Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Drama
Bronze
Lampu Jalan dan Sepasang Mata yang Tak Pernah Lelah
0
Suka
13,415
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, lampu jalan di ujung gang tetap menyala, memberi sedikit penerangan di tengah kesunyian. Namun, ada sesuatu yang berbeda malam itu. Di bawah cahaya kunir yang redup, sepasang mata terlihat menatap dari balik bayangan, tak pernah lelah meski waktu terus berjalan.

Lina duduk di bangku taman dekat lampu itu. Rambutnya tergerai, sesekali ditiup angin yang sejuk, membawa aroma tanah basah setelah hujan ringan. Matanya tidak berpindah dari jalanan yang kosong, namun sepertinya ia tak benar-benar melihat apapun. Pikirannya terjebak pada kenangan yang tak pernah bisa dilupakan.

Setiap malam, dia kembali ke tempat ini, tempat pertama kali ia bertemu dengan Adi. Sebuah pertemuan yang tidak sengaja, namun mengubah segalanya. Mereka berbicara di bawah lampu jalan ini, berbagi tawa dan cerita, hingga akhirnya cinta tumbuh tanpa mereka sadari. Namun, itu semua sudah menjadi kenangan. Adi telah pergi, meninggalkan Lina dengan rasa yang tak bisa dimengerti.

Seiring berjalannya waktu, Lina sering datang ke sini, bukan untuk menunggu Adi kembali, tetapi untuk merasakan kehadirannya dalam setiap detil malam yang ada. Ia merasa seperti lampu jalan itu—selalu ada, tetap menyala, tapi sepi. Hanya kenangan yang setia menemani.

Malam itu, seperti biasa, ia duduk, menunggu sesuatu yang tak pasti. Mungkin keajaiban, atau mungkin hanya sebuah alasan untuk tetap bertahan. Dalam keheningan, suara langkah kaki terdengar mendekat. Lina mengangkat wajahnya, menoleh perlahan, berharap itu adalah Adi. Tapi tidak. Seorang pemuda dengan jaket biru tua dan tas hitam melintas begitu saja, tidak menyadari kehadirannya.

"Apakah kamu masih menunggunya?" sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

Lina terkejut. Ia menoleh dan melihat seorang wanita tua berdiri di dekat pagar taman, memandangnya dengan mata yang penuh pengertian.

"Menunggunya?" Lina terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Entahlah. Mungkin. Tapi aku tidak tahu apa yang kutunggu lagi."

Wanita tua itu tersenyum lemah, mendekat, lalu duduk di samping Lina. "Terkadang, kita tidak tahu apa yang kita cari. Tapi yang jelas, waktu akan tetap berjalan. Seperti lampu jalan ini, meski malam datang dan pergi, ia tetap menyala. Begitu juga dengan hati. Ia tak akan pernah lelah, meski kadang terluka."

Lina memandang wanita itu, merasakan sesuatu yang menenangkan dari kata-katanya. Seperti ada kedamaian yang perlahan datang, mengusir kekosongan yang telah lama mengisi hati Lina.

"Apakah kamu juga pernah merasakan kehilangan?" tanya Lina, suara seraknya hampir hilang tertelan angin malam.

Wanita tua itu mengangguk, matanya penuh kenangan. "Setiap orang pernah merasakannya. Tapi ingatlah, kita tidak sendirian. Cinta tidak pernah benar-benar pergi. Ia hanya bersembunyi dala...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp6.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Cerpen
Bronze
Lampu Jalan dan Sepasang Mata yang Tak Pernah Lelah
Rudi Ardi Hamzah
Novel
Gold
The Magic Library
Mizan Publishing
Novel
Me VS Grandma
Andi Nurul Annisa
Novel
Bronze
Steviana
Kiki Misgiarti
Novel
Sang Kelana
Fadhli Amir
Novel
Someday
Weni Dwi Susanti
Novel
Bronze
JALAN BUNTU
KUMARA
Novel
Bronze
Ratu, 25 Tahun Kemudian
Rizky Brawijaya
Novel
Bronze
Yona dan Kehidupan Dasar Laut
🕯Koo Marko✨
Novel
Mochi Messages
Fairamadhana
Flash
Bronze
Daun Kelor
Choirunisa Ismia
Flash
Bronze
Masalah Jiwa
Keita Puspa
Novel
Gadis Kota
Tesa 08
Novel
Bronze
Tuhan, Mengapa Harus Alam yang Berbeda
ARYA SIDIQ
Novel
Bronze
Jerat Luka Di Lembah Duka
Tirabella
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Lampu Jalan dan Sepasang Mata yang Tak Pernah Lelah
Rudi Ardi Hamzah
Cerpen
Bronze
Hujan di Balik Langit Cerah
Rudi Ardi Hamzah
Cerpen
Bronze
Jejak Kaki di Pasir yang Terhapus Angin
Rudi Ardi Hamzah