Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
3
Suka
7
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Cerpen ini kutulis sebagai persembahan untuk Luca Matthijs van der Zee. Sosok hantu Meneer Belanda yang selalu hadir di sisiku, mengikuti langkahku sejak dari rumah nenek. Kehadirannya bukanlah ancaman, melainkan pengingat akan luka, cinta, dan penyesalan yang tidak pernah usai. Ceritanya menyisakan jejak yang dalam di hatiku. Jejak tentang bagaimana cinta dapat bertahan bahkan di tengah kehancuran dan bagaimana kebencian dapat mengikat jiwa yang tidak lagi memiliki tubuh.

***

Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Sejak semalam, aku terus memikirkannya dan tidak bisa tidur. Rasanya waktu berjalan sangat lambat, seakan-akan tidak sabar untuk segera berangkat. 

Hari ini aku akan pergi berlibur ke rumah nenek selama satu minggu. Liburan yang selalu aku nantikan setiap tahunnya. Rumah nenek yang jauh di desa selalu memberikan ketenangan yang tidak bisa ditemukan di kota. Aku membayangkan masakan enak, suasana pedesaan yang tenang, dan tentunya nenek yang selalu menyambutku dengan penuh kasih sayang.

Saat aku menunggu di depan rumah, sebuah mobil warna hitam tiba. Om dan tanteku turun dengan senyum lebar. Ternyata, di dalam mobil sudah ada kedua kakak sepupuku yang lain. "Ayo, jangan lama-lama. Mbah uti sudah menunggumu," kata om sambil tertawa. Aku pun melonjak senang, tidak sabar untuk tiba di rumah nenek.

Sesampainya di rumah nenek, benar saja aku melihat nenek sudah menungguku di depan rumah. Wajahnya yang ramah dan penuh kasih menyambutku. "Ayo masuk, Nduk. Mbah sudah masak banyak untukmu."

Nenek memelukku erat, membuat hati ini terasa hangat. Nenek memang selalu begitu, selalu menyiapkan makanan favoritku. Ada ayam goreng, telur balado, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah semur daging kelinci yang menjadi menu wajib saat aku berkunjung. "Ini, semur daging kelinci kesukaanmu," kata nenek dengan senyum penuh kasih.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Aku sangat menikmati liburan kali ini. Nenek mengajakku ke sawah, berenang di salah satu tempat wisata, dan tentu saja selalu memanjakanku dengan berbagai masakan enak. Aku merasa begitu beruntung bisa berada di sana. Meskipun keluarga yang lain lebih sering mengunjungi nenek, aku adalah cucu yang paling jarang datang, hanya setahun sekali saat Idul Fitri.

Namun, malam ketiga aku di sana, segalanya mulai berubah. Mimpi aneh itu datang menghantuiku berulang kali. Setiap malam, aku selalu dimimpikan oleh sosok laki-laki yang aku rasa bukan orang Indone...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp2.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Balik Jendela
Eka zulianti
Flash
Bronze
Malam Jumat
Sulistiyo Suparno
Flash
Bronze
Penulis Cerita Horor
bomo wicaksono
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Alaska
Mizan Publishing
Skrip Film
Dendam Seorang Isteri
lila25
Flash
Perempuan di Jendela
irishanna
Novel
Pesantren Gaib
Ariny Nurul haq
Novel
Bronze
Jendral & Sang Pendengar
Karma
Komik
Teror di Kampung Sanes
Alfisyahrin Zulfahri Akbar
Novel
Bronze
Makhluk Tak Kasat Mata Peliharaan Ibuku
Erma Sari
Flash
Jalan Angker
Roy Rolland
Novel
Gold
Spooky Stories: Penghuni Keempat
Noura Publishing
Flash
Makam Keluarga
Ahmad R. Madani
Cerpen
Penukar Raga
Eve Shi
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Luca Matthijs van der Zee
Allamanda Cathartica
Flash
Bayangan Kasus 99
Allamanda Cathartica
Novel
Siluet Kematian
Allamanda Cathartica
Flash
Kasus 99
Allamanda Cathartica
Flash
Sandiwara Berdarah
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Flash
Labirin Bawah Tanah
Allamanda Cathartica
Flash
Refleksi Terakhir
Allamanda Cathartica
Flash
Jangan Percaya Siapa Pun
Allamanda Cathartica
Flash
Tamu Tak Diundang
Allamanda Cathartica