Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Semua rumah kosong, bisnis tutup, dan jalan-jalan sunyi tanpa kehidupan sama sekali. Tidak ada suara anak-anak bermain, suara pasar yang ramai, atau tawa pekerja asing yang biasanya memenuhi pulau itu. Yang tersisa hanyalah sebuah pesan misterius yang tertulis dengan cat merah di pintu gedung serbaguna: "Croatoan." Pulau itu terletak di tengah samudera yang biru dan indah di sisi timur Pulau Sumatera, dulunya pulau ini adalah tempat kediaman bagi suku Melayu yang jumlahnya ribuan dan sudah menempati pulau selama ratusan tahun. Mereka hidup harmonis dengan alam dan satu sama lain, sampai kedatangan para pekerja asing yang membentuk koloni untuk mengubah pulau menjadi lahan ekowisata.
Berita tentang hilangnya penduduk pulau itu dengan cepat menyebar ke daratan utama, pemerintah segera mengirim garda nasional dan tim penyelidik untuk mencari tahu apa yang terjadi. Namun, penyelidikan tidak menghasilkan petunjuk yang pasti. Tidak ada tanda-tanda kekerasan ataupun perlawanan di tempat-tempat tinggal mereka, dan tidak ada bukti bahwa mereka telah melarikan diri. Mereka memeriksa setiap rumah, toko, dan tempat umum, tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada sehelai rambut, darah ataupun jejak kaki yang ditinggalkan, semua perabotan dan barang berharga masih utuh dan berserakan setiap bangunan. Mungkin semua orang pergi melarikan diri, tapi tak mungkin semua penduduk pulau ini pergi begitu saja tanpa kabar.
Saat semua penduduk lenyap kapal yang hendak berlabuh di pulau itu kaget bukan kepalang melihat dermaga sangat sepi, sampai akhirnya mereka mencari manusia terdekat yang berada di perairan sekitar pulau, Wak Gantong. Pria tua yang disepuhkan itu diajak mendarat ke pulau, lalu ia duduk di bawah pohon rindang sambil merenungkan misteri yang menghantui pulau tempat kelahirannya itu. Ia ingat cerita lama tentang penduduk asli pulau yang harus menghadapi kolonisasi dan pengusiran paksa dari tanah mereka sendiri bertahun-tahun lalu.
"Inilah azab," kata Wak Gantong dengan wajah tuanya yang muram.
Peristiwa ini terjadi sangat cepat dan tidak wajar, sehingga muncul banyak pertanyaan dari semua orang. Teori liar bermunculan, dari diculik oleh separatis hingga ditarik ke alam gaib oleh jin sampai penculikan oleh alien. Ada yang berbicara tentang kemungkinan penculikan oleh kelompok separatis Melayu Merdeka, sebuah kelompok yang menentang kedatangan koloni asing di pulau itu sejak awal relokasi penduduk asli pulau. Namun, tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung klaim ini. Ada juga yang percaya bahwa mereka mungkin melarikan diri karena tekanan ekonomi dan sosial di pulau itu, sehingga banyak anggota koloni seperti para investor hengkang dari pulau. Tentu saja teori itu tidak masuk akal mengingat banyak dari mereka telah hidup sejahtera di sana selama bertahun-tahun. Adapun masyarakat di sekitar pulau menduga adanya campur tangan makhluk supernatural seperti Raja Suran, yang konon adalah manifestasi dari cerita rakyat Melayu yang marah.
Wak Gantong yang tinggal di sebuah kerambah ikan di tengah laut memilih untuk menjauhi para pendatang asing yang sibuk dengan urusan dunia mereka masing-masing, sehingga Wak Gantong hanya bisa mengumandangkan azan kepada lautan karena sudah tidak ada lagi masjid di pulau itu. Kerap kali Wak Gantong harus pergi ke pulau lain yang lebih jauh untuk urusan hidupnya, tidak terpikir lagi baginya untuk mendatangi pulau tempat kelahirannya itu, sampai tiba pihak keamanan yang datang ke kerambah Wak Gantong tadi pagi untuk menyelidiki kejadian aneh ini. Wak Gantong adalah seorang penjaga tradisi dan cerita rakyat Melayu, seringkali ia menceritakan kedatangan koloni pekerja asing yang telah merebut hak keluarganya dan memperlakukan pulau itu dengan semena-mena. Mereka menggusur penduduk asli pulau yang dulunya bernama “Rempang” dan mengundang semakin banyak perusak ke pulau itu. Misteri hilangnya penduduk pulau dalam semalam dan pesan misterius "Croatoan" telah menjadi simbol peringatan bagi masyarakat dunia, yang terulang lagi untuk kedua kalinya.
Mungkin saja hilangnya penduduk pulau adalah sebuah teguran bagi manusia di sekitarnya yang mulai apatis terhadap sumber daya alam yang menipis dan masyarakat adat yang mulai hilang. Apapun yang telah menghukum mereka adalah entitas yang menolak keberadaan mereka sepenuhnya, mereka semua lenyap dari wajah bumi tanpa membawa sedikitpun harta di pulau itu.
“Mereka mengusir penduduk asli sini, merampas tanah kami, dan mengambil segalanya," jelas Wak Gantong dengan nada haru. "Pulau ini adalah tempat bekerja dan hidup. Tapi, mereka harus selalu ingat bahwa mereka adalah tamu di sini. Mereka sudah lupa akan sejarah pulau ini dan hakikatnya,” lanjutnya.
Hari demi hari pihak berwenang dan wartawan terus berdatangan untuk menyelidiki. Mereka mencari tahu apa yang terjadi pada penduduk pulau itu, tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Wak Gantong yang selalu sibuk dicari oleh jiwa-jiwa penasaran selalu menceritakan kisah masa lalu pulau yang kelam, di mana penduduk asli Rempang terusir dari tanah mereka oleh koloni pekerja asing yang datang dengan janji-janji palsu. Mereka diperlakukan tidak adil, diusir dari rumah mereka sendiri, dan dipaksa relokasi ke tempat lain tanpa jaminan, atau parahnya lagi dibasmi seperti hama padi di ladang oligarki.
"Tolong, jangan lupakan sejarah kami," kata Wak Gantong dengan penuh keyakinan.
Meskipun misteri hilangnya penduduk pulau tetap tak terpecahkan, pesan dari Wak Gantong membuat banyak orang merenung. Mereka menyadari bahwa masa lalu yang kelam dan ketidakadilan yang telah terjadi di pulau itu mungkin telah menciptakan azab yang tak terduga. Seperti halnya misteri hilangnya koloni Roanoke di Amerika Utara, akibat kolonisasi yang merusak dan pendatang yang tidak menghargai suku Croatoa yang lebih dahulu hidup disana.
Pulau itu kini menjadi saksi bisu atas konflik yang telah berlangsung lama, konflik antara penduduk asli dan pendatang. Berita tentang kejadian misterius ini menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menjadi sensasi di media internasional. Banyak yang mencoba menghubungi Wak Gantong yang kini semakin senang akan usahanya, memberi citra baik kepada pulau tempat kelahirannya itu, meskipun para penanya lebih cenderung menggiring pertanyaan kepada isu yang tak penting. Misteri hilangnya penduduk pulau ini tidak pernah sepenuhnya terpecahkan, banyak yang percaya bahwa kejadian itu adalah pembalasan alam atas tindakan koloni pekerja asing yang telah berlaku tidak adil di masa lalu.
Pulau itu kini kembali sunyi senyap, ilalang dan keladi mulai mengambil kembali kendali atas tanah yang dulu pernah menjadi milik penduduk asli Melayu. Misteri "Malayan Croatoan" menjadi semakin dalam, membuat pulau itu semakin angker dan ditakuti oleh siapapun yang mendengar kisahnya. Banyak pendapat yang mengemukakan spekulasi bahwa ini adalah balas dendam senyap dari sisa sejarah Pulau Rempang, yaitu para separatis Melayu Merdeka yang telah terusir dari tanah mereka puluhan tahun lalu, disinyalir pergerakan Melayu Merdeka semakin aktif setelah kejadian Malayan Croatoan. Mereka berhasil melakukan pembebasan terhadap beberapa daerah di Kepulauan Riau, apalagi sekarang sering terdengar suara azan di pulau angker itu.
Jakarta, 23 September 2023