Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Langit Malam
33
Suka
685
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

 

Kau salah...

Langit malam tak segelap yang kau kira

Dia mempunyai warnanya sendiri

Tidak gelap, tidak juga terang

Warnanya menenangkan

Sama sepertimu

Aku menghampirinya lagi hari ini. Shilla Shakira. Sosok pendiam namun sangat menyenangkan saat kau mengenalnya. Sudah seminggu sejak aku sengaja menabraknya di perpustakaan hanya untuk berkenalan dengannya. Perpustakaan ini adalah tempat dimana aku selalu bisa menemukan dia. Seseorang yang ingin aku masuki kehidupannya.

Saat memasuki perpustakaan, mataku langsung tertuju pada wanita yang memakai hoodie berwarna hitam, bercelana jeans, dan rambutnya seperti biasa diikat namun berantakan. Aku menepuk pundaknya.

“Kamu kesini lagi?” ucapnya dengan suara kecil setelah menoleh.

“Gak boleh apa? Inikan tempat umum. Lagian aku sering kesini, kamunya aja yang gak sadar,” aku mengecilkan suaraku juga sambil duduk di sampingnya.

Kami menghabiskan waktu satu jam di perpustakaan dengan kegiatan masing-masing. Dia mempelajari mata kuliahnya, dan aku membaca novel sambil sesekali memperhatikannya.

Kami berada di kantin kampus sekarang, membicarakan hal-hal biasa, absurd, random, dan terkadang hal yang paling serius. Obrolan yang bisa berlangsung berjam-jam ini membuatku semakin menyukainya. Setiap berbicara dengannya membuatku semakin menyadari bahwa dia berbeda dari wanita kebanyakan, dia unik.

Aku mengantarnya pulang sekitar jam lima sore. Bahkan di perjalanan pun kita masih terus berbicara satu sama lain, membicarakan hal sederhana namun sangat berarti. Sesampainya di rumah Shilla, dia menawariku untuk mampir ke rumahnya. Tapi sayangnya aku mempunyai janji penting hari itu.

Hari-hari berikutnya kita semakin dekat, semakin mengenal satu sama lain. Segala hal yang ada pada dirinya semakin menarik di mataku dan perasaanku semakin bertumbuh besar. Sudah 2 bulan sejak pertama kali kita menatap satu sama lain. Dan hari ini aku mengungkapkannya.

Malam hari sekitar jam 8 malam aku menjemputnya untuk pergi ke tempat yang istimewa untuknya. Hatiku berdegup kencang sekarang, aku telah berada di depan pintu rumahnya. Samar-samar aku mendengar suara teriakan dari dalam rumah.

“Apa maksudmu aku terlalu mengaturmu? Yang lebih banyak mengatur adalah kau. Bahkan aku sulit untuk bertemu teman-temanku karenamu. Kau pikir aku bahagia dengan semua itu? Kau memang egois,” ucap seorang perempuan yang sepertinya adalah ibu Shilla. 

“Yang kau lakukan adalah memang tugasmu sebagai ibu rumah tangga bukannya aku mengaturmu. Lagipula saat kau pergi dengan teman-temanmu itu hanya menghabiskan uang yang telah kuperoleh dengan keras. Kau pikir mencari uang itu mudah?” Suara lelaki itu juga tidak kalah tinggi dari ibu Shilla.

“Menghabiskan uangmu? Aku juga mempunyai penghasilan sendiri dari hasil kerja kerasku. Jangan mentang-mentang kau lebih memperoleh banyak uang kau jadi se-enak-enaknya pada kami. Bahkan Shilla, anakmu sendiri, kau menamparnya hanya karena dia ingin kau lebih memperhatikannya. Apa salah seorang anak menginginkan perhatian dari ayahnya? Kau pun tak melarangnya ketika dia pergi. Apa itu tugas kepala keluarga?” Bela ibu Shilla.

Shilla, dia terluka. Tapi dia kemana sekarang? Aku menelponnya berulang kali, tapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencarinya di sekeliling rumahnya karena sepertinya dia belum terlalu jauh. Shilla, kamu dimana? Aku tahu itu sakit jadi aku mohon bertahanlah sebentar lagi, aku akan menemukanmu.

Langit perlahan membasahi bumi, lalu berubah menjadi deras seiring berjalannya waktu. Dan aku masih belum menemukan Shilla. Aku mengingat-ingat tempat yang sering Shilla bilang saat sedang bercerita, dan tempat itu, aku mengingatnya. Aku membelokkan motorku dan pergi kesana.

Danau, kau ada disini sekarang. Berdiri membelakangiku, kau menangis namun tak begitu kencang. Kenapa kau menahan tangismu? Jika kau ingin menangis, maka menangislah karena aku ada disini.

Aku menghampirinya lalu memeluknya dari belakang. “Tak apa. Aku disini. Jadi jangan takut.” Seketika tangisnya pecah, dia memutarkan badannya dan memelukku. Ya seperti itu, menangislah sekencang apapun karena hatimu harus jujur kepadamu.

Aku membawanya berteduh. Kami benar-benar basah kuyup, hujan pun sangat deras ditambah udara yang sangat dingin. Aku melihat sekeliling dan menemukan sebuah warung kecil. Aku menyewa tiga selimut yang memang disewakan untuk orang yang camping disana, dan juga membeli minuman hangat. Aku menghampiri Shilla yang kedinginan. Dia melihatku sambil tersenyum, tapi matanya tidak, matanya menyiratkan kesedihan. Aku mengeluarkan selimut-selimut dari plastik dan menaruh dua selimut di badannya, memberinya minum lalu duduk dan memakai selimutku.

“Makasih udah ada disini,” ucapnya.  

“Iya, tapi lain kali kalau mau kabur bilang dulu. Jadi gak perlu waktu lama untuk nemuinnya.”

“Itu namanya pamit, bukan kabur,” sanggahnya.       

“Kaburnya kan bukan kabur dari aku, jadi kamu harus pamit ke aku kalau mau kabur.”

“Kamu tau gak kenapa aku gak mau keluar malam-malam?” Tanyanya.

“Karena kamu penakut,” ledekku.     

“Bukan itu,” ucapnya kesal.

Aku melihat ke arahnya, “terus kenapa?”

“Karena langit malam itu gelap, sangat gelap. Langit malam juga pernah ngambil seseorang yang sangat berharga untukku, kakakku. Waktu masih kecil, aku sama dia pernah tersesat di hutan, malam hari. Ntah gimana awalnya, kita berdua kepisah, dia hilang, dan aku ditemuin saat dalam keadaan pingsan. Paginya aku bener-bener ngamuk, aku mau lari ke hutan itu lagi tapi mereka ngelarang aku. Mereka bilang mereka udah nyari kemana-mana tapi kakak masih belum ketemu. Bahkan sampai sekarang, aku gak tau dia dimana, dia masih hidup atau nggak. Tapi yang pasti, aku yakin kalau dia ada disini semuanya bakal berbeda. Menjadi lebih baik. Keadaan rumah, diri aku, dan hati aku,” dia menceritakan segalanya.

Shilla menceritakan hal ada di hati terdalamnya, sosoknya bertambah lagi dalam pandanganku. Sosok ceria yang aku cintai ini ternyata punya sekelumit cerita masa lalu yang sangat berarti.

“Tapi berkat dia juga aku lebih mandiri. Ngelakuin semuanya sendiri, tanggung jawab, masalah, dan segalanya. Dia pernah bilang ‘Kau harus menjadi mandiri walaupun kau mempunyai banyak orang di sekitarmu yang akan membantu. Karena mereka juga punya kehidupan sepertimu, itu artinya kau juga harus membantu mereka bukan hanya mereka yang membantumu’. Dan sekarang ada kamu, ada sosok kakak di diri kamu. Melindungi aku, ada untuk aku, ngasih tau aku mana yang baik dan yang enggak,” lanjutnya.        

“Nggak bisa ya kalau aku jadi sosok yang lebih dari sebatas kakak, teman, atau sahabat?” Ucapku sambil melirik ke arahnya, dia masih memandang lurus ke depan. “Aku pengen jadi sosok yang kamu rela ngabisin seluruh waktu kamu asalkan itu sama aku. Not just be your brother or your friend,” lanjutku.

You more than that for me,” ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

Malam itu kita tertidur di tempat berteduh. Pagi harinya, aku terbangun dan menyadari bahwa Shilla telah bangun lebih dahulu. Tubuhku terasa berat akibat hujan kemarin. Aku mencari Shilla di sekitaran danau. Itu dia. Duduk bersila sambil bersandar di pohon besar. Matanya terpejam rapat. Aku duduk disampingnya dan melakukan hal yang sama.    

“Cepet banget bangunnya,” ucapku.  

“Kamu aja yang tidurnya kelamaan,” seperti biasa Shilla dan hal randomnya.

“Ohh iya, kamu bilang lagit malam itu gelap, kan?”

Dia mengangguk.

“Kamu salah. Gak semua langit malam itu gelap, bahkan gak langit malam yang benar-benar gelap. Mereka cuman ketutup sama awan hitam, kaya kemarin. Dan warna langit itu not too dark, also not too bright. Warnanya menenangkan. Sama kaya kamu”.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@milasarmila : Terima kasih :)
@lintangadi : Terima kasih :)
Bagus banget ini.
suka.
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
Langit Malam
Elysiaaan
Novel
Bronze
Seusai Reda
Siti Ulumiah
Novel
Blue
Maria Rosa
Flash
Bunga untuk Mama
myollaa
Novel
Bronze
The Pianist
Luluk Mujiati☑️
Novel
Gerimis
Tinta Emas
Novel
Gold
KKPK Magic and Friendship
Mizan Publishing
Novel
Bronze
Rindu Yang Tak Terlihat ~Novel~
Herman Sim
Komik
Bronze
Mimpi ku
Novita javanese
Flash
Rangga
Affa Rain
Novel
Bronze
Yang Terbuang
silvi budiyanti
Novel
Bronze
Di Malam yang Sangat Dingin
Putri Zulikha
Novel
Gold
Tukar Tambah Nasib
Falcon Publishing
Novel
One Hour's
Nisaul Mardiah
Novel
Bronze
DENDAM
Bhina Wiriadinata
Rekomendasi
Cerpen
Langit Malam
Elysiaaan
Flash
Pupa
Elysiaaan
Cerpen
Dunia Sang Penjelajah
Elysiaaan
Cerpen
Melampaui Batas
Elysiaaan
Flash
Penerimaan Rasa
Elysiaaan
Cerpen
Malioboro, dia menghilang
Elysiaaan
Cerpen
Langit dan Jaraknya
Elysiaaan
Cerpen
Just One Person
Elysiaaan
Flash
Api dalam Hujan
Elysiaaan