Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Maharnya ? Sekarung Awan Impor
1
Suka
5,260
Dibaca

Maharnya ? Sekarung Awan Impor 

“ Weee…. awannya keren ! kerennn … ! yuhuu…. ! “ begitu teriakan seorang anak laki – laki yang duduk di belakang jok motor. Ia merekam gumpalan awan putih yang molek dengan latar langit biru yang bersih dan terang. Rekaman video jerit kekaguman pada gumpalan awan itu terjadi setahun lalu dan kini kembali viral kedua kalinya. Netizen, para pengagum gumpalan awan menyerbu ruang komentar untuk menjejalinya dengan ragam pendapat.

Muti menyaksikan video lawas itu di ponsel sambil duduk santai di teras lantai dua rumahnya. Wajah Muti, ceria. Ia ikut beri komentar. Lalu di samping Muti, duduk juga pacarnya, Adin. Maka pasangan kekasih ini teringat kejadian dua tahun lalu, saat mereka berlibur, duduk di tepi danau dengan latar pemandangan bukit hijau yang elok lalu disemprot udara yang segar.

Di situ, Adin dan Muti memulai permainan tebak – tebakkan bentuk awan yang seringkali mirip dengan benda – benda di sekitar dan bisa juga rupa – rupa bentuk wajah.

“ Kalau awan yang itu, bentuknya seperti apa ? “ tanya Adin

“ Teko ? Centong ? “ jawab Muti

“ Bukan .. “ balas Adin.

“ Yahh, apa doong… ? “ Muti mengeluh

“ Bemo…. “ seloroh Adin, ringan.

Muti gemas mendengar seloroh jawaban Adin yang asal kena lalu disusul tawa besar penuh kemenangan.

Begitu, romantisme Adin dan Muti. Kemudian suasana pacaran yang serupa itu mereka ulangi ketika keduanya makan siang di atas gedung, pada musim kemarau tahun berikutnya. Di meja makan mereka memelototi pergerakan awan lalu menunggu bentuk gumpalan awan yang kelak akan mereka terka.

Karena takjub pada gumpalan awan, Muti punya ide. Ia minta pada Adin agar memberikannya mahar atau maskawin berupa gumpalan awan saat akad nikah. Waktunya, sebulan lagi. Mulanya Adin mentertawakan permintaan Muti. Namun yang terjadi belakangan, Muti menangis. Muti masuk kamar. Ia mengunci pintu. Tandanya, Muti serius dengan permintaan itu. Adin menyesal telah mentertawakan pacarnya.

Tiga hari berlalu, Muti masih menutup diri. Adin sudah mengadukan persoalan ini pada orang tua Muti. Mereka tersenyum lalu meminta Adin menuruti permintaan Muti.  Jika tidak, ancamannya : pernikahan dibatalkan. Adin mengalah. Ia tak mungkin mundur atau membatalkan rencana pernikahannya dengan Muti. Adin Cinta mati pada Muti.

Adin berpikir keras bagaimana caranya menjaring gumpalan awan lalu membawanya ke hadapan Muti. Padahal - nah ini yang tak diperhitungkan – polusi udara sedang menggila di langit kota tahun ini. Akibatnya, sinar matahari buram. Gumpalan awan tak terlihat. Maka video anak laki – laki yang mengagumi awan, yang terjadi setahun lalu dan kini kembali viral itu mewakili kegelisahan warga menghadapi kemarau yang bersamaan dengan serbuan polusi udara.

Akibat polusi tinggi, banyak warga mengidap sesak napas. Pemerintah kota, kembali mengajak warga memakai masker. Adin dan warga kota lainnya sama – sama resah. Tapi resah Adin lebih unik, di antara hidup dan mati untuk masa depan cintanya pada Muti.

Pagi itu, Adin nekat bergerak ke balai kota. Ia berharap bisa bertemu Pak Gubernur di lobby. Benar juga pikiran Adin. Setibanya di lobby gedung balai kota, para pewarta sudah mencegat Pak Gubernur yang baru saja turun dari mobil. Adin berlari mendekat kerumunan.

“ Jadi biang kerok polusi ini, dari Pembangkit Listrik yang memakai bahan batu bara,pak ? benar ? atau asap pabrik ? “ tanyar para pewarta.

“ Tidak ! tidak benar itu ! “ kata gubernur

“ Jadi, penyebab utamanya apa ? “ tanya pewarta lain, gemas.

“ Ya kendaraan bermotor warga…. “ jawab gubernur

“ Loh, kok warga lagi yang dituduh ? kemarau tahun lalu tak ada polusi udara sehebat ini, tapi warga tetap berkendaraan di jalanan… “ jelas pewarta berikut.

Pak Gubernur kagok. Ketika itulah, Adin bersuara. Ia berdiri di belakang punggung para pewarta yang mengerumuni sang Gubernur Kota.

Pak Gubernur yang baik ! saya mewakili warga, sangat memohon untuk segera mengatasi polusi ini. Banyak warga terserang sesak nafas. Lihat ! jangankan matahari, awan saja tak ada. Langit berkabut. Dan yang lebih penting lagi nih yaa… saya lagi ditantang pacar saya menjaring awan, sebagai mahar untuk akad nikah saya… “

Semua pewarta tertawa mendengar ujung penjelasan Adin soal mahar awan. Tapi Adin segera menghentikan tawa tersebut. Adin meyakinkan para pewarta juga Pak Gubernur untuk segera pecahkan masalah polusi udara.

“Eh saya serius ini !! Pak Gubernur, juga para wartawan, tolonglah bikin hujan buatan. ….. “  seru Adin,

“ Justru itu, kita tak bisa bikin hujan buatan karena awannya taka da. Ini kita lagi berusaha keras cari cara. Sementara ini ya pake semprotan air dari atap gedung ! “ balas pak gubernur.

“ Ah ! percuma alat itu ! langit kota ini luas banget. Paling cuma berapa gedung yang nyemprotin air. Pokoknya saya gak mau tahu, Pak Gubernur harus menghadirkan awan. Kalau nggak, saya batal menikah nih dengan Muti ! “ kata Adin panjang lebar.

“ Muti siapa ? “ para pewarta kembali memancing Adin

“ Muti ya pacar saya. Calon istri saya !  kan tadi udah saya jelasin, saya mau nikah. Syarat maharnya, ya awan itu…. “ jelas Adin singkat.

“ Hahahaha…” para pewarta tertawa bersama. Mereka geli menyaksikan ekspresi Adin saat menyampaikan aspirasinya. Para pewarta mulai suka dengan Adin.

Sebab itu, mereka memberitakan aksi Adin pagi itu di tangga lobby balai kota. Selain memberitakan Adin, mereka juga menyebarkan video aksi Adin ke media sosial. Dalam waktu tiga jam ke depan, video itu viral. Ribuan pekerja kantoran di gedung – gedung tinggi yang sedang makan siang, terkekeh – kekeh menyaksikan video aksi Adin.

Adin girang, videonya viral. Ia berharap sikap beku Muti mencair alias tidak lagi mengurung diri di kamar. Kepada orang tua Muti, Adin menjelaskan upayanya. Tapi orang tua Muti santai saja. Kata mereka, aksi Adin belum tentu terwujud. Suara, aspirasi Adin cuma sebutir pasir dari tumpukan persoalan di kota ini.

Adin kembali beraksi di balai kota. Selama tujuh hari beruturut- turut, Adin bak orang kesurupan berteriak menyampaikan aspirasinya. Sebab itu, Pak Gubernur gerah. Ia menggelar rapat internal.

“ Ini video Adin viral. Apa iya penting sekali buat dia soal awan ini.. ? “ tanya pak gubernur

“ Lah ? sangat – sangat penting pak. Kepentingan Adin dan kota ini sama, yakni gumpalan awan. Kalau Adin gagal memenuhi keinginan pacarnya, batal tuh malam pertama pengantin. Kalau kita gak bergerak cari solusi, apa iya kota ini mau terus menerus disorot sebagai kota pemilik polutan paling tinggi ? “ kata salah seorang peserta rapat.

Apa hasil rapat internal itu ? Pak Gubernur dan para staf sepakat, kalau kota ini harus membuat hujan buatan sesegera mungkin. Lalu persoalan awannya darimana ? Impor awan dari kota mana saja, asal dari luar negeri, yang punya prestasi bagus karena tak pernah kena polusi.

“ Kita survey sejumlah kota besar di Eropa. “ usul salah seorang staf.

“ Kita studi banding ke Eropa ? “ sahut yang lain

“ Hayuklah, boleh saja. Eropaaaa… ! “ tawa staff lainnya.

Maka terbanglah rombongan aparatur pemerintahan kota. Mereka singgah ke sejumlah kota terkenal di Eropa. Di sana, mereka takjub melihat keindahan gumpalan awan yang bertebaran di langit yang bersih. Kini, mereka tahu dan merasakan bagaimana Adin dan pacarnya kecanduan dan gandrung pada gumpalan awan.

Sepulanganya dari lawatan ke kota – kota di Eropa, pemerintah kota mengajukan usul pembelian gumpalan- gumpalan awan dari kota – kota tersebut. Mereka butuh gumpalan awan impor dengan kapasitas seratus kontainer. Kelak, awan – awan molek yang bertebaran di langit kota – kota di sana, akan disedot lalu disimpan di dalam kontainer untuk di bawa pulang ke tanah air.

“ Di langit sana, gumpalan awannya bagus dan semua berpotensi untuk tumbuh “ kata seorang aparatur pemerintah kota di hadapan parlemen.

“ Keadaan darurat ! kita butuh secepatnya gumpalan awan untuk membuat hujan buatan agar polusi lenyap ! “  seru lainnya.

 Tapi pendapat dari pemerintah kota tak langsung disetujui.  Banyak anggota parlemen yang sangsi tapi banyak juga yang setuju atas nama kemaslahatan umat demi mengatasi polusi kota. Maka suara – suara yang berseberangan ini bertabrakan di udara di dalam gedung parlemen.

Sampai satu ketika, seorang anggota parlemen membawa Adin masuk ke ruangan rapat. Di situ Adin bersuara.

 “ Pokoknya, kepada bapak – bapak yang ada di sini, saya minta tolong agar saya bisa memenuhi permintaan Muti, pacar sekaligus calon istri saya. Saya ini cinta Muti.. huhuhuuhuu…. “ Adin tersedu.

Semua anggota parlemen diam menyaksikan kejujuran dan ketulusan Adin yang dianggap sebagai wakil warga kota. Hingga sampai klimaksnya, rapat anggota parlemen sepakat untuk menyetujui impor gumpalan awan dari Eropa.

Sejumlah pesawat mengudara lalu menyedot awan – awan yang potensial tumbuh. Awan – awan itu dimasukkan ke dalam kotak container.

Lalu, setibanya di tanah air, gumpalan awan impor itu ditebar ke langit kota. Akhirnya pemerintah kota mampu membuat hujan buatan. Semua berkat seratus kontainer gumpalan awan impor.

“ Horeee.. hujaannn !! “ teriak para warga di seluruh penjuru kota.

Lalu, pada hari yang ditunggu, Adin dengan perasaan santai duduk menghadap penghulu di acara akad nikah.

“ Maskawinnyaaaa…., sekarung awan impor !!  “ seru Adin

Semua orang yang hadir, tepuk tangan. Adin tertawa sambil melihat ke kiri dan kanan. Sesudahnya, ia beranjak lalu mengambil sebuah karung goni yang gemuk lantaran berisi gumpalan awan. Kumpulan awan dalam karung itu ia sedot dari salah satu kontainer.

Adin menggandeng Muti keluar rumah. Di halaman, Adin membuka ikatan karung. Setelah itu keluarlah gumpalan – gumpalan awan yang perlahan berterbangan menuju langit. Setibanya di atas, awan – awan itu bergerak tertiup angin lalu bergabung dengan kumpulan awan lain hingga akhirnya membentuk karakternya sendiri.

Sontak, Adin dan Muti girang. Mereka kembali bermain tebak – tebak an, rupa – rupa bentuk awan yang bisa mirip benda- benda di sekitar. Keceriaan Adin dan Muti direspon meriah oleh dua keluarga dari masing – masing pasangan serta sanak saudara juga para tetangga. Mereka ikut bersorak menyaksikan pergerakan awan yang berlatar langit biru, bersih dan terang.

Setahun berikutnya ….

Setahun berlalu setelah peristiwa polusi udara, Adin yang resah dan impor gumpalan awan dari langit di kota – kota besar di Eropa. Pasangan Adin dan Muti sudah menggendong seorang anak perempuan yang sedang lucu – lucunya. Namun, ketika itulah sebuah isu dugaan korupsi tercium dari proyek impor gumpalan awan.

“ Kami sudah punya bukti yang mengarah pada dugaan kuat korupsi impor awan. Mulanya, ini ditutupi, seperti berkabut, tapi akhirnya ketahuan juga. Tunggu tanggal mainnya, kami akan umumkan siapa – siapa saja yang kena .. “ kata Ketua Tim Pasukan Pemberantas Korupsi.

“ Siapa Pak ? berapa orang yang terlibat ? “ tanya para pewarta

“ Hmm.. coba sekarang kalian lihat ke langit, barangkali ada gumpalan awan yang memberi petunjuk kemiripan wajah, yang kalian kenal. Kalau benar, nah bisa diduga itu orangnya. Tahun ini gak ada polusi kan ? gak ada kabut. Langit begitu biru, bersih dan terang.. “ tutup sang Ketua.

Para pewarta keluar ruang konprensi pers. Semuanya menengadahkan kepala ke langit biru yang bersih dan terang. Mereka memperhatikan betul setiap bentuk gumpalan awan. Mereka mencoba meraba – raba rupa gumpalan awan yang sekiranya mirip dengan wajah – wajah yang diduga tersandung kasus impor awan.

By : Mahalawan

Jakarta

Kemarau, 19 September 2023

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Sepi dan Emosi
Senna Simbolon
Novel
PENGHARAPAN
Estiana
Novel
Ketika Alsha Jatuh Cinta
Yuliana
Novel
Kosan Bu Djoko
Sarah Teplaka
Flash
Bronze
Janji Seorang Badut
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Maharnya ? Sekarung Awan Impor
Mahalawan
Novel
Cerita Gadis Kecil
Dini Pujiarti
Novel
Terlanjur Mencinta
trinihutapeaa
Flash
Cerita-Cerita Ketika Hujan Datang
Artie Ahmad
Flash
Bronze
Drama
B12
Flash
Katja
Vitri Dwi Mantik
Novel
Lagu Untuk Davina
kieva aulian
Flash
Bronze
Aku Bisa Apa?
drizzle
Cerpen
Bronze
Penyair dan Cerpenis Kampret
Sulistiyo Suparno
Novel
Bronze
Mellifluos - The Melody of Heart
Nia Dwi Noviyanti
Rekomendasi
Cerpen
Maharnya ? Sekarung Awan Impor
Mahalawan
Cerpen
Peluru di Kepala Pacarku
Mahalawan
Cerpen
Aluna dan Sepatu Kiri
Mahalawan
Cerpen
Mayat 50 Juta Rupiah
Mahalawan
Cerpen
Lidah Jujur
Mahalawan
Novel
Bronze
Kereta Rombeng 1998
Mahalawan
Cerpen
Panggung Cantika, si Ratu Sejagat
Mahalawan