Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Love All ; The Tree You Lean Against
0
Suka
2,775
Dibaca

‘Seperti napas angin meniupkan bebas, seperti itu aku kan menatapmu tanpa batas. Bersiul lewat nyanyian burung pada semesta. Memanggil namamu lewat kecupan. Kau…’

Pernah ia ditanya, apa tak tertarik belajar (mengendarai) motor? Itu akan memudahkannya pergi ke mana-mana. Dan ia mengatakan dirinya tak suka, karena itu berarti keselamatan pengguna jalan lain ikut berada di tangannya. Enteng jawaban itu diucap. Seperti meracau, tapi bukan. Matanya menggambarkan kebenaran. Sesuatu yang memang keluar dari dalam hatinya. Aryan melihatnya. Ia tak pernah mengira seorang gadis yang begitu kaku seperti itu bisa membawa pengaruh besar padanya kemudian. 

Chia bilang ia lebih memilih sepeda. Lantas ditanyalah lagi oleh Aryan,

“Terus kenapa ngga naik sepeda kemari?” 

Mengejutkan, Chia bilang dirinya tidak bisa mengendarai benda itu juga. Dan bila pun ia harus menaikinya, maka hari itu adalah hari di mana seseorang akan mengajarkannya mengendarai kendaraan roda dua itu, melewati sepanjang jalan sore dengan hanya ada mereka berdua di sana. 

Ah, sungguh Aryan ingin meledek dengan mengatakan ada banyak hal yang gadis itu tak bisa lakukan, tapi ceritanya di akhir tadi membuat mulutnya tetiba tak bisa berkata. Awalnya Aryan kira nama panggilan yang kekanakan itu mewakilkan sikap manja pemiliknya, tapi jauh dari itu ada hal lain dalam diri Chia yang secara ajaib membuatnya merasa aman hanya dengan duduk di sampingnya. 

Cinta? Ia bahkan tak punya waktu untuk berimajinasi. Ia terlalu sibuk menyiapkan diri untuk beberapa turnamen besar yang akan diikutinya tahun ini. Aryan Ramadan, 22 tahun, atlet tunggal putra badminton nasional. Wajahnya cukup tampan untuk ukuran seorang atlet. Dan prestasinya pun cukup baik, meski di setengah tahun ini ia baru bisa menjuarai event di level S300. Tapi progresnya bisa dibilang sangat memuaskan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sudah ada dua medali emas yang dikantonginya. Tujuannya sekarang untuk bisa bersinar di event yang lebih besar lagi, yakni Indonesia Open S1000. Dengan bangga ia akan bermain di negerinya sendiri. 

Terakhir, ia berhasil masuk final di level S750. Namun sayangnya harus berakhir dengan hanya mendapatkan medali perak. Dan di pertandingan penentu itu ia seperti bermain anti klimaks. Chia yang menontonnya lewat televisi ikutan khawatir dan juga gemas. Karena tahu itu bukan permainan terbaik yang bisa dikeluarkan Aryan. Ini bisa jadi karena staminanya yang terkuras hingga membuat fokusnya pun ikut berkurang. Atau karena mentalnya saat itu yang tak cukup baik menghadapi tekanan. Ini bukan lagi soal menang atau kalah. Ini tentang bagaimana ia bisa mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya. Hingga tak kan ada penyesalan baginya saat keluar lapangan nanti. 

*****  

Biar ia ingat sejak kapan itu, saat di mana ia mulai dekat dengan atlet tampan pujaan para gadis, Aryan. Saat itu ia dikenalkan oleh temannya yang juga teman Aryan. Kebetulan ia butuh narasumber untuk mengumpulkan bahan untuk novelnya berikutnya yang akan ia tulis dengan tokoh utama seorang atlet badminton. Mereka pun bertukar kontak nomor telepon. Dari sana ia mulai mengenal Aryan lebih dalam. Bagaimana awal mulai ia menjadi atlet tepok bulu itu, hingga kesulitan-kesulitan apa saja yang pernah ia lalui selama menggeluti bidang itu.

Berbeda dengan dirinya yang lahir dari keluarga yang mencintai badminton tapi bukan pemain, Aryan justru sebaliknya. Lewat ketidaksengajaanlah ia terjun ke dunia bulu tangkis. Lalu tumbuh menjadi atlet yang benar-benar mencintai olahraga itu dengan beragam proses dan kenangan yang tak terlupakan. 

Aryan mengaku perama kali ia mulai bangga pada dirinya sendiri ketika dirinya berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di negeri orang. Matanya berkaca-kaca mendengar lagu Indonesia Raya dikumandangkan lewat kemenangannya menjadi juara dunia di event junior kala itu. Ia merasa mulai mencintai dirinya sendiri karena bisa melihat orang tuanya bangga padanya. 

Mencintai diri sendiri… sejenak Chia terdiam. Seperti meraba atau malah berkaca. Begitu jugakah ia? dirinya tak yakin.

Ia tumbuh menjadi pribadi yang dingin dan tertutup. Cinta pertamanya adalah luka. Seorang pemuda yang setengah hati menyukai dirinya dan sepenuh hati menyukai sahabatnya. Setelah itu, 5 tahun lamanya ia tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan pemuda mana pun. 

Seorang gadis yang tak mudah di dekati ini dengan mengejutkan bisa dekat dengan seorang Aryan.

Berbeda dengan para gadis yang memuji Aryan tampan dan keren, Chia lebih terkesan cuek. Dari sebelum bertemu sebenarnya ia sudah menyukai permainan dan juga wajah rupawannya saat menyaksikannya di televisi. Tapi ia tak ingin memuji pemuda itu seperti yang lain dan membuatnya jadi besar kepala. Daya tariknya yang keluar dari sana. 

***** 

‘Kubuat benteng dari pecahan-pecahan luka yang berserakan. Bila waktunya aku akan tersenyum palsu basa-basi. 

Ini mungkin menyedihkan, tapi katamu tak masalah. Karena pada akhirnya benteng yang kubangun tampak mengagumkan.

Sejenak pintu gerbang yang tertutup rapat itu mulai terbuka. Apa aku harus tersenyum?’

Aryan bersalah, karena sudah membuat pertahanannya roboh. 

Kejuaraan yang diikutinya kali ini adalah Indonesia Master S500. Turnamen dua level di bawah Indonesia Open yang akan digelar bulan Juni nanti. Aryan kebagian bertanding pada sesi malam, tepatnya di match ke 11 lapangan 1. Menunggu gilirannya bermain, ia akan melakukan latihan ringan, makan, dan istirahat. Pun bertemu sebentar dengan kerabat atau kenalannya yang datang ke Istora.

Langkah kaki Chia terperanjat diam di tempat. Di balik pintu ruang tunggu atlet yang biasa jadi tempatnya. Tapi tidak sekarang. Sudah ada gadis lain yang bersenda gurau dengan Aryan. Dengan rambutnya yang panjang bergelombang. Meski dalam posisi duduk, tak menutupi kaki jenjangnya yang putih mulus tanpa bulu. 

Ia adalah Calista, model yang saat ini tengah naik daun. Melihatnya membuat Chia ingat, bersama Aryan, keduanya didapuk menjadi model minuman berenergi beberapa waktu lalu. Chia hanya baru sadar kalau mereka ternyata sedekat ini. Melihat Calista berkunjung di tengah kesibukannya seperti ini menunjukan itu semua. 

Tampan dan cantik. Sama-sama berprestasi. Mereka tampak serasi. Meski Chia tak pernah bermaksud untuk ikut berlayar ke kapal mereka (bahasa anak muda jaman sekarang ketika menjodoh-jodohkan artis dsb). Hatinya justru merasa terganggu. Perasaan yang datang tanpa ia ingin. Pertanyaan yang kemudian muncul di benaknya. Memangnya siapa Aryan di hatinya?

Ia hanya seseorang yang baru dikenalnya selama 3 bulan ini. Ia hanya seseorang yang dengannya Chia merasa tak risau menjadi diri sendiri. Ia hanya seseorang.

Pada akhirnya langkah itu berlalu tanpa sempat menyapa yang jadi tuju. Tanpa pernah bermaksud untuk kembali ke sana.

***** 

Ini mengganggu, sungguh.

Perasaan di mana kau tahu kau tak akan pernah bisa bersanding dengan sebuah bintang. Bintang yang begitu terang hingga kau tak lagi sanggup untuk menjangkau. Lalu berbalik dan pergi dirasa adalah pilihan. Karena ketika itu kau tak lagi perlu melihat cahayanya. 

Chia memang sudah menutup ruang jatuh cinta dalam hatinya. Tapi sejak kapan dan entah bagaimana, pintu yang tertutup rapat itu tetiba menemukan kunci dan membuka diri. Kunci yang sepertinya tak sengaja terjatuh dari dalam kantung hati Aryan. 

‘Aku pergi ke ruang lemari penuh buku. Gudang dari segala ilmu pengetahuan. Tapi satu tanya ini tak kunjung menemukan jawab. 

Hatimu yang tak kukenali rumusnya’

Apa yang salah, Aryan tak tahu. Mengapa Chia tiba-tiba tak membalas pesan dan tak menghubunginya lagi. Apa ia menyinggungnya di pertemuan terakhir? Apa urusan Chia dengannya sudah selesai? Apa ia hanya sebatas narasumber untuknya, dan begitu selesai dirinya tak lagi dibutuhkan? Aryan tersenyum kecut, ia pikir mereka adalah teman. Atau hanya ia seorang yang berpikir begitu?

Atau malah terjadi hal buruk padanya? kecelakaan? 

Aaagh, ada banyak ‘atau’ di kepalanya, dan itu semua membuatnya gila. 

Sudah 3 minggu ini tak satupun dari keduanya yang berinisiatif menghubungi duluan. Aryan mungkin gengsi karena pesannya yang terakhir tak dibalas, sementara Chia memang sengaja pergi.

Chia, ada apa dengan kamu sebenarnya? bisik Aryan dalam hati. 

*****  

Bola tanggung yang dikembalikan Aryan berhasil dismash dan jatuh di sisi kanan lapangannya. Kedudukan sementara saat ini adalah 13-16 di set ke 2 untuk keunggulan lawan. Aryan, dirinya sedang melakoni pertandingan penyisihan Indonesia Open 2020. 

Wajahnya tampak tertekan. Papan skor sudah menunjukan kekalahannya di set pertama. Bila kali ini juga kalah, habislah ia. Sesekali di waktu jeda, sang pelatih terlihat memberinya intruksi. Aryan mendengarkan sembari mengelap keringat di wajah dan tangannya dengan handuk.

Dan di sudut lain tak jauh dari sana, langkah kaki itu berhenti di tengah anak tangga dari area venue yang mengarah ke lapangan 3 tempatnya bermain.

“ARYAN SEMANGAAATTT!!” Chia spontan berteriak menyemangatinya. Di saat gemuruh pendukung Aryan yang lain sedang menemui jeda. Otomatis suara yang cukup familiar untuknya itu membuatnya seketika menoleh. 

Aryan bisa merasakan suara napasnya sendiri yang terhela keras.

Akhirnya… gadis itu muncul lagi… 

***** 

“Kamu terganggu aku ngga ngehubungin kamu beberapa bulan ini?”

Aryan yang sudah menoleh tetiba pucat wajahnya. Kedua matanya membulat, dan membuatnya lekas menarik wajah seperti menahan gelagap. 

Tadinya Chia hanya akan melihatnya dari jauh, karena tahu Aryan pasti amat lelah setelah pertandingan. Tapi tak lama setelahnya, Aryan justru datang menyusulnya yang sudah bermaksud untuk pulang. Menariknya ke sudut tempat yang lebih sepi agar bisa bicara berdua. 

“PD banget kamu. Kalau maksud kamu karena aku kalah di set pertama tadi, itu wajar aja buat pemain kehilangan set awal.” Nada bicara Aryan ngotot.

Aryan benar, hanya saja rekor pertemuannya selama ini dengan pemain non unggulan asal India itu selalu gemilang dan tak pernah kehilangan satu set pun. Dan sekarang ia harus bersusah payah menaklukannya dengan rubber set setelah di set ke 2 tadi pun nyaris menelan kekalahan. Bagaimanapun Chia takut kalau salah satu penyebabnya adalah karenanya.

“Maksudku, kamu terganggu karena salah satu temen kamu di luar atlet pelatnas tiba-tiba ilang ngga ada kabar?” Dengan tenang Chia meluruskan maksud ucapannya. Membuat Aryan terdiam. Berikutnya mengangguk mengiyakan. 

“Hmp! Siapa yang ngga bingung kan kalo temennya ilang tiba-tiba kaya gitu.”

Chia tersenyum, “Maaf….” gadis itu kembali membuat lengkungan manis di kedua ujung bibirnya. Memaksa Aryan buru-buru menarik wajahnya kembali. 

Jadi benar karenanya, gadis itu menekan bibir. Selama ini Chia selalu mengharapkan dirinya bisa menjadi kekuatan untuk Aryan. Mendukung pemuda itu dengan sepenuh hati. Tapi nyatanya sekarang karena dirinyalah Aryan nyaris menelan kekalahan memalukan di negerinya sendiri. Chia benar-benar menyesal karena kebodohannya itu. 

“Tapi kamu harus berterima kasih. Karena aku muncul, kamu selamat dari netizen +62.”

Aryan mendelik, tapi berikutnya tersenyum geli sambil mengelengkan kepala. Ya, ia rasa dirinya memang selamat karena tak jadi kalah dan dibully oleh para warganet di media sosial.

***** 

Waktu-waktu menegangkan untuk Chia, dan seluruh penonton Indonesia yang memenuhi Istora Senayan pun sebentar lagi tiba. Tunggal putra kebanggaan bangsa telah berhasil menjejakan kakinya di putaran final. Tinggal menunggu hasil akhir pertandingan final woman double antara Cinta vs Jepang, Aryan siap turun ke lapangan.

Ini pasti juga akan menjadi sangat menegangkan untuk Aryan sendiri. Karena terakhir kali dirinya masuk final, ia malah mengacaukannya.

Chia tahu itu. Ini adalah waktu-waktu yang sangat krusial. Ia sadar, terus menghindar bukan jawaban. Sama seperti ia yang tak ingin membuat gores pada benda yang begitu amat ia sukai, ia tak ingin membuat luka pada hati Aryan. 

Bila sebelumnya Aryan yang menariknya pergi, kali ini biarkan ia yang membalas. Menarik Aryan yang baru saja keluar dari toilet itu ke sudut sepi sebelum nanti dirinya sibuk melakukan pemanasan.

Gadis itu mendekat dan berhenti tepat di hadapan Aryan. Mata mereka yang bertemu dengan amat dekat itu pun membuat Aryan seketika dibuat terkejut. Chia lalu membungkukan tubuhnya dengan sengaja.

“Hey, berhentilah gugup dan menyia-nyiakan kemampuanmu… Karena aku tahu kamu akan menang, hmp?!”

Chia mengulurkan tangan kanannya dan mendaratkannya tepat di dada Aryan yang tadi ia ajak bicara. Pelan, ia lalu menepuk-nepuknya bersama senyuman tipis nan dalam. Ia ingin menyalurkan rasa hangat pada hati Aryan yang sedang gigil. Ia ingin menyelimutinya dengan keyakinan. Ia ingin Aryan mengepakan sayapnya lebar-lebar dan terbang tinggi. 

Gadis itu kembali menegakan tubuhnya, lalu dengan cuek berceloteh,

“Aku udah bicara dengannya, dan katanya dia akan menang,” serunya diakhiri anggukan sok iya.

Aryan terperanjat. Wajah Chia yang santai itu sungguh mengganggunya. Membuatnya tak berkutik.

Apa-apaan gadis itu sebenarnya?! Aryan menggerutu dalam hati karena membuat dirinya tetiba gugup dan tak bisa mengendalikan diri.

“Eh, apa-apaan kamu?!” tanya Aryan ketus. “Itu pelecehan verbal, tahu! Nyentuh badan orang sembarangan....” di kalimat terakhirnya pemuda itu menggumam, membuang muka.

“Hmm… gitu…?” Chia menggangguk. Dengan sengaja ia menyondongkan tubuhnya, menggoda Aryan lagi. Memaksanya memundurkan wajah di saat bersamaan. “Ya maaf kalau gitu,” lanjutnya begitu kembali menegakan diri. Membuat Aryan lagi-lagi hanya bisa tersenyum miring tak percaya. Ia menghela napasnya dengan suara yang terdengar jelas.

“Aku ada pertandingan bentar lagi. Buang-buang waktu aja, tahu!”

Segera Aryan berlalu melewati gadis itu. Ia memalingkan wajah bersama pandangannya yang singkat memejam gemas. Entah kesal pada dirinya sendiri karena dibuat tak berdaya, atau tanpa sadar menikmati momen yang membuatnya malu itu. 

Sepeningalannya, Chia tak berbalik ataupun menoleh. Ia hanya mengangkat kepalanya ke depan dan tersenyum tipis.

“Berjuanglah, Aryan….” bisiknya. 

Bukan Aryan seorang, sesunguhnya Chia pun sedang bertarung. Dengan dirinya sendiri. Dengan rasa takut untuk patah hati kedua kalinya. Itu sungguh menyiksa. Tapi ia ingin lebih mendengar tentang kebaikan. Tentang ketulusan. 

Akan bagus bila Aryan adalah seorang yang benar-benar Tuhan ciptakan untuknya. Kalaupun tidak, ia ingin tetap menjadi pendukungnya yang setia. Bahkan di saat terpuruknya sekalipun.

Mengusap kepalanya seperti anak anjing ketika ia berhasil menang. Menepuk bahunya ketika ia kalah terhormat. Menyentil hidung atau menggetok kepalanya ketika ia sedang under perform. Dan mendengarkan ocehan, amarah, serta rasa frustasinya ketika ia sedang terluka atau uring-uringan.

Chia, ia hanya ingin menjadi pohon teduh yang bisa Aryan sandari. 

Note : Ini cerpen lamaku yang mengendap di laptop dan baru sempat aku posting. Untuk kenang-kenangan, aku tidak mengubah latar waktunya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Rasio
Agustina Puji Ayuni
Novel
Bronze
Terjebak Nostalgia
Mar Kumbang
Cerpen
Bronze
Selamat Tinggal, Vania
Ajeng Kelin
Cerpen
Love All ; The Tree You Lean Against
Chie Kudo
Novel
MAHAJANA (sebuah novel filsafat)
Lutva Nanda Bayu Setyawan
Novel
Bronze
def1222 juudl baru
John Doe
Novel
Kembali untuk Berubah
Minerva Rosaline
Novel
Memories About You
pesawat kertas
Skrip Film
News Writers in love
Purecally
Novel
Secret
Janis Etania
Novel
YOU'RE MINE
Wiwin Indriani
Novel
Gold
Under the Blue Moon
Noura Publishing
Novel
Kisah Haru Pemuda Desa Yang Lugu part 1
Singgih Atmojo
Komik
Love in Soy Sauce Bottle
yanagi kaichu
Novel
YOU AND ME
Safinatun naja
Rekomendasi
Cerpen
Love All ; The Tree You Lean Against
Chie Kudo
Cerpen
Bronze
Satu Paket Cinta yang Tak Pernah Kedaluwarsa
Chie Kudo
Cerpen
Alexithymia
Chie Kudo
Cerpen
Bronze
Nil Desperandum
Chie Kudo
Cerpen
Berbagi Ibu
Chie Kudo
Cerpen
Duo Wijaya
Chie Kudo
Cerpen
Anak Kidal
Chie Kudo
Flash
Mengeja Angka
Chie Kudo
Cerpen
Permainan Kematian
Chie Kudo
Flash
Maaf pada Bapak
Chie Kudo
Flash
Diari SSRKJSM
Chie Kudo
Flash
Drama Korea vs Sinetron Indonesia
Chie Kudo
Skrip Film
Free!
Chie Kudo