Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ayuna menggenggam tangan sauminya dengan erat, “Mas Rozan harus bertahan, ada anak kita yang akan lahir."
Rozan menatap lurus pada Ayuna, lalu berkata dengan nada lirih, “Maafkan aku…”
“Tidaaakk. Kamu harus kuat demi aku dan anak kita,” ucap Ayuna dengan tegas.
Tautan tangan Ayuna dan Rozan terlepas ketika perawat mendorong brankar masuk ke dalam ruang ICU.
Ayuna duduk dengan lemah di kursi tunggu ruangan ICU sedang menunggu kabar dari dokter.
Ayuna merintih kesakitan sambil memegangi perutnya, lalu berteriak histeris, “Aarrrrrgghhh.”
Perawat yang melihat Ayuna merintih kesakitan segera menghampiri, “Ibu tidak apa-apa?”
Ayuna menjawab dengan nada lemah, “Sus, perut saya sakit.”
Suster melihat kondisi Ayuna perutnya membuncit besar, “Ibu kontraksi."
Ayuna mengangguk lemah.
Perawat mencoba menenangkan Ayuna, lalu berkata, “Ibu tolong tunggu, saya akan segera mungkin kembali dengan membawa kursi roda."
Perawat segera berjalan dengan cepat, dia mencari bantuan, “Tolooong siapkan kursi roda ada yang ingin melahirkan."
Cklak!
Perawat membuka pintu ruangan dokter kandungan, lalu berkata, “Dok, ada keadaan darurat di ruang ICU, saya melihat seorang wanita hamil sedang merintih kesakitan sepertinya akan melahirkan karena kondisi perutnya sudah besar saat ini mengalami kontraksi.”
Dokter wanita itu menghela napas dengan kasar, dirinya baru saja selesai melakukan operasi cesar, lalu bertanya, “Tidak ada dokter kandungan selain diriku?”
Perawat yang memperhatikan dokternya itu dengan wajah lelahnya, “Tidak ada, Dok."
Dokter wanita itu segera keluar dari ruangannya, “Baiklah, mari kita selamatkan wanita itu."
Perawat menyusul dokter itu dengan membawa kursi roda.
Kondisi Ayuna semakin lemah, dia merasakan kontraksi yang luar biasa.
Tak membutuhkan waktu lama dokter kandungan dan perawat telah datang menghampiri Ayuna.
Dokter wanita itu mendekat ke arah Ayuna, “Tolong bertahan."
Dokter dan perawat segera memapah Ayuna untuk duduk pada kursi roda.
Dokter mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan rumah sakit, lalu bertanya pada Ayuna, ”Suami ibu, dimana?”
Ayuna menjawabnya sambil merintih kesakitan, “Suami saya sedang berjuang di ruangan ICU. Aarrrgggh, sakiiiit dokter."
Dokter kandungan itu mengangguk.
Ayuna segera di larikan ke ruang bersalin dengan dokter dan perawat. Dokter memberikan instruksi pada Ayuna untuk kelahiran sang buah hati.
Air mata Ayuna jatuh ke pipi mulusnya saat ini melahirkan sang buah hati tidak di temani oleh suaminya.
Beberapa jam kemudian terdengar suara tangisan bayi yang sangat nyaring menggema ke seluruh ruangan rumah sakit. Ayuna kembali meneteskan air mata ketika dokter mengangkat seorang bayi mungil yang penuh dengan darah.
Dokter berkata, “Laki-laki, bu. Putra yang tampan."
Ayuna tersenyum lemah, ”Alhamdullilah.”
Mata Ayuna melihat seorang bayi mungil yang sedang di bersi...