Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Lidah Jujur
1
Suka
553
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Lidah Jujur 

Warga kota penggila kuliner, merasa patah hati. Seorang Food Vlogger kesayangan mereka, yang biasa dipanggil Pak Boma, menyatakan diri pensiun. Pak Boma tak lagi membuat video yang mengulas kuliner di kanal akun media sosialnya. Alasan Pak Boma, “ Saya sudah cukup lama mengulas kuliner. Jaman sudah berubah. Baiknya, ada Food Vlogger dari generasi baru …”

Enam bulan berlalu, tak ada kemunculan Food Vlogger baru. Dunia kuliner kota lesu. Pengusaha kuliner baru semakin bertambah, tapi warga kota penggila kuliner belum mendapat informasi lebih soal menu kuliner yang ditawarkan.  Ujungnya, warga kota tetap merindukan sosok Pak Boma yang melakukan peran itu : memberi kabar dan mengulas kuliner. Bilakah pengganti Pak Boma muncul ? Jika pun ada, bisakah menyamai kharisma dan kecakapan Pak Boma ? Kiranya pertanyaan para warga kota dan juga pengusaha kuliner.  

Belakangan, setelah tiga minggu lewat dari bulan keenam, harapan yang dinanti itu datang juga. Seorang anak muda membuat video yang membahas kuliner di kanal medsosnya.

Sosok Food Vlogger baru itu, namanya : Jono. Rambutnya, panjang. Tongkrongannya, mirip seorang rocker. Jono anak muda dengan gaya bicara apa adanya. Ia berambisi menggantikan Pak Boma, sang legendaris.

“ Gaya Pak Boma mengulas makanan sudah tak  sesuai jaman sekarang ! Kini kita harus lebih terbuka, bicara apa adanya mengulas makanan. Semua ini demi kepuasan calon konsumen dan perbaikan standarisasi rasa makanan “ jelas Jono dalam satu acara podcast.

Dalam video itu, tampilan Jono memang berbeda dengan gaya Pak Boma. Jono lebih berani mengatakan apa yang ia rasakan di lidahnya saat mengunyah makanan.

“ Ini makanan apaa…? kuahnya aja adem begini. Rrrrr … asanya gak karrrr…ruan !! “ ujar Jono pedas.

Warga kota dan pengusaha kuliner terkejut. Mereka merasa asing dengan gaya Jono. Tapi apa peduli Jono ?

Popularitas Jono sebagai Food Vlogger baru, mulai merangkak meski ia bukan tanpa cacat. Jono tak bisa sempurna menyebut huruf “r”.  Saat ia mengucap kata yang punya huruf “r”, belakangan terdengar bunyi getaran dari huruf yang disebut : Rrrrr…. . Namun apa peduli para warganet ?  dukungan dari generasi baru pelan – pelan mengalir untuk Jono.

Hingga satu ketika, netizen membisiki Jono untuk mengulas kuliner milik Mak Romlah. Warung makan Mak Romlah telah lama terkenal lewat tawaran menu : sup lidah sapi. Para pengunjung datang seperti tak putus. Namun soal rasa masakannya ? benarkah seperti yang disebut – sebut banyak orang, nikmat dan lezat ? sesuai standar ? Masih banyak orang yang ingin tahu benar.

Jono menyasar kuliner Mak Romlah. Ia datang dengan gaya busana khasnya : kain bandana yang diikat di kepala serta kaca mata gelap dan kaos juga celana panjang hitam. Terakhir, rambutnya yang lurus itu tergerai. Jono datang bersama tiga rekannya di warung makan yang lokasinya di pinggiran kota, berbaur dengan perumahan warga, di tepi kali. Jono Beraksi !

Dua hari kemudian, muncullah video ulasan kuliner Jono. Dalam konten videonya, Jono tak sungkan memberi kritik pedas pada menu suguhan Mak Romlah. Mulai dari menu unggulan sup lidah sapi yang dirasa kurang mengena bumbu serta kelembutan lidah sapi tersebut.

“ Ini lidah sapinya masih belum lembut benarrrr yaa…. , kok bisaa ?? gimana ini ??? “ ujar Jono lantang.

Kritikan Jono kian melebar dan mencapai puncaknya ketika ia dan kawan – kawannya meminta wadah untuk membawa pulang ragam makanan yang tersedia di meja. Pelayan memberikan lima plastik keresek berwarna merah. Jono dan kawan – kawan terkejut.

“ Hah ?! plastik krrrreseekk…. ? jadi lauk yang terrr..sisa ini kita masukin ke plastik gitu ? bagaimana carrr…aanya ?  kayak apaan ajaaa…” gerutu Jono keras.

Sup lidah sapi yang kurang pas dan plastik kresek merah bikin heboh dunia maya. Mak Romlah bereaksi. Ia meradang. Mak Romlah kecolongan. Menurutnya, Jono membuat video di warung makannya, tanpa permisi.

“ Tanya dulu sama sayaaa…. Woiii anak muda !! ini datang aja gak ada permisi,  langsung ngoceh sop lidah sapi saya…“ seru Mak Romlah dengan nada tinggi lewat satu kanal podcast.

Belakangan, para warga net, pendukung Mak Romlah, menyerang Jono. Mereka menuliskan kalimat yang cenderung tak setuju dengan cara Jono mengulas kuliner dengan gaya yang terkesan kasar dan tak menghargai jerih payah pengusaha kuliner pinggiran macam Mak Romlah.  

“ Saya bicarrr …aaa apa adanya ! sesuai fakta ! sop lidah sapinya kurrr…aaang sedap ! lidah sapinya juga masih terr..asa kerrr..asss ! mau gimana lagi ? dan terrr..akhir, saya mau bawa pulang makanan, malah disediakan plastik kerrr…esek ! menurrr..ut saya gak pantas itu ! “ sergah Jono.

Jono  boleh beri alasan atas nama fakta, tapi para pembela Mak Romlah terus mendesaknya untuk meminta maaf. Kata mereka, ulasan Jono berpotensi mengancam usaha kuliner Mak Romlah jauh dari pelanggan.

Karena akun media sosialnya membengkak lantaran diserbu komentar para warga net, Jono putuskan untuk rehat membuat video kuliner. Ia sadar kekeliruan langkahnya. Belajar dari pengalaman Mak Romlah, akhirnya Jono beralih untuk menyasar tempat kuliner di tengah kota saja. Ia yakin, ulasannya di tempat kuliner di tengah kota lebih bisa diterima para khalayak.

Tapi Jono, terlambat. Para pengusaha kuliner baru dan lama yang berada di tengah kota sudah bersatu. Mereka sepakat : menolak Jono ! Bu Mimi, salah seorang pengusaha kuliner lama, yang menggagas itu. Mereka percaya diri untuk tidak membutuhkan seorang Food Vlogger  macam Jono. Kalaupun ada Food Vlogger, mereka hanya merindukan kehadiran sosok Pak Boma.

Bu Mimi, pemilik warung kuliner yang menyuguhkan menu serba ayam di warung makanannya, mulai dari : ayam goreng, ayam penyet, ayam bakar dan lain – lain itu masih menyimpan jengkel karena ulasan kuliner Jono di warungnya pada episode video terdahulu, dianggap telah mencoreng citra usahanya.

Kala itu, Jono bilang, “ Wuiihh… ini daging ayamnya kerrrasss banget. Gimana cara makannya ???  Gimana coba ? “

Sejak kejadian itu, Bu Mimi bagai menyimpan dendam pada Jono. Dan ketika berhasil membuat gerakan anti Jono, Bu Mimi membuat video vlog solonya.

Begini ucapan Mimi :  

Jono… kau anak bau kencur, kalau mau ngomong soal kuliner, belajar bicara sopan dulu ya…. Contoh Pak Boma. Lidahnya dijaga. Penikmat kuliner dan pengusaha juga senang mendengar bahasa Pak Boma mengulas. Dan yang lebih penting lagi, kamu harus tarik lidahmu itu, agar cadelmu hilang. Jadi ngucap huruf “ r ” nya jelas… Kamu masih cadel aja ngebahas sop lidah sapi Mak Romlah…. Lidahmu tuh yang kaku….hahahhaha…

Video Bu Mimin cepat menyebar di dunia maya. Belakangan, secepat itu pula Jono bereaksi.

“ Gilak ! gak benerrrrr… nih. Ini sudah bukan bahasan kulinerrr…. Ini sudah menyerrr…ang fisik. Saya akan lanjutkan ke jalurrr.. hukum ! teriak Jono dalam video balasannya.

Belum lagi balasan Jono bergaung, Bu Mimi menyerang untuk kedua kalinya. Kembali ia tampil lewat video vlog pribadinya.

Kata Bu Mimi :

“  Wahai, Jono… ini ada hadiah untukmu. Catatan perjalanan hidupmu mengenaskan yah. Kamu sempat bawa kabur anak perempuan orang tapi akhirnya gagal menikah. Udah bawa kabur, tapi gagal menikah, hahhahah…. Kasihan kamu anak muda….

Jono menerima intimidasi sosial yang kedua kalinya. Kali ini, Bu Mimi melakukan doxing[1] pada Jono. Sebab itulah kesabarannya habis. Tekad Jono bulat untuk  memperkarakan video vlog Bu Mimi ke meja polisi. Jono menganggap, Bu Mimi sudah mencemarkan nama baiknya.

“ Saya laporkan ulah Bu Mimi. Kecuali Bu Mimi minta maaf dan bersedia bersedia mencabut video vlog yang menyerang pribadi saya lalu terakhir menghapus akunnya…. “ jelas Jono.

Tapi Bu Mimi tak peduli. Wajahnya justru makin tegak saja. Bu Mimi mengaku sikap dan tindakannya sudah didukung banyak pengusaha kuliner. Maka, jurang perseteruan Jono dengan Bu Mimi kian lebar sehingga sulit diperkecil.

Seraya genderang perang Jono dan Bu Mimi bertalu, dunia kuliner kota, kian terlantar saja. Tak ada hasil yang menggembirakan dari sikap penolakan Jono. Para pengusaha kuliner, tetap cemberut karena masih banyak warga kota yang memilih ap menahan diri  untuk tak singgah di sejumlah tempat makan. Mereka masih belum mendapat informasi lebih soal menu makanan.

“ Kita harus menyamakan persepsi, bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan seorang Food Vlogger di jaman sekarang ini, agar gairah warga terhadap  kuliner bangkit lagi. “  begitu pendapat Pak Bimo ditengah kegaduhan.

Kemunculan Pak Boma yang tiba- tiba di sebuah acara podcast yang bertajuk Pintu Terbuka yang dipandu host bernama Gugun, mengejutkan banyak warganet. Mereka bagai menunggu kalimat sakti dari Pak Boma untuk kelangsungan dunia kuliner di kota. Sebab, mereka ingin menyantap kembali kuliner dengan perasaan yang senang saat hari libur atau ketika jam – jam sibuk sepulang dari tempat kerja sore hari.

Sadar karena kehadiran Pak Boma meraup perhatian banyak warga penggila kuliner, Gugun bertekad membuat episode lanjutan yang tak hanya menghadirkan Pak Boma seorang. Gugun menggaet Jono dan Bu Mimi yang berseteru. Lalu narasumber terakhir : Mak Romlah.

“ Dunia kuliner di kota ini lesu. Warga menilai, kehadiran Food Vlogger bisa jadi obat dari kelesuan ini. Bagaimana ? “ pancing Gugun pada keempat narasumber.

Bu Mimi lebih dulu menyentak pertanyaan itu. Katanya, “ Okelah.. Food Vlogger memang dibutuhkan karena dia jadi penyambung informasi seputar menu kuliner, tapi yaaaa jangan seperti dia ini… ! Mulutnya itu loh. Bahaya ! “

Jono tak kalah sengit. Ia mati – matian membela diri untuk apa yang sudah dilakukannya.

“ Saya bicarrra apa adanya. Ketika saya rrrr..asakan ada yang janggal dari makanan itu, ya saya harrr..russs jujurrr …. Parrr..ra calon konsumen perlu tahu itu…  “ kilah Jono.

Pembicaraan di ruang studio jadi gaduh. Akhirnya host Gugun beralih pada Pak Boma.

“ Jadi menurut Pak Boma, bagaimana ? “ tanya Gugun

Pak Boma, masih dengan gayanya yang kharismatik itu, mulai bicara.

Food Vlogger itu, ibaratnya dalam masakan adalah garamnya informasi. Sebagai garam, Food Vlogger harus meyakinkan banyak orang soal makanan yang sedang dan sudah ia beri ulasan ….” Pak Boma membuka awal pembicaraan.

Hanya saja sekarang ini, berapa kadar garam yang dibutuhkan ? lanjut Pak Boma. Dulu, itungan garamnya sekian. Sekarang, mungkin harus ditambah. Uraian kalimat Pak Boma ini harus dimaknai sebagi perubahan jaman.

“ Jadii…. Gimana ? “ kejar Gugun.

Food Vlogger  jaman sekarang memang harus lebih terbuka. Apa adanya ? tak enak ya katakan tak enak ! “ tegas Pak Boma.

“ Lah kenapa harus gitu, pak ? Kan itu merugikan pengusaha kuliner. Citranya jadi buruk !  Ya contohnya macam Jono ini ! ngulas kuliner bahasanya tu loh ! emangnya situ udah punya sertifikat chef ! “  serang Bu Mimi.

Jono terdiam. Kali ini ia sadar, pertengkaran tak bisa menemukan titik terang. Tapi seraya itu, Pak Boma diam – diam mengeluarkan ponselnya dari saku.

“ Coba lihat rekaman video ini ? “ Pak Boma menjulurkan tangan ke tengah, sehingga semua nara sumber melihat.

“ Ini suasana warung Mak Romlah setelah diributkan karena ulasan Jono. Diam – diam, saya dua kali datang ke warung Mak Romlah. Belakangan barulah saya beri tahu Mak Romlah kalau saya datang…. “

Tampak dari rekaman video ponsel Pak Boma, pengunjung warung makan Mak Romlah yang menjual menu jagoannya, sop lidah sapi, tetap normal. Bahkan akibat video ulasan Jono yang kontroversial itu, konsumennya bertambah.

Karena video ulasan Jono juga, warung Mak Romlah berbenah diri. Ia mengaku sudah mengumpulkan para karyawannya untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanannya.

“ Lidah sapinya sudah gak keras. Nah, soal plastik kresek itu memang cara atau budaya kami : Ngampung ! Konsep yang kami usung sejak awal adalah, bagaimana makan di warung kami seperti juga makan di rumah dengan rasa kekeluargaan. Makanya, plastik kresek itu adalah cara kami. Nah kalau ada konsumen yang mesan on line barulah kami memakai Styrofoam…. “ jelas Mak Romlah.

Jono tersenyum kecil. Pak Boma pun serupa Jono, sambil melirik ke    arah Bu Mimi yang ekspresi wajahnya tak mampu menyimpan keterkejutannya.  Setidaknya, benar kata Pak Boma kalau jaman sudah berubah.

“ Baiklah, lupakan saya sebagai Food Vlogger lama ! hari ini harus muncul vlogger – vlogger baru yang lebih terbuka untuk mengulas makanan dengan gaya yang lebih revolusioner ! “ tutup, Pak Boma.

Lalu, bagaimana dengan jati diri Jono ? benarkah ia Food Vlogger gadungan atau sebaliknya.

“ Saya seorang chef yang pernah bekerja di sebuah restoran namun kini memilih jadi Food Vlogger, tuk memberi edukasi kuliner lebih luas… “ jelas Jono.

By : Mahalawan

Jakarta, Rabu 11 Oktober 2023

[1] Doxing : Perbuatan membagikan informasi pribadi kepada publik. (dari berbagai sumber )

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Salah Duga
Jhon Merari Hutapea
Cerpen
Lidah Jujur
Mahalawan
Novel
Metamorfosis²
Jia Aviena
Novel
Bronze
1 Rumah 2 Cinta
Herman Sim
Novel
Lili
Ria Rahmawati
Novel
Bronze
Aku kamu dan koma
yulindraaulia
Novel
From Angel to Devil
Wildan Ravi
Novel
Dua Sisi
Johanes Gurning
Novel
TAK SELAMANYA SURGA DI KAKI IBU
mahes.varaa
Flash
Orang Tanpa Penghasilan
Berkat Studio
Flash
Bronze
BELAJAR IKHLAS
Rahmayanti
Flash
Jalan, Yuk!
hyu
Novel
Semestaku Sebelum dan Sesudah Dia Datang
Niken Karsella
Novel
Arwah Cinta Van der Ham
Ikhwanus Sobirin
Novel
Sekutu Putih Abu
Septiani Larasati
Rekomendasi
Cerpen
Lidah Jujur
Mahalawan
Cerpen
Mayat 50 Juta Rupiah
Mahalawan
Cerpen
Maharnya ? Sekarung Awan Impor
Mahalawan
Cerpen
Peluru di Kepala Pacarku
Mahalawan
Cerpen
Aluna dan Sepatu Kiri
Mahalawan
Cerpen
Panggung Cantika, si Ratu Sejagat
Mahalawan
Novel
Bronze
Kereta Rombeng 1998
Mahalawan