Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Menjadi pengantar barang terkadang cukup menjemukan. Setiap hari berputar bak kincir angin. Konsentrasi harus senantiasa terjaga agar tidak kehilangan banyak uang. Emosi pun acap kali diuji, sedangkan hati tidak melulu dalam kondisi senang.
Lelah dan mengeluh, tetapi sudah lebih dari dua tahun aku menjalani pekerjaan ini. Ya, mau bagaimana lagi?! Pesaing semakin banyak, lapangan kerja semakin sempit. Daripada terlunta di perantauan, lebih baik menguatkan mental, bukan?!
Kusortir paket satu per satu sesuai lokasi pertama yang akan dituju. Irama musik dangdut berdendang penyulut semangat.
Syukurlah, nama para penerimanya banyak yang sudah menjadi langganan. Ini cukup menghematku dalam bertamu dari satu pintu ke pintu yang lain.
"Ris, gue boleh nitip anterin jatah pengantaran gue, nggak? Kemarin gue kemalaman, hari ini gue nggak badan," ucap Erwin – menghampiriku dengan suara lesu.
Aku tak lantas mengangguk. Ada janji kencan nanti malam yang harus kepenuhi kepada calon tunanganku. Terlebih, jangkauan areaku dengan Erwin lumayan jauh. Aku di ujung Timur dan dia di ujung Barat kecamatan. Namun, tak ada salahnya aku meraba alam...