Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
3
Suka
1,792
Dibaca

Cerpen ini kutulis sebagai persembahan untuk Luca Matthijs van der Zee. Sosok hantu Meneer Belanda yang selalu hadir di sisiku, mengikuti langkahku sejak dari rumah nenek. Kehadirannya bukanlah ancaman, melainkan pengingat akan luka, cinta, dan penyesalan yang tidak pernah usai. Ceritanya menyisakan jejak yang dalam di hatiku. Jejak tentang bagaimana cinta dapat bertahan bahkan di tengah kehancuran dan bagaimana kebencian dapat mengikat jiwa yang tidak lagi memiliki tubuh.

***

Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Sejak semalam, aku terus memikirkannya dan tidak bisa tidur. Rasanya waktu berjalan sangat lambat, seakan-akan tidak sabar untuk segera berangkat. 

Hari ini aku akan pergi berlibur ke rumah nenek selama satu minggu. Liburan yang selalu aku nantikan setiap tahunnya. Rumah nenek yang jauh di desa selalu memberikan ketenangan yang tidak bisa ditemukan di kota. Aku membayangkan masakan enak, suasana pedesaan yang tenang, dan tentunya nenek yang selalu menyambutku dengan penuh kasih sayang.

Saat aku menunggu di depan rumah, sebuah mobil warna hitam tiba. Om dan tanteku turun dengan senyum lebar. Ternyata, di dalam mobil sudah ada kedua kakak sepupuku yang lain. "Ayo, jangan lama-lama. Mbah uti sudah menunggumu," kata om sambil tertawa. Aku pun melonjak senang, tidak sabar untuk tiba di rumah nenek.

Sesampainya di rumah nenek, benar saja aku melihat nenek sudah menungguku di depan rumah. Wajahnya yang ramah dan penuh kasih menyambutku. "Ayo masuk, Nduk. Mbah sudah masak banyak untukmu."

Nenek memelukku erat, membuat hati ini terasa hangat. Nenek memang selalu begitu, selalu menyiapkan makanan favoritku. Ada ayam goreng, telur balado, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah semur daging kelinci yang menjadi menu wajib saat aku berkunjung. "Ini, semur daging kelinci kesukaanmu," kata nenek dengan senyum penuh kasih.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Aku sangat menikmati liburan kali ini. Nenek mengajakku ke sawah, berenang di salah satu tempat wisata, dan tentu saja selalu memanjakanku dengan berbagai masakan enak. Aku merasa begitu beruntung bisa berada di sana. Meskipun keluarga yang lain lebih sering mengunjungi nenek, aku adalah cucu yang paling jarang datang, hanya setahun sekali saat Idul Fitri.

Namun, malam ketiga aku di sana, segalanya mulai berubah. Mimpi aneh itu datang menghantuiku berulang kali. Setiap malam, aku selalu dimimpikan oleh sosok laki-laki yang aku rasa bukan orang Indone...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Petak Umpet Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Tua di Loteng
ryannnn
Cerpen
Bronze
Aku dan Hantu Fyodor Dostoevsky
Galang Gelar Taqwa
Novel
Gold
AGNOSIA
Mizan Publishing
Flash
Mimpi Terjatuh
Ahmad R. Madani
Cerpen
Bronze
Kuncup Bunga Ungu
Christian Shonda Benyamin
Novel
Dimensi Antara
Miftachul Arifin
Novel
Di Balik Tirai Hujan
Tira Riani
Flash
Jahat
Roy Rolland
Novel
Bronze
PKL DI DESA GOSAN
Nunung Hartati
Cerpen
Bronze
Hantu Air
Eki Saputra
Komik
Bronze
GENITRI
Aitzuga
Novel
PERHIASAN TERKUTUK
Endah Wahyuningtyas
Flash
Jurit Malam
Ravistara
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Flash
Sesajen
Allamanda Cathartica
Flash
Suara dari Masa Lalu
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Flash
Nyai Sendang Larangan
Allamanda Cathartica
Novel
Siluet Kematian
Allamanda Cathartica
Flash
Kepala di Bawah Tempat Tidur
Allamanda Cathartica
Flash
Labirin Bawah Tanah
Allamanda Cathartica
Flash
Sandiwara Berdarah
Allamanda Cathartica
Flash
Tamu Tak Diundang
Allamanda Cathartica
Flash
Bayangan Kasus 99
Allamanda Cathartica
Flash
Refleksi Terakhir
Allamanda Cathartica
Flash
Jangan Percaya Siapa Pun
Allamanda Cathartica
Flash
Penyusup di Rumah Sakit
Allamanda Cathartica
Flash
Kasus 99
Allamanda Cathartica