Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
25, Agustus, 2024 seorang gadis yang cantik lahir, bagai seorang malaikat yang turun ke bumi, ia dapat membuat hidup kedua orang tuanya lebih bersinar dari sebelumnya.
Bayi cantik itu di beri nama Tara.
Saat itu ayah dan ibu Tara sangat senang dengan kehadiran Tara dan mementingkan kebahagiaan Tara dari segala hal yang lain.
Tara selama ini di perlakukan layaknya tuan putri, apa pun yang dia ingin kan selalu terpenuhi berkat kedua orang tuanya.
Gadis itu juga tentunya sangat menyayangi kedua orang tuanya juga, namun dari keduanya ia lebih menyukai ayah nya karna selalu bermain dengan nya walau sedang sibuk.
Sedangkan ibunya tak memiliki stamina yang banyak maka dari itu ia jarang meluangkan waktunya untuk bermain dengan Tara.
Saat masuk Sekolah Dasarpun Tara paling bersinar sendiri dari teman teman nya, bagai bintang di tengah malam yang gelap.
Tara selalu memakai sesuatu yang bagus membuat teman teman nya selalu terkagum kagum, ada pun yang justru membencinya karna iri.
Namun cahaya itu takkan selamanya bertahan pada Tara, saat mata hari terbit cahaya bintang akan tergantikan oleh cahaya matahari, namun sayang cahaya itu tetap takkan ada karna awan gelap yang menutupinya.
Tangan ku terhenti tak tau apa lagi yang harus di tulis, aku menatap buku dairy ku itu dengan perasaan kosong.
Apa lagi?
Apa yang terjadi setelah itu?
Aku melirik jendela yang mulai menampakan rintik rintik hujan.
Ku putuskan untuk menutup dairyku dan pergi keluar untuk mengangkat jemuran baju.
Tak lama hujan deraspun mengguyur kota, untung saja aku sigap jadi jemuran ku aman.
Suasana hujan yang tenang membuatku memilih bersantai di teras rumah sambil bermain dengan seekor kucing yang numpang berteduh di sini.
"Mamah mungkin tidak akan pulang sekarang" gumamku sambil mengelus sang kucing.
"Andai papah pulang" ucapku yang tentunya tidak di respon oleh si meng, bahkan kucing itu justru tertidur.
"Dulu mamah bilang kalau papah pergi ke bulan buat ngambilin Tara bintang kecil, tapi sampai sekarang Papah bahkan gak ada kabar, bahkan Tara selama ini selalu menunggu kedatangan Papah"
Entah karna hawa yang sejuk aku mulai mengantuk dan akhirnya tertidur di teras rumah.
Saat aku membuka mata hari sudah larut malam namun mamah masih saja belum pulang.
Tubuhku sangat dingin terkena sejuknya malam di tambah lantai yang basah di karnakan hujan yang sampai sekarangoun masih menyisakan gerimis kecil.
Karna sudah tak tahan akupun masuk kedalam rumah beranjak ke atas kasur setelah mengganti pakaianku.
Ku tarik selimutku sehingga hampir menutupi seluruh tubuhku, tak lama aku kembali tertidur nyenyak.
"Mama Mama, Papah mana?" Ucap Tara yang sedari tadi mencari keberadaan sang ayah.
Ibunya pun berlutut di hadapan nya menyelaraskan tingginya dengan sang putri "Tara jangan khawatir, Papah cuma pergi ke bulan buat ngambilin bintang kecil buat Tara"jawab nya sambil mengelus pipi Tara
"Waah yang bener mah??" Seru Tara dengan wajah berbinar.
Semenjak saat itu Tara selalu menunggu Ayah nya di depan pintu.
Namun tentunya kalaupun di suruh menunggu hingga bertahun tahun seorang anak yang akan berkembang secara logika pasti akan meninggalkan harapan itu dan menjalani hidup sebagai anak normal seperti yang lain walau masih saja ada harapan itu.
Selama 8 terakhir Tara selalu berharap sang ayah kembali, walau tanpa bintang kecil itu sendiri, ia sudah tak perduli dengan bintang kecil, ia hanya ingin Ayahnya pulang.
"Ara! Bangun!!"
Perlahan aku bangun oleh tepukan lembut di pipiku.
Aku pun mulai membuka mataku yang entah kenapa terasa sangat berat dan terasa sebuah sensasi panas dari kepalaku yang juga terasa sakit dan berat.
Penglihatanku sangat buram namun aku dapat melihat wajah khawatir dari ibuku.
"Tara, badan kamu panas"
"Ma, ma-h" panggilku pelan
Mamah tanpa menjawab langsung keluar dari kamarku.
Entah kenapa kepalaku sangat pusing bahkan untuk melirik ke sekitarpun rasanya ada syaraf mataku yang putus.
Mungkin efek karna kemarin aku ketiduran di luar saat hujan.
Tak lama mamah kembali sembari membawa sebuah baskom berisi air hangat dan handuk kecil.
Mamah mulai mengompresku dan mengelap tubuhku dengan lembut.
"Tara, hari ini di rumah aja ya, mamah udah hubungin wali kelas kamu" selesai mengompresku mamah kembali keluar kamar dan kembali dengan segelas air hangat dan semangkuk sup.
"Maaf mamah gak bisa ngerawat kamu, mamah harus kerja"
"Iya, gak papa mah"
Mamah sudah pergi, aku bingung apa yang harus aku lakukan sekarang.
Aku membuka dairy ku, dan menulis apa yang terjadi di pagi ini dan mulai memakan sarapanku.
Seharian itu aku hanya di sibukkan dengan tidur dan belajar.
2 tahun telah berlalu kini aku sudah duduk di bangku kelas 11 SMA.
Aku sudah mulai melupakan perihal Papah yang masih tak ada kabar apapun, sekarang aku sudah mengetahui apa yang terjadi dari carita teman ku yang serupa denganku.
Papah sudah meninggalkan mamah dan aku dan menikmati hidupnya tanpa kami.
Papah melupakan putrinya yang dulu ia cintai, apa cinta papah padaku itu bohong?
Dia juga meninggalkan mamah yang sekarang harus bekerja keras demi ku dan kelangsungan hidup kami, berangkat pagi pulang malam.
Sejahat itu kah papah menelantarkan kami?
Dan sekarang?
"Ngapain kesini?" tekan ku pada pria paruh baya di hadapan ku
"Tara-"
"PAPAH KEMANA AJA SELAMA INI!!" Suasana di depan gerbang sekolah itu mulai menenggang, siswa siswi yang baru ingin pulang justru terpaku dengan diriku.
Aku pulang dengan perasaan bahagia walau masih ada kebingungan.
Saat aku sudah tiba di rumah dan hendak membuka pintu, daun pintu itu justru sudah terbuka terlebih dahulu menampakan sosok pria tinggi yang asing bagiku.
Tak lama ibuku menampakan dirinya "loh Tara udah pulang, kebetulan banget, ayo sini masuk" kami pun masuk dan duduk di ruang tamu.
"Nah Tara, ini mas Dilan, dia bakal jadi Ayah baru kamu, dan Mamah sama mas Dilan bakal nikah akhir pekan ini!" Seru mamah membuka pembicaraan.
Aku yang mendengar itu sedikit terkejut, pikiranku langsung campur aduk, baru saja pulang tadi aku bertemu dengan papah dan ia sangat bahagia karnanya, lalu... Sekarang mamah bilang akan menikah dengan seorang pria yang bahkan belum aku kenal di akhir pekan.
Sangat sulit bagiku untuk mencerna apa yang sedang ter jadi, marah, sedih, senang, bingung semuanya bercampur menjadi satu.
Tanpa mengucap satu kata patah aku langsung bangkit dan lari ke kamar, mengunci diriku di sana.
Tak lama pintu kamarku di gedor dengan kerasnya di barengi dengan suara keras mamah.
"TARA, BUKA PINTUNYA"
Aku hanya diam di balik pintu tak menggubris suara suara itu walau tangan ku gemetar karna rasa takut.
"TARA, KAMU GAK SOPAN BANGET SAMA MAS DILAN, DIA BAKAL JADI AYAH KAMU!!"
Mendengar itu entah kenapa emosiku justru malah meluap, dengan berani aku menyatakan penolakanku "AKU GAK MAU!!" walau begitu tanganku semakin bergetar.
"BERANI YA KAMU TARA!! ASAL KAMU TAU INI SEMUA DEMI KEBAIK--"
Aku menutup telingaku rapat, tak ingin mendengar perkataan mamah.
Setelah sekian lama mamah pergi dari depan kamarku.
Aku yang sudah tidak merasakan gedoran di pintu itupun langsung ambruk, tubuhku begitu lemas menahan segala perasaan yang campur aduk.
Setelah berfikir sejenak, aku fikir ada alangkah baiknya aku kabur dari rumah saja.
Mendapatkan ide itu aku langsung mengchat teman baik ku untuk meminta izin menginap di rumah nya, dan dia juga mengyiakan karna rumah nya juga sedang kosong.
Dengan segera aku menyiapkan baranng barangku dan keluar melalui jendela kamarku, aku lari secepat mungkin ke rumah temanku.
Malam nya aku keluar untuk mencari udara segar, dan mulai mengingat pertemuanku dengan papah tadi siang.
Tara masih menatap ayahnya dengan sinis.
tatapan itu seakan mempertanyakan banyak hal.
Suasana yang begitu canggung membuat ayah Tara akhirnya memulai pembicaraan.
"Bagai mana Sekolahmu Sayang?" Pertanyaan yang cukup sederhana namun tak di gubris oleh Tara yang masih kesal dengan ayahnya.
"Maaf ya Tara, Papah baru bisa nemuin kamu sekarang" ucap ayah Tara dengan penuh perasaan bersalah.
"Dari dulu Papah mau ketemu sama kamu, tapi selalu di larang sama Mamah kamu" lanjut nya yang membuat Tara sedikit terkejut
"jadi alasan Ayah gak pernah nemunin aku itu karna di larang sama Mamah??" Ucap Tara
Ayah tara mengangguk "Papah kangen banget sama Tara, selama ini Papah cuma liat Tara dari kejauhan dan selalu liat foto kecil Tara kalo Papah rindu sama Tara" terlihat jelas tetes tetes air mulai menggenang di matanya "Sekarang Tara sudah besar ya, Papah inget banget pas Tara masih kecil pernah ngompol di perut Papah" suasana yang semula mengharukan justru berubah karna tara yang malu dan marah karna di ingatkan kejadian itu.
merekapun menjutkan obrolan dengan mengenang masa masa mereka bersama, masa masa indah yang singkat namun itu yang membuatnya berharga.
Aku di sana selama 3 hari, dalam kurun waktu itu juga aku mulai memberanikan diri untuk kembali pulang ke rumah.
Dan akhirnya aku putuskan untuk pulang karna tak enak terus menumpang .
Sesampainya aku di rumah aku dapat melihat mamah berada di depan pintu sambil menatapku dengan tajam.
Perlahan aku berjalan maju, dengan kepala menunduk takut menatap balik mamah.
Tanpa aba aba sebuah koper menghantam tubuhku hingga jatuh ke belakang dan saat itu juga mamah membanting pintu dengan kerasnya.
Mataku terbelalak dengan apa yang baru saja terjadi, wajahku langsung pucat, tanpa di beri tahu aku langsung mengerti apa maksud mamah.
Di hari itu juga aku di buang oleh satu satunya orang yang aku pikir menyayangiku sedari dulu, tapi apa semua kasih sayang itu hanya palsu?
Aku mengambil koper itu dan berangsur pergi, untuk memohon di bukakan pintu pun aku tak berharap mamah akan membukanya.
Entah kemana aku harus pulang, satu satunya rumah bahkan sudah mengusirku.
Aku mulai termenung sedirian di sebuah halte bus sambil memikirkan banyak hal.
Bagaimana mamah dapat membuang anak nya segampang itu. Ya aku tau kabur dari rumah bukanlah kesalahan yang kecil, tapi setega itukah sampai benar benar mengusir anaknya seperti itu?
Mungkin ada hal lain yang lebih masuk akal sebagai alasan mamah mengusir ku. Apa karna pria itu?
Aku tak tau lagi, semuanya begitu cepat terjadi.
Seperti baru kemarin aku masih menjadi anak yang selalu di bahagiakan oleh kedua orang tuanya.
"Loh Tara??"
--
Pagi itu aku terbangun di sebuah kamar asing yang tidak pernah aku kunjungi, aku semakin heran karna baju ku sudah di ganti.
Ku keluar dari kamar itu dan melihat seorang pria sedang duduk di soffa menonton televisi, aku mulai berfikir sejenak.
Seketika itu aku panik.
"AAAAAA!!!" Teriak ku pada pria itu, yang membuat nya terkejut.
"Tara ada apa??" Ucapnya ikut panik.
"DASAR MESUM!!" Bentakku di barengi dengan sebuah tamparan di mukanya.
"KAMU YANG MENGGANTI BAJUKU??!!" Sekali lagi aku menampar nya dengan keras.
Tak lama aku melihat ada sorang wanita keluar dari suatu ruangan dan langsung berkata "saya yang ganti baju neng kok tenang aja"
Aku menatap kembali pria itu dan merasa sangat bersalah.
Setelahnya untung dia tak marah padaku dan mengerti perasaanku. Dia juga mengatakan apa yang terjadi kemarin.
Saat aku termenung di halte bus dia menghampiri ku yang awalnya hanya ingin menyapa, namun aku justru mulai menangis dan pingsan, akhirnya dia membawaku ke rumah nya.
Dia adalah teman SMP ku, namanya Raka, dan wanita yang tadi pagi itu ART nya yang di pekerjakan oleh Ayah Raka.
Aku juga mulai menceritakan apa yang terjadi padaku, dan entah harus kemana aku pergi sekarang, aku ingin pergi ke Papah pun tidak bisa karna papah tidak memberikan alamat nya ataupun nomor teleponnya.
Dan Raka justru memberikan saran agar aku menetap di rumah nya untuk sementara, aku menolak tapi dia bersikukuh agar aku menetap di rumah nya, aku bahkan tidak di beri kesemparan bicara dan dia langsung menelepon ayahnya untuk meminta izin.
Akhirnya aku setuju, dan hari hari berjalan seperti hari yang normal, sedikitnya aku mulai membantu mbak Dewi sang ART dengan urusan rumah tangga.
Aku juga mulai berhenti sekolah karna tak punya uang, Ayah Raka sebenarnya menawarkan untuk membiayai ku sekolah, namun aku menolak karna aku tak ingin menambah beban.
Seiring berjalan nya waktu entah kenapa aku mulai mempunyai perasaan pada Raka, namun ku putuskan untuk memendamnya sendiri.
Tapi hal yang mengejutkan adalah di saat kelulusan Raka dari SMA dia justru melamarku, dan seperti biasa seorang Raka tidak akan menerima tolakan jadi aku sekarang sudah tunangan Raka.
Aku juga sudah kembali bertemu dengan papah saat sedang berjalan jalan, akhirnya aku pindah ke rumah ayah karna itu lebih baik dari pada harus terus menerus menumpang di rumah Raka.
Hubunganku dan Raka masih terus terjalin baik sebagai sepasang kekasih yang bahagia, dia juga berjanji akan menikahiku saat ia menamatkan S1 nya.
Dan akhirnya setelah sekian lama hidup dalam kesendirian, aku mendapatkan kembali kebahagiaanku walau tanpa mamah.
Apakah ini bintang kecil yang ku inginkan?