Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Misteri
Last Saturday
0
Suka
846
Dibaca

Matahari senja musim semi bersinar lembut di horizon, burung berkicauan, pohon sakura bermekaran, memberikan pemandangan yang luar biasa indah bagi siapa saja yang melihatnya. Ditambah secangkir teh dengan dokumen menumpuk di depanku ini, memberikan kesan keseimbangan yang indah, ooh… Damainya kehidupan ku….”. Ujar Elka dengan nada melodramatis.

*BRIAK!* Pintu terbuka dengan kasar

“Selamatt soree Elkaaa!!!” Ucap gadis itu dengan penuh semangat.

Oh… Sungguh malang kehidupanku, sang pengganggu 1 datang dari balik pintu jati kokoh disana. Padahal kusangka pintu itu dapat melindungiku dari terpaan kesialan seperti ini, sungguh kasihan sekali… Diriku….” Ujarnya terlalu mendramatisasi

“Wow”. Orang di depan Elka itu bertepuk tangan antusias

“Ndak nyangka ketua bisa kek gitu, hebat… Hebat…” Ekspresi takjub tergambar jelas di wajahnya

“Ya, ya, ya saya setuju. Apakah ini yang dinamakan sebagai ‘Sindrom musim semi’?” ujar Elka menggoda

“….”

“Sindrom musim semi!?”

“Ya, Sindrom musim semi. Kamu pernah denger ndak Kana?”

“Apa-apaan itu! 17 Tahun aku hidup di Jepang ndak pernah denger kek gitu!”

“Ha-ha-ha, sayang sekali Kana, kamu kalah sama ‘PENDATANG’!”

“Tiiiidaaaaaaaaaakkkkkk” Berlutut di tempat sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

“B-Bagaimana mungkin?” Masih memegang wajahnya dengan syok

Elka kemudian berdiri dari kursinya dan kemudian berjalan menuju ke depan Kana yang sedang berlutut.

“Terimalah kekalahanmu, Wahai anak muda”

“Ha-ha-ha!” Ia tertawa angkuh didepan Kana yang sedang berlutut

“Noooooooooooooooooooo!”

“Kalian berdua… lagi ngapain sih?” Tanya seorang gadis dengan nada jijik, alisnya terangkat seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Elka kemudian menoleh ke arah pintu yang ternyata sudah berdiri Lesya menatap dengan tatapan setengah jijik ke mereka berdua.

“Ooh, Lesya… Kirain siapa. Eh kamu bayangin, dia ndak tau apa itu ‘Sindrom musim semi’ coba…”. Menunjuk dengan main-main ke bawah depan kaki ku.

“Eh? Serius kamu ndk tau apa itu ‘Sindrom musim semi’ kana?” tanya lesya dengan nada kaget bercampur bingung kepada kana.

“Haa! J-Jadi Lesya juga tau apa itu ‘Sindrom Musim Semi’!?”.

Lesya mengangguk kecil sebagai respon.

“Haha! Sayang sekali kamu kalah dari dua ‘PENDATANG’”.

“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!”.

Belakangan, akhirnya Kana tahu bahwa ternyata Sindrom Musim Semi yang dikatakan oleh Elka hanya candaan semata. Setelah mengetahuinya, dia menolak berbicara dengan Elka selama satu hari penuh.

★★★

Udara musim semi yang dingin berhembus menembus kain mantelnya, bulan bersinar dengan indah di kegelapan malam sehingga bisa membuat siapa saja yang melihatnya terpana, Elka Abidzar pulang ke apartment nya setelah hari yang melelahkan. Dia membuka pintu kamarnya dan menampakkan ruangan yang gelap gulita.

“Aku pulang…”.

“Ahh capek banget hari ini”.

Dia masuk, menyalakan lampu, membuka sepatunya, kemudian menaruhnya di rak sepatu yang berada horizontal di depannya tak jauh dari pintu. Setelah mengganti seragamnya ke baju kaos lengan pendek dan celana training panjang, dia berjalan lemas menuju kamar tidurnya dan langsung menjatuhkan dirinya di kasurnya.

”Hahhh capek banget… tapi seru”.

“Ndak terasa kita bertiga 3 bulan lagi lulus dan berpisah”.

“Haaahhhhhh… coba aja ada 1 hari yang berasa 3 bulan gitu. Pasti enak”.

“Halu, halu. Dahlah mending tidur”.

Dia lalu menutup matanya dan langsung tertidur nyenyak.

★★★

Setelah tidur yang nyenyak, dia terbangun pada jam 5.00 pagi. dia pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka, setelah itu dia kembali ke kasurnya dan membuka HP. Pada saat itu, dia masih tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

“Waktunya scroll Instagram..”.

Setelah kira-kira 1 jam menonton IG reels, dia melihat ke jam yang ada di hpnya dan akhirnya menyadari sesuatu.

“Lah kok masih jam 5?”.

“Padahal sepertinya aku sudah nge-scroll satu jam an deh”.

“Oh ya, terus kok sekarang hari sabtu?”.

“Padahal kemarin baru hari rabu loh..”.

“Haaahh!”.

Setelah menyadari keanehan ini, dia langsung melompat turun dari kasurnya dan berjalan ke balkon apartmen nya untuk melihat ke luar. Suasana hening yang mencekam, langit yang masih gelap, dan udara dingin pagi hari menyapa saat ia keluar ke balkon.

“Alllamaak!”.

“B-Beneran berhenti loh!”.

Yang pertama kali dia lihat adalah burung yang sedang diam membatu di udara tepat 1 meter di depan balkonnya, mobil-mobil yang diam tak bergerak di jalan layang yang berada tak jauh di bawah depan apartmennya dan orang-orang yang membatu tak bergerak di trotoar.

“Wee serius lah…. Gimana sekarang niiii…”.

Tiba-tiba, HP nya berbunyi menandakan ada pesan baru. Awalnya dia sedikit ragu untuk membuka pesan itu karena siapa yang sempat-sempatnya mengirim pesan di kondisi seperti ini? Setelah berpikir sebentar, dia akhirnya memutuskan untuk membuka pesan itu kemudian membacanya.

『Selamat pagi Elka! Gimana perasaannya setelah lihat waktu berhenti? Kaget? Panik? Pastilah ya. Jadi to the point aja, kamu harus cari cara keluar dari lingkaran waktu ini sebelum sabtu depan atau tubuhmu akan terkompresi jadi sekecil atom. Oh ya Info tambahan, temanmu yang namanya Kana juga ikut terkena lingkaran waktu ini jadi sebaiknya kamu segera cari dia dulu. Bye bye! 』

“W-wahh… Jadi kana juga kena?”.

“Tapi kenapa anonim ini repot-repot ngasih tau kalo kana juga kena?”.

“Yah, siapa peduli”.

“Ketemu dia dulu adalah pilihan terbaik”.

Dia bergegas pergi ke rumah Kana secepat yang dia bisa. Dijalan, pemandangannya tak jauh berbeda, mobil-mobil membeku di tempat, dan kondisinya tak jauh berbeda dengan orang-orang yang membatu di trotoar.

★★★

Setelah sampai di depan rumah kana, Elka langsung memanggil Kana

“Kanaa!”.

“Kamu ada dirumah ndak?”. Ujarnya dengan nada tergesa-gesa campur khawatir.

Setelah beberapa saat, dia mendengar suara langkah kaki dari dalam dan kemudian pintu terbuka. Apa yang terlihat adalah sesosok gadis rapuh yang seolah bisa hancur kapan saja. Matanya merah, isak tangis menghiasi tampilan rapuhnya, suaranya serak, dan raambutnya acak-acakan.

“Elka….”. Suaranya serak karena menangis.

“Elkaa!!”. Ia langsung berlari, memeluk Elka erat-erat, lalu menyandarkan wajahnya di bahu sahabatnya itu.

“Aku bersyukur kamu selamat KA…” Kelegaan jelas terpancar dari suaranya.

Setelah beberapa saat, Kana perlahan melepaskan pelukannya dan berkata dengan suara lirih.

“Aku udah panik banget padahal tadi”.

“Hehehe, gimana yah. Habisnya aku juga kaget tiba-tiba lagi scroll Ig pas liat jam ndak jalan”.

“Eh Kana, kamu ada dapet semacam pesan gitu ndak?”. Tanya Elka dengan nada penasaran dan penuh harap.

“Pesan? Ndak ada”. Jawab kana sambil menggelengkan kepalanya

“Hah kok bisa sih…”. Ujar Elka dengan nada heran.

“Emang pesan kek gimana?”.

“Gini” Elka lalu menunjukkan pesan yang dia dapat tadi di hp nya.

“Haah! Cuman 1 minggu???”.

“Seriuslahhh…..”.

“Iya, makanya kita harus segera nyari ini..”.

“Eh Elka, kalo waktunya aja berhenti, gimana caranya bisa ada minggu depan?”.

“Masuk akal”.

“Eh tapi Kana, kamu notice mataharinya ndak?”.

“Gerak terus loh dia biarpun jam nya masih diam di 5 pagi”.

“Eh iya ya”.

“Ihhh beneran 1 minggu doongggg”.

“Iya berati…”.

“Eh ini ndak ada clue atau apaaa kek gitu yang bisa bantu”.

*1 notif baru dari Hp Kana*

『Well, well, well, karena gweh baik jadi clue pertama nya itu di Minimarket dekat Apartmen Elka』

“Bisa gitu” Ujar Kana dengan takjub

“Yaudah, ayo kita ke sana Kana!”

“Ayo!” Tanpa menunggu lama, mereka bergegas ke minimarket itu.

Sesampainya di Minimarket itu, mereka menjelajahi seluruh bagiannya mulai dari bagian rak bahkan sampai setiap sudut dari minimarket itu. Setelah beberapa saat mencari, seluruh sudut dari minimarket itu sudah habis mereka jelajahi.

“Ketemu ndak Kana?”. Tanya Elka penuh harap.

“Ndak ada yang aneh si…”. Jawab Kana pasrah.

“Ndak bakal semudah itu sih pasti…”. Pasrah.

“Iya..”.

“Eh….. Kita belum ke area belakang!!”. Ujar Elka dengan semangat. Ia baru menyadari bahwa Minimarket itu memiliki parkiran belakang khusus staf.

“Ayo kita cek!”. Mereka bergegas mengitari minimarket itu untuk sampai ke parkiran belakang lalu segera berpencar untuk mencari clue yang diberi tahu oleh pengirim misterius itu. Parkiran belakang Minimarket itu kecil, hanya 10 15 Meter dan ini merupakan parkiran sepeda.

“Ada!”. Ujar Kana dari balik semak-semak tak jauh dari parkiran itu.

“Elka! Sini deh!”.

“YAA!...” Elka bergegas menghampiri kana yang sedang menatapi sesuatu di sebuah pohon cemara. Pohon cemara itu berukuran sangat besar, mungkin usianya sudah lebih dari 50 tahun. Elka berdiri di samping kana yang sedang memelototi tulisan dengan bahasa Russia.

“Elkaa…. Aku ndak ngerti apa artinya ini…. Bacain dong, kan kamu bisa bahasa Russia”. Ujarnya merengek meminta tolong ke Elka.

“Bentar dulu, kasih saya waktu untuk menerjemahkan kalimat ber alphabet crylic ini”.

Setelah diam beberapa saat, Elka mulai membuka mulutnya dan memaparkan hasil terjemahannya.

“Kayaknya itu artinya ‘Seekor mamalia sering yang disangka pengerat hewan, kecil bertubuh australia seperti kelinci, mirip kapibara sekilas, periode memiliki gestasi 8 bulan selama, di formasi bebatuan tinggal sekitar afrika, bersuara dan Awawa’ gitu kurang lebih”.

Tingkatan bahasa Russia Elka sebenarnya tidak sampai pada tingkat Native. Tetapi dia bisa mengerti sedikit arti kata-kata itu-walaupun pengartiannya agak berantakan. Kana tercengang beberapa saat setelah mendengar hasil terjemahan Elka.

“Elka… Itu sih bukan ‘kurang lebih’ tapi kurang banget”.

“Ya mau gimana lagi, kan bahasa Russia ku masih basic banget”.

“Yaudah gini deh, ulang penerjemahan mu, aku catet biar bisa kita susun ulang”. Saran Kana.

“Ya, ya. Bentar. ‘Mamalia seekor yang disangka sering pengerat hewan, seperti australia kelinci bertubuh seperti kecil, kapibara sekilas mirip, gestasi 8 bulan selama periode memiliki, afrika bebatuan tinggal formasi sekitar di, Awawa bersuara dan’ gtu kurang-kurang”.

“Waah… lebih hancur dari yang pertama”. Respon Kana syok sambil mengetik di HP nya.

Setelah menyusun kata-kata random yang dikeluarkan Elka selama 5 menit, akhirnya ia membacakan hasil terjemahannya kepada Elka.

“Menurut terjemahanku, kata-katanya itu kek gini ‘Seekor mamalia yang sering disangka hewan pengerat, bertubuh kecil seperti kelinci australia, sekilas mirip kapibara, memiliki periode gestasi selama 8 bulan, tinggal di formasi bebatuan sekitar afrika, dan bersuara Awawa’”.

“Cocok dah itu, tinggal cari jawabannya aja”. Menyerahkan urusan mencari jawaban ke Kana.

Alis Kana sedikit berkerut saat menerima tugas itu. Ia menghela nafas berat, kemudian menerimanya dengan pasrah. Ia memejamkan matanya dan memikirkan segala jawaban yang memungkinkan. Setelah hening sejenak, ia bergumam

“Hmm, Kayaknya kalo dia bilang ‘mamalia yang mirip hewan pengerat’ berati kemungkinan besar ukuran tubuhnya ndak jauh beda sama tikus, hamster atau tupai, habis tu dia bilang ‘bertubuh kecil seperti kelinci australia’ berati kemungkinan antara 30-an cm lah, nah terus…”. Dia berhenti sejenak mengambil napas panjang kemudian melanjutkan.

“’sekilas mirip kapibara….’ Hmm agak susah sih ini soalnya lumayan banyak yang mirip kek Paca, Nutik atau Agouti. Teruss ‘Memiliki periode gestasi selama 8 bulan’ kalau mamalia kecil terus periode kehamilan sampai 8 bulan itu udah langka banget si, kita ambil Hyrax, terus ‘tinggal di formasi bebatuan sekitar afrika dan bersuara Awawa’ kalau ini si udah jelas banget jawabannya itu Hyrax batu dari Afrika”.

“Jadi fix jawabannya Hyrax batu”. Ia berkata lantang dengan bangga menjawab dengan penuh keyakinan.

“Tapi apa hubungannya Hyrax batu sama Masalah kita ya?”. Tanya Elka dengan penasaran.

“Iya sihh…. Ekhm, Masa ketua OSIS nan cerdas dan pintar ini tidak tahu jawabannya?”. Ujar Kana dengan nada mengejek, berusaha memancing agar Elka mikir.

“Hmmm.” Setelah diejek begitu, Elka langsung duduk bersila dibawah pohon itu, kemudian memejamkan matanya dan berpikir keras.

“Akhirnya dia masuk ke mode mikir juga”. Ujar kana dalam hati sambil menyeringai senang karena berhasil memancing Elka masuk ke mode mikir.

Setelah berfikir serius selama beberapa saat Elka tiba-tiba bangun dari “mode mikir” nya dan langsung berkata dengan penuh antusias ke Kana.

“Kana! Kayaknya aku tau hubungan dari kedua hal itu”.

"Apa!?" tanya Kana syok, hampir tersedak udara sendiri karena perubahan drastis di sikap Elka.

“Di bahasa Hawaii, Awawa itu artinya lembah, nah kan sekolah kita ada di lembah Yamashiro karena berada di antara 3 gunung kan. Berati harusnya positif di Sekolah si menurutku”. Bersemangat karena berhasil memecahkan 1 Teka Teki.

“Dari mana kamu menjamin kalo itu ada di sekolah? Kan Lembah Yamashiro luas?”. Tanya Kana dengan penuh pertimbangan.

“Udah… Ndak usah banyak omong, Trust me!”. Menarik tangan Kana dan menyeretnya ke sekolah dengan semangat. Saat Elka menarik tangannya dengan semangat, otomatis Kana ikut terseret. Tangan mereka saling menggenggam. Elka yang terlalu bersemangat bahkan tidak menyadari bahwa dia sedang menggenggam tangan seorang gadis. Kana menoleh ke tangan mereka, diam sejenak… Senyum kecil muncul di wajahnya.

“Dasar…”. Gumamnya pelan, tanpa nada kesal.

Wajahnya sedikit memerah, dia berjalan di samping Elka tanpa berkata apa-apa.

★★★

Sesampainya mereka di sekolah, tanpa basa basi Elka langsung mengajak Kana ke lantai 2 sekolah mereka tempat deretan kelas 11 berada. Suasana sekolah langgeng-karena secara sekarang masih jam 5 di timeline asli. mereka pun berlarian di tangga. Elka yang terlalu bersemangat bahkan tidak melepaskan genggamannya. Bergegas menuju lantai 2.

“Kana, alasanku yakin banget kalo jawabannya itu di sekolah ini tu, karena kalo kita lihat nenek moyang nya Hyrax sama Gajah itu sama. Nah bahasa Inggris nya Gajah tu Elephant tpi bisa juga di anggap Eleven kan? Jadi hipotesis ku kemungkinan besar di area kelas 11 ini”. Elka menjelaskan dengan penuh semangat dan percaya diri.

“Hah? Random banget tiba-tiba bahas nenek moyang gajah…”.

“Yaudah lah. Serah kamu”. Ujar Kana pasrah.

Beberapa saat lenggang, Kana mulai bicara duluan karena Elka terlalu fokus pada cluenya-saking fokusnya sampai dia lupa bicara?

“Emm, Elka~”.

“Apa?”. Elka menoleh tanpa curiga ke Kana.

“kamu kalo suka megang tanganku bilang aja, ndak usah nunggu momen kayak gini dlu~”. Suaranya centil, alisnya naik sebelah, senyum kecil muncul di ujung bibirnya.

Elka membeku.

“Wha-eh? Sorry sorry, aku ndk sengaja”. Dia buru-buru melepaskan genggaman itu, wajahnya memerah setengah sadar.

Kana hanya tertawa kecil kemudian bergumam “Aku juga ndak nyuruh lepas kok…”.

★★★

“Kita mulai dari kelas 11-K aja ya?”. Elka memilih memulai penyelidikan dari kelas 11-K adalah karena posisi mereka dengan kelas itu yang paling dekat dibandingkan harus berjalan jauh sampai ke kelas 11-A.

“Ok, ok”. Jawab kana. Lantas mereka kemudian segera memulai penyelidikan dari Kelas 11-K, setelah tidak mendapatkan apapun di kelas 11-K mereka pindah ke kelas 11-J kemudian 11-I sampai ke kelas 11-A dengan hasil nihil.

“Kok ndak ada ya. Aneh banget”. Ujar Elka keheranan. Kekecewaan terlihat jelas di matanya.

“Udahlah, ayo kita pikirin lagi”. Ujar Kana yang sudah duduk meringkuk di tembok depan kelas 11-A .

“Wajarlah kalo kamu salah, orang clue nya aja absurd. Kalo kamu langsung bener kaget aku malah” tersenyum dan menenangkan Elka yang masih kebingungan.

Elka akhirnya memutuskan untuk di sebelahnya. Belum sampai 1 menit setelah Elka duduk, Kana langsung melontarkan pertanyaan yang tidak ada hubungannya sama sekali.

“Eh Elka, kamu bisa bikin omurice ndak?”. Tanya kana dengan penasaran.

“Hmm? Bisa, Kenapa emangnya?”. Menjawab pertanyaan Kana

“Bikinin dong, aku mau rasain gimana rasanya makanan buatan Ketua OSIS”.

“Bisa aja kamu. Boleh, pas udah keluar dari sini ok?”. Jawab Elka.

“Iya… Janji?”. Menatap lamat-lamat ke arah Elka.

“Iya-iya… Huh… Kok bisa kamu masih bisa mikirin makanan pas lagi situasi kayak gini…”. Tersenyum sembari menghela napas kecil.

“Hehehe, lapar soalnya, aku ndak sarapan tadi pagi”. Ujar Kana dengan polos.

“Kamu sihh… sama si”.

"Tuh kan, mana mungkin ada yang mikir sarapan pas keadaan kayak gitu". Ia tertawa pelan, tangannya refleks menutupi mulut seolah menyembunyikan kekonyolannya sendiri.

“Iya iya, aku lanjut mikir dulu ya? Jangan ganggu dulu, plis". Elka nyengir dikit, nadanya setengah memohon.

“Ok-ok”.

Elka akhirnya memutuskan untuk berpikir lagi.

“Mungkin ndak si ada clue lain… Bentar-bentar, kelas 11, coba kita ganti ke bahasa lain. Kelas 11 di bahasa Arab jadinya ‘ اصف الحادي غشر’ ndak nyambung. Terus kalau ke bahasa Belanda ‘11e leerjaar’ ndak nyambung. Coba kalo ke Russia ‘11 класс’ hmmm… ‘Одиннадцатъ’, kalo diambil ‘Оди’… Aji, aji berati rasa. Mungkin di kantin!”.

Langsung menghadap ke arah Kana dengan bersemangat.

“Kana! Mungkin di kantin!”.

“Haahh? Apa alasa-”.

“Ayo aja udah”. Menarik tangan Kana dan membawanya ke kantin sekolah.

“Gini lagi…”. Kana menatap ke tangan mereka. Ia tau betul Elka hanya reflek menarik tanganya, tetapi itu sudah cukup untuk membuatnya tersenyum.

Sesampainya di kantin sekolah, mereka langsung mengecek setiap bagian kantin dan akhirnya menemukan semacam tuas di bawah salah satu meja makan yang berbentuk bundar.

“Kayaknya ini deh tuas buat balikin ini semua normal”. Ujar Kana yakin.

“Mau coba tarik ndak?”. Tanya Elka dengan sedikit ragu-ragu. Belum sempat mereka menarik tuas itu, muncul pesan yang dikirim oleh anonim tadi pagi di Hp Elka.

『Selamat! Kalian telah menemukan tuas untuk membuat semua ini kembali normal seperti sedia kala! Jujur aku kaget kalian bisa menemukannya dalam waktu sesingkat ini. Tapi, saya Informasikan kepada kalian bahwa syarat terakhir adalah salah satu dari kalian harus tinggal di dalam putaran waktu ini. Putuskan baik-baik siapa yang akan tinggal』

Mereka berdua tertegun, diam seribu kata. Rasa takut, cemas, panik bercampur aduk menjadi satu di dalam hati mereka. Mereka berdua saling tatap, rasa sedih yang mendalam terlihat jelas di mata mereka karena tahu salah satu dari mereka harus tinggal.

"Elka... i-ini s-serius?". tanya Kana terbata, matanya membesar penuh ketakutan.

Elka hanya mengangguk, masih terpaku, seolah pikirannya belum sempat mencerna kenyataan yang barusan menampar mereka.

"B-Berarti... s-salah satu dari kita...". Suara Kana goyah, matanya mulai berkaca-kaca.

Elka hanya mengangguk pelan—cukup untuk bikin suasana makin sunyi.

“Kana, Mau coba tarik samaan ndak? Siapa tau ada yang beda”. Ujar Elka lirih, mencoba menawarkan solusi.

“Emang bakal ada yang beda?”. Jawab Kana dengan ragu.

“Ya, harusnya… Dan semoga itu hal yang baik…”. Ujar Elka meyakinkan.

Terlihat jelas Keraguan dalam ekspresinya. Dia bimbang memilih antara mengikuti saran Elka, atau memikirkan solusi lain yang lebih masuk akal. Dia diam selama beberapa saat, sampai dia melihat tulisan kecil, sangat kecil di tuas itu yang berbunyi Yang terakhir menarik tuas ini akan tetap tinggal, dan yang lainnya dapat kembali dengan selamat. Ia memantapkan tekadnya, dan berkata “Apapun yang terjadi, pokoknya jangan nyesel ya?”.

Elka menatap kena, ada sesuatu yang ganjil di hatinya. Tetapi dia mengangguk dan memantapkan tekadnya.

Mereka memegang tuas itu bersama, Elka berhitung satu sampai tiga sebagai isyarat. Namun, pada saat sudah tiba waktunya, Kana sengaja menarik tuas lebih lambat dari Elka, disaat tuas yang dipegang oleh Elka sudah ditarik sempurna, muncul sebuah suara yang menyampaikan

『Elka telah dipilih untuk kembali. Kana akan tetap tinggal』

Elka langsung membeku, ekspresinya menegang, rasa panik menjalar di sekujur tubuhnya, dia menyadari bahwa Kana telah menipunya.

Disaat dunia sudah mulai berubah, waktu sudah mulai kembali berjalan, Elka panik dan mencoba menarik Kana pergi bersamanya. Tetapi batas antar dunia sudah mulai memisahkan mereka. Elka berteriak

“Penipu! Katanya kita akan pulang bareng! Jahat!”.

Kana hanya tersenyum kecil, air mata mulai mengalir di pipinya.

“KENAPA! KENAPA KANA!?”.

“Karena… Aku ingin kamu tetap hidup. Aku sudah banyak ngerepotin kamu, tapi… Kamu masih tetap nerima aku. Kamu tetap baik sama aku, kamu tetap mengikuti segala permintaan konyol ku, kamu selalu meladeni kata-kata konyol yang kuucapkan. Jika bukan saat ini lantas… Kapan aku bisa balas budi sama kamu?...”.

"Jangan lupain aku ya...".

Suaranya pecah di akhir kalimat, gemetar, seolah setiap katanya dipaksa keluar dari hati yang retak.

Air mata jatuh deras sekarang, dia tidak bisa membendungnya lagi. Ia menunduk, menggenggam bajunya sendiri erat-erat… saat semuanya perlahan menjauh.

Elka mengangkat tangannya. Terlambat.

Dia hanya bisa menatap wajah yang perlahan hilang di antara bayangan.

★★★

Elka melihat semua orang seperti biasa, tetapi rasanya kosong. Tempat duduk-nya masih ada tetapi tidak ada yang ingat dia pernah ada. Elka mencoba mengingat-ingat muka Kana, tetapi perlahan bayangannya mulai memudar. Dia melihat goresan samar di meja kantin-goresan yang ditinggalkan Kana sebelum pergi.

Maaf ya aku ndak bisa makan Omurice nya…"

FINN

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Misteri
Cerpen
Last Saturday
Elkanara K.
Cerpen
Bronze
Saldo anda Rp.0
Ron Nee Soo
Novel
Pasar Malam Terkutuk
Yaraa
Novel
Kematian Misterius
MuhammadMisbakhulMunir
Flash
Telah Pergi
Via S Kim
Flash
Terkurung
Diyanti Rita
Flash
Fenomena alam
Mahmud
Novel
RENTENIR: PEMBURU KEBENARAN
Novi Assyadiyah
Novel
The Painting On The Wall
Ma'arif
Flash
Hanya mimpi
Mahmud
Cerpen
Petualangan Bersama Kelinci
zahra alisha nurrachma
Cerpen
08 Air Suci
Bima Kagumi
Cerpen
Bronze
Pengabar Kematian
Omius
Flash
Tamu dari Venus
Handi Yawan
Cerpen
RENCANA TERAKHIR
Setiyarini
Rekomendasi
Cerpen
Last Saturday
Elkanara K.