

Buonasera, signor Darto!” katanya.

“Bu… buono apa?!”

“Aku adalah Chef Giovanni Romano, koki besar dari Napoli! Kau telah memakai mangkukku.”

Darto bengong. “Lho, saya cuma jualan bakso, Pak, bukan pizza!”

Roh itu senyum. “Tidak masalah. Aku tersesat ke negeri ini sejak kapal dagang Italia karam ratusan tahun lalu. Jiwaku terikat pada mangkuk itu. Setiap kali seseorang makan dengan tulus, aku muncul.”

Darto garuk kepala. “Jadi ini bukan santet?”

“Tentu tidak! Ini gourmet blessing!” kata si roh dengan bangga.

“Kalau gitu, bisa tolong jangan bikin orang kesurupan ngomong Italia? Susah ngertinya.”

Chef Giovanni berpikir sebentar. “Hmm… mungkin itu efek samping. Tapi kalau kau ingin, aku bisa bantu buat resep bakso paling lezat di dunia.”

Darto tertegun. “Serius?”

“Tentu! Tapi dengan satu syarat.”

“Apa itu?”

“Kau harus memasak dengan cinta.”

Darto diem sebentar, lalu nyeletuk:

“Wah, kalau itu mah saya tiap hari udah cinta, sama duit hasil jualannya.”

Chef Giovanni mendengus. “Astaghfirullah versi Italia…”

 

Keesokan harinya, Darto nyoba resep yang dikasih roh itu.

Dia tambahin kaldu tulang, garam laut, dan rahasia kecil: daun salam yang dibacain “selamat datang”.

Baksonya jadi lebih kenyal, aromanya bikin orang kampung ngantri sampai ujung gang.

Setiap yang makan di mangkuk sakti itu, ngomong Italia sebentar, tapi kali ini nggak kesurupan. Mereka malah jadi bahagia, kayak dapet energi positif.

Bu RT yang biasanya suka gosip, tiba-tiba bilang, “La vita è bella!” lalu nyapu halaman sambil senyum.

Pak RT yang pelit, tiba-tiba traktir ronda malam dengan kopi dan roti.

Desa Kalinongko jadi aneh tapi damai. Semua orang ngomong Italia campur Jawa.

Mang Darto, baksonya dua mangkuk, por favore!

“Iya, tunggu sebentar, Bu. Bakso pedes atau biasa?”

Picante, grazie!

 

Tapi kebahagiaan itu nggak lama.

Suatu malam, Darto dapet surat misterius diselipin di gerobak:

“Mangkuk itu bukan milikmu. Serahkan sebelum bulan purnama, atau kuambil jiwamu.”

Tertanda: La Famiglia di Giovanni.

Darto langsung pucet. “Waduh, ini mafia Italia apa gimana?”

Dia konsultasi ke dukun kampung, Mbah Wargo.

Mbah Wargo liat mangkuknya, terus ngelus jenggot.

“Hmm… mangkuk iki sakti tenan, To. Tapi yo ora usah kuwalat. Wong sing nulis surat iki paling arwahnya iri aja.”

“Lha terus tak buang aja ya, Mbah?”

“Jangan! Barang sakti ora iso dibuang sembarangan. Nanti malah balik sendiri.”

Darto benerin sarung. “Ya wis, tak simpen wae.”

 

Pagi-pagi Darto buka gerobak, mangkuk itu ilang. Di tempatnya cuma ada secarik kertas bertuliskan:

Grazie per aver cucinato con amore.

(“Terima kasih sudah memasak dengan cinta.”)

Darto ngelus dada. “Ya sudah, semoga dia tenang di alam sana.”

Tapi anehnya, walau mangkuknya hilang, bakso Darto tetap enak. Pelanggan tetap rame.

Mungkin karena rahasianya udah bukan di mangkuk lagi  tapi di hatinya yang beneran tulus jualan buat orang-orang kampung.

Setiap kali ada pelanggan puji rasanya, Darto cuma senyum kecil dan bilang:

“Ya namanya juga rezeki, signore.”

Lalu jalanan kembali dipenuhi aroma kuah, suara gerobak, dan kadang…

angin berhembus pelan, membawa bisikan samar:

Mangia bene, Darto… mangia bene…

Darto pikir urusan udah kelar. Tapi seminggu kemudian, ada hal aneh lagi.

Waktu dia dorong gerobak lewat depan mushola, tiba-tiba speaker toa di atas menara bunyi sendiri.

Suara berat dengan logat aneh bergema:

Attenzione! Promo bakso buy one get one!

Orang sekampung kaget.

“Lho, kok toa masjid dipake jualan?”

“Suara siapa itu?”

“Kayak suara Pak Darto tapi kebule-bulean!”

Darto hampir jatuh dari gerobak.

“Waduh, jangan-jangan si Giovanni masih ngintil…”

Malamnya dia mimpi ketemu Chef Giovanni lagi, kali ini sambil ngelap celemek.

Signor Darto… aku belum benar-benar pergi.

“Lho, katanya udah tenang di alam sana?”

“Aku baru bisa tenang kalau warisan kulinerku hidup terus.”

Darto ngerokok sambil mimpi. “Terus aku disuruh ngapain lagi, Pak Chef?”

“Ajarkan orang-orang kampungmu cara makan yang benar.”

“Lah? Wong sini kalau makan bakso aja diseruput sampe uapnya ke mata!”

“Itu dia masalahnya! Mereka tidak menghargai rasa!”

Darto manggut-manggut meski nggak paham. “Yaudah deh, besok saya cobain.”

 

Besoknya Darto bikin acara dadakan di balai desa:

“Pelatihan Makan Bakso Bergaya Italia.”

Warga datang rame-rame, bawa sendok masing-masing.

Di depan panggung, Darto berdiri sambil pakai topi koki bekas Giovanni yang entah dari mana muncul lagi.

“Baik, Bapak-Ibu sekalian,” katanya lantang, “hari ini kita belajar makan bakso dengan cinta!”

Bu RT nyeletuk, “Lho, makan aja kok diajarin.”

“Tenang, Bu. Ini bukan sembarang makan. Ini… la cucina dell’anima!

Warga bengong. “Lah, bahasa apa lagi tuh?”

Darto contohin cara makan:

  1. Hirup aroma kuah dulu sambil pejam mata.
  2. Ucapkan “grazie” sebelum nyeruput.
  3. Setelah makan, tepuk dada dan bilang, “Viva bakso!

Awalnya warga ngakak. Tapi entah kenapa, setelah nyoba, semuanya diem dan senyum.

Ada yang bilang baksonya lebih enak. Ada yang tiba-tiba inget masa kecilnya.

Ada juga Pak RT yang mewek tanpa alasan, katanya “rasanya kayak nostalgia.”

Darto heran. “Waduh, ini mangkuknya udah nggak ada, tapi auranya masih hidup…”

 

Kabar itu nyebar lagi.

Media lokal datang liputan: “Fenomena Bakso Meditasi di Kalinongko.”

Influencer datang, bikin konten sambil nyeruput:

“Wah gila bro, ini bakso spiritual banget sih, rasanya kayak dosa gue dihapus!”

Darto jadi terkenal. Dia diundang ke acara TV nasional.

Pembawa acaranya nanya, “Pak Darto, apa rahasia kesuksesan Anda?”

Darto nyengir, “Masak dengan cinta, bukan dengan target penjualan.”

Penonton tepuk tangan. Chef Giovanni muncul sebentar di bayangan kamera, senyum bangga.

 

Tapi ketenaran itu bikin Darto gelisah.

Kampungnya jadi rame turis. Ada yang beli buat konten, bukan karena lapar.

Baksonya dijual di mall, dibungkus modern.

Setiap kali dia ngaduk kuah, Darto ngerasa ada yang hilang.

Suatu malam, dia duduk di depan rumah, ngelamun sambil ngelihat langit.

“Chef… kalau masih denger, saya kangen jualan keliling. Kangen suara ‘teng-teng’ itu.”

Angin berhembus pelan. Dari kejauhan, terdengar samar suara laki-laki:

Segui il tuo cuore, Darto… ikuti hatimu.

Besoknya Darto ambil keputusan. Dia tutup warung besar di kota, balik lagi jualan keliling di kampung.

Warga nyambut dengan gembira. Anak-anak kecil lari-lari sambil teriak,

“Bakso sakti balik! Bakso sakti balik!”

Kini gerobaknya udah tua, tapi kuahnya tetap hangat.

Setiap mangkuk disajikan, Darto masih ucap pelan:

Mangia bene…

Dan meski mangkuk sakti itu udah lama hilang, kadang saat uap bakso naik ke udara,

tercium aroma tomat dan basil entah dari mana.

Warga bilang, kalau makan bakso Darto malam Jumat, suka kedengeran bisikan lembut di telinga:

Bravo, Darto… bravo.

Darto cuma ketawa kecil.

“Lha wong cuma bakso, kok bisa seharu ini…” katanya sambil nyendok kuah,

sementara bulan purnama di atas Kalinongko memantulkan cahaya lembut di gerobaknya yang beruap.

~ Tamat ~

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Mangkuk Sakti Penjual Bakso Keliling
Kusuma Bagus Suseno
Flash
Tutorial Melawan Begal
Braindito
Flash
Perilaku remaja saat hujan deras
Hendrysutiyono
Flash
What A Thrilling Night!
hyu
Flash
Bronze
Siap, Noted, Pak!
Reyan Bewinda
Komik
Keuntungan Banjir di APOLO77, Jackpot Gampang Didapat di Tahun 2025
apolo77
Cerpen
Bronze
Nenek ku Super
Novita Ledo
Flash
Bronze
Untung Tidak Berpikir
Arif Holy
Flash
Ilfeel
Delia Angela
Komik
Ubi Depresi
nanda putri diasshifatul karimah
Flash
Absurd
Adrikni LR
Komik
Sebutir Manusia
Sukriyadi
Cerpen
7 WAYS TO BE AN IDIOT BOSS
ken fauzy
Komik
Bronze
Si Buyung
Bilal Rizqy
Komik
Gold
KOMIK RETJEH
Kwikku Creator
Rekomendasi
Cerpen
Mangkuk Sakti Penjual Bakso Keliling
Kusuma Bagus Suseno
Cerpen
Ada Nastar Di Kulkas
Kusuma Bagus Suseno
Cerpen
The Jhony : Antara Nasi Kucing dan NASA
Kusuma Bagus Suseno
Cerpen
Naskah Orang Mabuk
Kusuma Bagus Suseno
Cerpen
Manifesto Seorang Pemancing Sungai Kecil
Kusuma Bagus Suseno