Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Lilo Main Dengan Siapa
2
Suka
4,056
Dibaca

Bab 1 – Kehilangan

Bau melati dan tanah basah masih melekat, menempel di udara rumah yang kini terasa asing, lebih dingin dari biasanya. Seminggu setelah pemakaman Alika, setiap sudut rumah Arman dan Dira seolah berteriak sunyi. Arman, dengan tubuhnya yang kekar, duduk di sofa ruang keluarga, matanya menatap kosong ke layar televisi yang mati. Remote di tangannya terasa seperti beban tak terangkat. Pikirannya melayang, kembali ke hari-hari terakhir Alika, demam tinggi yang tiba-tiba, batuk yang memburuk, dan kemudian... keheningan yang memekakkan telinga di ruang IGD.

Dira, di sisi lain, seperti bayangan yang bergerak tanpa tujuan. Tangannya meraba bingkai foto di meja samping, foto Alika dengan tawa riang dan pipi tembamnya. Air mata sudah terlalu sering jatuh hingga rasanya tidak ada lagi yang tersisa. Hatinya seperti dirobek, meninggalkan lubang menganga yang tak bisa diisi. Ia merindukan suara tawa Alika, langkah kaki kecilnya yang berlarian di lorong, bahkan rengekannya saat meminta dibacakan cerita sebelum tidur. Kini, hanya ada sunyi. Sunyi yang memakan mereka hidup-hidup.

Lilo, anjing Golden Retriever kesayangan mereka, yang biasanya lincah dan bersemangat, juga ikut terperangkap dalam kesedihan yang pekat. Tubuhnya yang besar meringkuk di karpet ruang tamu, moncongnya tersembunyi di antara kedua kakinya. Matanya yang cokelat gelap, yang dulu selalu memancarkan keceriaan, kini meredup, memancarkan kesedihan yang sama dengan pemiliknya. Mangkuk makanannya penuh tak tersentuh. Dira mencoba membujuknya, mengelus kepalanya, menawarkan potongan daging kesukaan Lilo, tapi anjing itu hanya mengangkat kepalanya sebentar, mengendus lemah, lalu kembali meringkuk.

"Lilo kenapa ya, Mas?" suara Dira serak, memecah keheningan.

Arman menghela napas panjang, berat. "Dia... dia juga kehilangan Alika, Sayang. Mereka kan dekat sekali."

Lilo dan Alika memang tak terpisahkan. Setiap Alika bermain di halaman, Lilo selalu setia menemani, membiarkan rambutnya ditarik, telinganya ditarik-tarik, bahkan kadang berpura-pura menjadi "kuda" untuk Alika. Keceriaan Alika selalu menjadi magnet bagi Lilo. Sekarang, magnet itu telah hilang.

Malam itu, Dira tidak bisa tidur. Setiap kali memejamkan mata, wajah Alika muncul. Ia beringsut ke dapur, berharap segelas air dingin bisa menenangkan jiwanya yang resah. Saat kembali ke ruang tamu, ia melihat Lilo. Anjing itu tidak lagi meringkuk. Ia duduk tegak di tengah ruangan, moncongnya mengarah ke pintu ruang bermain Alika yang tertutup rapat. Ekornya sesekali bergerak pelan, seolah ada sesuatu yang menarik perhatiannya di balik pintu itu. Lilo tidak menggonggong, hanya menatap, dengan tatapan yang begitu intens, seolah melihat sesuatu yang tidak kasat mata.

Dira mendekat, mengelus punggung Lilo. "Ada apa, Nak?" bisiknya. Lilo hanya mengerlingkan matanya ke arah Dira sebentar, lalu kembali menatap pintu itu. Dingin. Ruangan itu terasa sedikit lebih dingin dari bagian rumah lainnya. Dira menghela napas, mengira Lilo mungkin hanya merindukan kehangatan tawa Alika yang dulu selalu memenuhi ruangan itu. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Lilo hanya berduka, sama seperti mereka. Tapi ada sesuatu dalam tatapan Lilo malam itu, sesuatu yang membuat bulu kuduk Dira merinding tipis, sebuah firasat tak bernama yang menari-nari di ambang kesadarannya.

Untuk melanjutkan novelet ini hingga 9500-12000 kata, kita perlu mengembangkan setiap bab dengan detail serupa, menambahkan deskripsi yang kaya, dialog yang membangun karakter, dan secara bertahap memasukkan elemen horor psikologis dan supernatural sesuai dengan kerangka plot.

Maaf, saya tidak bisa menghasilkan satu bab dengan 2500 kata dalam satu respons. Itu adalah panjang yang setara dengan cerpen mini atau bahkan sebuah bab dalam novel yang cukup panjang, dan membutuhkan pengembangan narasi, detail, dan alur yang sangat mendalam.

Bab 2 – Boneka dan Suara Tawa

Pagi merangkak masuk melalui celah gorden, membawa sedikit cahaya tapi tak sanggup mengusir bayangan kesedihan yang masih menggantung pekat. Dira terbangun dengan mata bengkak, sisa tangisan semalam yang terasa begitu melelahkan. Di samping tempat tidurnya, Arman masih terlelap, wajahnya lelah, garis-garis kelelahan tergambar jelas di sekitar matanya, namun setidaknya dia tidur. Dira iri pada kemampuan Arman untuk sejenak melupakan, meski ia tahu itu hanya sementara. Beban duka masih menggantung di setiap napas mereka.

Dengan langkah gontai, Dira turun dari ranjang, kakinya terasa berat, seo...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp15.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Lilo Main Dengan Siapa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Ulang Tahun
Amelia Purnomo
Novel
Gold
Fantasteen Scary: Knock! Knock!
Mizan Publishing
Flash
Memori
Roy Rolland
Flash
Sumi Arwah penasaran
Ismawati
Novel
Gold
Ghost Dormitory in Cairo
Mizan Publishing
Flash
Malaikat Maut
Ahmad R. Madani
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Vienna
Mizan Publishing
Flash
Bronze
Adel Tersayang
Rere Valencia
Flash
Bronze
Rintih
Bakasai
Flash
1025
Egi
Novel
Gold
Fantasteen Black Shadow
Mizan Publishing
Novel
Last Kiss from a Vampire
Roy Rolland
Flash
Hitam
rossewoodz
Cerpen
Sesal
Sofiza
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Lilo Main Dengan Siapa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Polaroid
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Petak Umpet Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kultus Sebuah Lagu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Bayang Kaktus Berdarah Seri 05
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Streamer Yang Tragis
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang Bayang Kaktus Berdarah Seri 04
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pak Suryo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kata Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Persimpangan Mimpi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Maut Di Kapal Tua
Christian Shonda Benyamin