Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Asrama 1B lebih sering sepi daripada bersuasana hidup. Selain karena penghuninya sedang menyebar ke penjuru akademi, asrama 1B memang tidak menarik minat anak-anak muda, kecuali Lu Xia Tong.
Lu Xia Tong suka membaca, tetapi bukan di perpustakaan. Dia lebih sering meminjam buku dari sana, kemudian membawanya ke kamar. Ditemani secangkir besar cokelat hitam, dia akan tenggelam dalam baris-baris kata.
Bagi Lu Xia Tong, ini yang terbaik dan kondisi paling menyenangkan dalam kehidupan manusia.
Namun, ada kalanya pemuda pencinta buku fiksi itu akan mendapat gangguan.
Maria, gadis berambut sebahu, lurus, dan hitam itu tidak suka seseorang seperti Lu Xia Tong. Baginya, aneh bagi manusia untuk melihat kisah karangan, sementara dunia telah memberikan semua cerita yang apik. Menurut Maria, Lu Xia Tong tidak pernah mensyukuri pemberian Tuhan. Bisa dikatakan, selain membenci Xia Tong yang suka membaca, dia juga mengutuk para pengarang.
"Membaca lagi? Xia Tong, mengapa kau tidak menghajar para berandalan di atap akademi? Mereka menindas Methias." Maria mengayunkan kaki di tempat tidur setelah muncul di kamar paling berantakan di asrama ini.
Lu Xia Tong mengabaikannya. Kisah apel merah yang menjadi kesukaan rusa sika bernama Hayou tidak bisa digantikan oleh kehadiran makhluk semacam Maria. Tidak peduli wajah yang diabaikan itu mengeras, menjadi datar, lalu menghitam sebagai pertanda Maria akan segera marah.
Maria tidak menyukai cara Lu Xia Tong memperlakukan gadis cantik seperti dirinya: tidak menghiraukan bagaimanapun keindahan itu mengajaknya bicara. Sangat menyakitkan, juga menjengkelkan.
"Xia Tong!" Suara Maria meninggi: dia berteriak dengan volume penuh.
"Enyahlah." Dengan datar, tidak mewakili kata 'aku tidak ingin melihatmu', dan terlalu manis, Lu Xia Tong berujar.
"Aku ingin membicarakan soal ayah dan ibumu, Xia Tong. Ayo, dengarkan aku." Jurus maut. Biasanya Tuan Muda Lu itu akan mendengar Maria jika itu menyangkut Lu Xing dan Angella.
Namun, tidak seperti biasa, Lu Xia Tong tetap abai. Sampai pada titik ini, Maria curiga jika buku di tangan pemuda itu memiliki mantra hipnotis atau sebenarnya Lu Xia Tong tidak peduli lagi tentang orang tuanya.
"Mereka melenyapkan orang lagi. Aku sudah mengetahuinya." Lu Xia Tong menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang dibaca.
Menjadi sedikit kecewa, Maria mendengkus hampa. Dia turun dari tempat tidur milik Xia Tong yang juara pertama jika dikategorikan sebagai sesuatu paling berantakan. Tangan putih pucat Maria terulur seiring tiga langkah memangkas jarak dari posisi awal ke jendela. Tangan itu mendarat di bahu Lu Xia Tong, tepatnya siku Maria yang bertumpu di sana.
"Tidak takut lagi?" Gadis yang berkulit dingin, halus, dan pucat itu tengah membahas perasaan Xia Tong akhir-akhir ini.
Lu Xia Tong menggeleng sebagai jawaban tidak. Lagi pula, dia orang yang terbiasa dengan sesuatu paling mengerikan dan menakutkan. Hantu-hantu dalam asrama 1B ini bahkan menghormatinya sebagai sesepuh, tetapi dia tidak pernah bangga mengenai hal itu.
"Aku benci dirimu, Xia Tong!" Dengan gaya gadis manja yang tengah merajuk kepada pacarnya, Maria memukul lengan Lu Xia Tong. "Jadi, kau tidak takut kepadaku?" Hampir-hampir nada suaranya menyerupai orang yang mau menangis.
Kali ini, Lu Xia Tong mengangkat pandangan, kemudian menatap Maria. Saat itu, dia merasakan aliran waktu berubah: tidak lagi untuk mereka sehingga angin bahkan diam di tempatnya.
Sambil menatap mata hitam pekat Maria, Lu Xia Tong mengangguk dan tenggelam dalam sebuah peristiwa beberapa tahun lalu.
Sebelum masuk ke Akademi Moonlight ini, Lu Xia Tong termasuk dalam pelajar yang menempuh pendidikan di sekolah milik pemerintah.
Ayah dan ibu Lu Xia Tong—Lu Xing dan Angella—mereka kriminal kelas paus biru yang menguasai sebuah pasar gelap. Orang dalam lingkungan mereka hanya tidak mengerti tentang Xia Tong yang bertangan bersih, sementara ayah dan ibunya menjabat sebagai kepala para penjahat dunia.
Suatu hari, Lu Xing dan Angella melenyapkan sepasang suami istri di sebuah dermaga tua. Kala itu, secara kebetulan Xia Tong lewat di sana setelah pulang dari perpustakaan tua di kota. Kebetulan juga, Maria yang sedang mencari orang tuanya berada di sisi lain X...