Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Slice of Life
Lala si Perempuan Hebat
0
Suka
71
Dibaca

Padang, 2 Oktober 2021

Aku dijemput oleh teman perempuanku di kos menuju Pantai Padang, sebetulnya tempat itu lebih populer disebut Taplau alias tapi lauik (Bahasa Indonesia: tepi laut). Kami akan melakukan pertemuan pertama bersama “sirkel” perkuliahan berisi Aku, Lala, Vici, Fanny, Aldi, dan Passa. Passa saat itu belum ke Padang, ia masih di Medan, pun Fanny ia masih di Pekanbaru. Perempuan yang menjemputku tadi bernama Lala.

Pertemuan dengan Lala kala itu cukup lucu jika diingat lagi. Mana aku tahu kalau ternyata Lala dan sirkel Lampture kami akan merayakan ulang tahun ke-19 ku di Taplau. Karena aku belum bisa mengendarai motor waktu itu, Lala bertugas memboncengku menuju Taplau. Sedangkan Vici akan pergi bersama Aldi. Ternyata aku dan Lala tiba pertama di Taplau dan itu adalah skenario mereka. Lala menahanku di tempat perayaan ulang tahun, sedangkan Vici dan Aldi mengambil pesanan kue untuk memberiku kejutan.

Ketidaktahuanku akan kejutan itu membuat aku biasa saja menunggu teman-teman yang lain tiba. Bukan hal yang sulit bagiku untuk mengajak Lala mengobrol, walau kami selama ini kuliah online tapi sebelumnya kami pernah bertemu sekali saat ramah tamah FISIP. Lagi pula kami sudah lebih dari setahun akrab di perkuliahan daring.

“Lak … Langitnya bagus, coba deh kamu berdiri di sana, biar aku fotoin,” tawarku pada Lala yang mulai diam, alias tak punya bahan obrolan lagi.

Lala menurut, ia berdiri di atas bebatuan Taplau yang khas, mirip—salah satu latar tempat di drama korea Goblin.

Cekrek ..!

Aku berhasil menangkap potret diri lalak yang berdiri dengan latar sunset di Pantai Padang. Tapi, bukan hanya itu latar belakangnya, ada laki-laki yang sedang berdiri jauh di belakang Lala. Laki-laki-laki itu juga masuk frame—sengaja aku masukkan sebetulnya.

“Gilak, udah punya foto prewed aja lak semester 3 gini.”

Lala mendekat dan melihat hasil potretanku, “Hahaha … Kebetulan banget, bisa pas gitu ya,” Lala tertawa melihat karya fotografi itu. Terdengar canggung tapi bukan tawa basa-basi. Ternyata tawa Lala demikian karena sudah melihat Vici dan Aldi di belakangku. Mereka membawa kue ulang tahun yang api di lilinnya sulit tenang melawan angin laut. Lala takut aku menoleh, tolonglah … itu lucu sekali.

Singkat cerita kejutan berhasil, aku menerima kue dan kado dari teman-teman Lampture. Waktu itu ikut juga Inul, yang saat itu belum tergabung ke sirkel Lampture. Ia datang membawa hadiah berisi sepatu untukku. Di dalam totebag berisi sepatu itu ada notes yang ditulis menggunakan sandi huruf. Histeris dan antusias Lala, Vici, dan Aldi menerjemahkan isi notes tersebut.

Ya .. ini core memory ku tentang Lalak di awal-awal pertemanan tatap muka kami. Sekarang sudah bukan Oktober 2021 lagi. Waktu terus berputar hingga tulisan ini aku buat pada tanggal 3 Mei 202, hampir empat tahun sejak kejadian di Taplau itu. Sekarang adalah hari kelulusannya Lala, alias Lala berhasil wisuda hari ini.

Aku menulis tulisan ini tepat di depan posisi Lala di rias untuk hari pentingnya ini. Ya! Lala berias di kos ku. Semalam ia menginap. Ku beri tahu, Rumah Lala itu jauh sekali beda kota. Kalau kalian mau cek jaraknya coba atur pencarian di Google-Maps jarak dari Bandara Internasional Minangkabau, di Padang Panjang, kemudian tautkan ke Universitas Andalas di Limau Manis. Itulah jarak yang harus Lala tempuh selama ini. Bukan hanya untuk berwisuda hari ini. Tapi ia sering pulang-pergi antar kota itu untuk mengenyam pendidikan strata satu Ilmu Komunikasi.

Hebat.

Satu kata itu merangkum semua pendefinisianku untuk Lala. Aku bersaksi bahwa Lala adalah orang yang memiliki manajemen waktu yang baik. Rumahnya yang jauh tidak menjadi alasan untuknya telat tiba di kelas. Bahkan, tak jarang kami yang sering menumpang pada Lala yang ia tunggu—sungguh kurang ajar. Jarak yang jauh itu juga tak mengendurkan semangat Lala untuk berkumpul bersama kami saat ada ajakan main.

Aku seperti melihat jiwa bebas yang pemberani di dalam diri Lala. Fisiknya sudah terlatih untuk menjadi perempuan yang tahan angin jalanan. Mengarungi jalanan berdebu, melawan terik, menerabas hujan. Tak jarang ketika kurang enak badan tetap menyelesaikan hal-hal yang harus ia lakukan, seperti masa-masa penyelesaian skripsi waktu itu. Aku ingat sekali saat Lala curhat tentang narasumber penelitiannya yang cukup sulit digali informasi darinya. Lala tetap berusaha menggapai narasumber-narasumbernya di tengah kondisi tubuh yang kurang fit. Huft … Seperti cambukan untuk aku yang … Jujur kadang sangat santai dengan timeline perkuliahan ini padahal sudah memasuki masa-masa renta menjadi mahasiswa.

Lala, terima kasih ya sudah memberikan teladan untukku tanpa sadar. Banyak … Banyak sekali hal yang aku pelajari dari Lala. Terlebih tentang kejujuran. Jujur dengan perasaan. Lala seringkali mengirimiku pesan personal untuk mencurahkan isi hatinya. Tanpa ragu ia mempercayakan keluhan yang menggerogoti hatinya padaku. Kata-kata yang jujur tanpa takut penghakiman dariku. Aku iri. Iri sekali dengan orang seperti Lala yang bisa jujur dengan manusia lainnya seperti ini. Jujur saat ia kecewa, jujur saat ia sebetulnya mengharapkan suatu hal, jujur saat dia membenci ketidakadilan. Hei, itu hal yang keren. Aku bangga bisa diperlihatkan berbagai sisi kehidupan Lala.

Berteman dengan perempuan seperti Lala membuatku sadar bahwa menjadi kuat itu adalah keharusan. Tapi, mengalami rapuh itu juga bagian dari diri manusia.

Lak …

Terima kasih karena tetap mempercayai aku di saat orang-orang mulai meragukan diriku ini. Terima kasih sudah mengingatku disaat kamu merasa butuh pendengar. Terima kasih karena masih mau meminta solusi dariku yang masih perlu banyak belajar ini.

Lak …

Makin hari memang tampaknya kita sudah mulai memiliki kehidupan masing-masing. Kamu yang sudah mulai mempersiapkan diri untuk kehidupan pasca kampus. Aku yang berproses untuk bisa mengikuti jejakmu menamatkan perkuliahan ini. Aku sadar waktu akan terus berputar dan kaki kita akan terus melangkah menuju masa depan masing-masing. Tapi, Lak …

Egois tidak kalau aku minta untuk terus diingat?

Tak perlu dengan mengirimiku pesan setiap hari, tak harus juga sebetulnya dengan mengucapi ulang tahun setiap tahun. Aku hanya ingin diingat dalam satu ruang di bilik hatimu. Kecil saja ruangnya tak apa. Di ruang itu aku ingin diingat melalui doa-doa baik yang ku percayakan diksinya padamu. Jika nanti tiba hari kamu mendengar namaku sudah tertulis di sebuah 'papan'. Aku ingin doamu menyertai istirahatku itu. Boleh kan?

Waduh, gawat aku jadi sedikit berlinang menuliskan ini. Tapi umur tidak ada yang tahu dan ini mungkin semacam wasiatku ya Lak. Ajak anak-anak Lampture untuk mengirim doa untukku kalau nanti kabar yang ku sebut tadi terjadi. Ini semacam langkah preventif saja sebetulnya Lak, bukan rencana yang sudah ku persiapkan matang-matang. Tenang, aku masih semangat melanjutkan hidup, hihi ...

Berat rasanya ingin membuat paragraf penutup tulisan ini. Aku masih mau mengabadikan setiap kenangan di tanggal yang sudah berlalu. Kepala orang sepertiku ini berisi api yang sewaktu-waktu bisa menyambar kenangan itu, tak mau aku kehilangan memori indah di masa transisi menuju dewasa ini. Kenangan tentang perjalanan menuju Pantai Pasir Jambak saat ulang tahun Lala, kenangan saat menyaksikan motor Lala yang melesat cepat ke kampus saat tubuh vici belum sempat hinggap di scoopy hitamnya—aku, Vici, dan Inul sampai membalap bonceng tiga mengejar pebalap Padang Panjang ini.

Bagaimana ini?

Aku tidak rela mengakhiri tulisan ini. Seperti masih mau mengingat apa saja yang harus aku abadikan di sini. Ternyata fase mengenang itu sudah tiba ya ... Semoga kita masih punya waktu tertawa dan bercanda di tengah repotnya hari-hari ke depan Lak. Kalau kamu merasa kosong, sedih, hampa, itu hal yang wajar. Ada waktu-waktu kita perlu menyadari ke kosongan diri kita, agar bagian kosong itu bisa menggemakan rindunya Tuhan pada kita yang barangkali sering tidak menyepelekan panggilannya. Ada masanya sedih itu harus membasahi jiwa, agar hati tidak layu dan bibir kita basah dengan ucapan yang memohon ketenangan. Ada masanya hampa itu harus diakui, agar kita menyadari mahalnya kebersamaan yang dulu pernah hinggap di rutinitas.

Lak ...

Untuk langkah-langkah kecil yang sedang kau pelajari saat ini, aku doakan selalu dalam penjagaan Allah. Rencana karir, asmara, hingga kehidupan bermasyarakatmu, semoga dilindungi dari hal-hal jahat dan merugikan. Jangan sepelekan suara-suara yang ingin di dengar dari palung hatimu, suara-suara keraguan berarti perlu kau pertimbangkan, 'apakah harus bertahan atau meninggalkan sebuah niatan?'

Mungkin kalau terlalu sulit di cerna sekarang, tapi semoga suatu saat kalimat tanya itu akan membantumu untuk menyadari apa yang betul-betul kau butuhkan dalam hidup ini. Semoga ...

Lak ...

Tulisan ini harus berucap pamit, semoga lelahmu kemarin adalah modal untuk senyum dan syukur di kemudian hari. Sekali lagi selamat atas pencapaianmu yang patut dirayakan ini Lak, selamat sudah bergelar S.I.Kom. Aku doakan hal-hal baik selalu menyertai masa depanmu, sukses selalu perempuan hebat!

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Slice of Life
Cerpen
Lala si Perempuan Hebat
Firlia Prames Widari
Cerpen
Bronze
Hari Batih Hani
Melyuchan
Cerpen
Bronze
RAHASIA 17 TAHUN
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Bronze
Surat dari Jakarta
Ron Nee Soo
Cerpen
Counter Clockwise
Nida C
Cerpen
Kisah Masa Orientasi Sekolah
Nadia Safa Nurmalacita
Cerpen
Bronze
KE MANA SI MBAK?
Citra Rahayu Bening
Cerpen
Dua Wanita yang Berteduh
anjel
Cerpen
He's not just a green flag but teal green
Firlia Prames Widari
Cerpen
Selembar Dunia
Rafael Yanuar
Cerpen
Bronze
Rajo Angek Garang
Gia Oro
Cerpen
Bronze
Ibu dan Segala Kompleksitasnya
Siti Aminatus Solikah
Cerpen
Bronze
Ini tentang Cinta; Mati
Andriyana
Cerpen
Mama Mia
Rahmaaa
Cerpen
Bahasa Bunga
zain zuha
Rekomendasi
Cerpen
Lala si Perempuan Hebat
Firlia Prames Widari
Cerpen
He's not just a green flag but teal green
Firlia Prames Widari
Cerpen
Merayakan Nuha
Firlia Prames Widari
Cerpen
Belum Bisa Bertemu Tapi Bertamulah
Firlia Prames Widari
Novel
Bronze
Selamat Ulang Tahun
Firlia Prames Widari
Cerpen
Mengapa Aku Belum Ingin Mati?
Firlia Prames Widari