Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Langit Tak Selalu Gelap
1
Suka
21
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Prolog: Lima Kali Gagal

Langit sore itu mendung, seperti hatinya. Laptop di pangkuan Alam memunculkan satu notifikasi email. Ia sudah tahu isinya bahkan sebelum membuka. Tangannya gemetar sedikit, meskipun ia mencoba tenang. Ditekanlah ikon amplop itu, dan terbukalah pesan yang telah ia tunggu selama berminggu-minggu.

> "Dear Alam Prasetya,

Thank you for applying to Harvard University…

We regret to inform you that..."

Selesai. Itu yang kelima. Lima kali mencoba. Lima kali juga ia gagal. Rasa sesak merayap ke dadanya, perlahan tapi pasti, seperti kabut yang tak diundang. Tangannya menutup laptop pelan. Bukan karena tak bisa menerima, tapi karena hatinya mulai lelah.

Di luar kamar, suara ibunya memanggil dari dapur. “Lam, kamu mau teh hangat?”

Alam menggumam, “Nanti, Bu.”

Ia bersandar ke dinding, memandangi atap. Kosong. Tak ada kata yang bisa ia rangkai untuk menjelaskan perasaannya saat itu. Tapi dari jauh, ada gema kenangan masa kecilnya. Tertawa… ejekan… lemparan penghapus… tangisan.

Itu bukan kali pertama ia merasa kalah.

Sudah sejak kecil, hidupnya penuh dengan perasaan ditolak. Dulu waktu SD, teman-temannya sering memanggilnya dengan nama-nama aneh “Anak Miskin Jenius,” salah satunya. Seolah otaknya yang encer adalah sebuah kutukan karena ia tak punya uang untuk beli sepatu baru.

Namun anehnya, di setiap penolakan, ada seseorang yang tak pernah menolak: Ibunya. Ayahnya. Irfan teman kecilnya. Dan itu yang membuatnya belum sepenuhnya menyerah.

Alam menarik napas dalam. “Ya udah, Harvard... mungkin kita memang belum berjodoh.”

Ia menatap jendela. Langit mulai gelap, tapi ia tahu, di balik awan kelabu itu, matahari tetap ada.

Bab 1: Masa Kecil yang Pahit

Alam masih ingat bau bangku kayu itu. Meja tua dengan goresan-goresan nama yang tak jelas, dan papan tulis hijau yang mulai mengelupas di sudut-sudutnya. SD tempat ia menimba ilmu dulu mungkin tak akan masuk daftar sekolah favorit siapa pun. Tapi di sanalah semuanya bermula kenangan, luka, dan pelajaran yang tak ada di buku paket.

Alam kecil bukan anak yang suka ribut. Ia tipe yang lebih sering diam, menatap dari jauh, mencatat dalam hati. Bajunya tak pernah baru, sepatu warisan kakaknya sudah tak ada sol bagian belakangnya, dan tasnya sebuah tas lusuh yang dulu hadiah dari sekolah sering sobek di bagian resleting. Tapi satu hal yang selalu ia bawa pulang utuh: nilai sempurna di lembar ujian.

Di kelas, Alam adalah anak yang selalu duduk paling depan. Bukan karena rajin semata, tapi karena duduk di belakang berarti jadi sasaran empuk Lusi dan Darwis. Mereka akan menyembunyikan buku, menjambak rambut, kadang bahkan mencoret punggungnya dengan spidol saat guru tak melihat.

"Anak miskin sok pintar!" begitu Lusi tertawa saat nilai ulangan Alam diumumkan tertinggi.

Darwis menimpali, “Ngapain rajin, lulus juga ujung-ujungnya nyangkul!”

Tawa mereka menggema, membuat wajah Alam memerah, bukan karena marah, tapi malu. Ia tak mengerti apa salahnya jadi pintar. Ia tak pernah membanggakan nilainya, tak pernah merendahkan teman. Tapi tetap saja, tiap keunggulannya jadi bahan ejekan.

Anggi, yang sering ikut-ikutan, suka menarik tas Alam saat pulang sekolah....

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Ribet!
Ulya Nura
Novel
Gold
KKPK Marley Days With Me
Mizan Publishing
Novel
Bukan Tulang Punggung
Anggie Amelia
Cerpen
Bronze
Bukan Cerpen Mellow
Herumawan Prasetyo Adhie
Cerpen
Bronze
Hal yang Selalu Dipikirkan Siswa adalah Pulang
Ron Nee Soo
Cerpen
Bronze
Langit Tak Selalu Gelap
Muhamad Irfan
Novel
Bronze
Dirgalara
Chris Aridita
Novel
It's Ok, I'm Good
rara
Cerpen
Memahat Jalan
Ron Nee Soo
Novel
Like It
Jeni Hardianti
Novel
Bronze
Tarian Pelangi
Enang Rokajat Asura
Skrip Film
Wonderful Miss A
Noor Cholis Hakim
Cerpen
Perjalanan Meraih Cita-cita
Indah Komala
Skrip Film
JEJAK HATI
Sonny Budi
Novel
Gold
KKPK Kembaran Mama
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Langit Tak Selalu Gelap
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
The Killer
Muhamad Irfan
Cerpen
Bronze
Sunyi
Muhamad Irfan