Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Komedi
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
0
Suka
3,461
Dibaca

Kabut putih memenuhi ruas jalan di sebuah kampung di pinggir Sungai Bengawan Solo. Titik-titik embun pun belum beranjak dari dedaunan. Seorang gadis dengan tubuh big size di atas sepeda motornya berjalan pelan menerobos kabut putih itu.

"Uhuk ... uhuk! Sialan! Siapa pagi-pagi sudah membakar sampah?" gerutu gadis itu sambil menepikan secara mendadak sepeda motornya. Dia tengak-tengok mencari sumber asap itu tetapi tidak ditemukannya. 

"Uuh, bau sangit semua nih, tubuhku! Mana baru mandi keramas lagi," kata gadis itu sambil menggoyang-goyangkan rambut sebahunya.

Sesaat kemudian gadis itu melanjutkan perjalanannya. Dia terlihat masuk ke sebuah halaman rumah dan memarkirkan sepeda motornya di bawah pohon jambu dersono. Sebuah papan nama terpampang di tembok atas teras rumah itu.

'Lady beauty salon. Potong rambut, facial, make up, semir, rebonding, dan creambath'.

"Mbokdhe! Mbokdhe Warsi! Belum buka, to? Aku mau make up!" teriak gadis itu. Mbokdhe adalah panggilan dalam bahasa Jawa untuk kakaknya ibu atau seorang wanita yang dianggap lebih tua dari ibunya sendiri.

"Iya, sebentar." Terdengar suara dari dalam rumah diikuti bunyi pintu dibuka.

"Oo, kamu, to, Lady Ciprut. Tumben pagi-pagi sudah mau make up. Ada acara apa?" tanya Mbokdhe Warsi, si pemilik salon sambil mempersilakan gadis itu untuk masuk. Gadis yang dipanggil Lady Ciprut itu tersipu malu.

"Ini lho, aku mau ketemuan sama seseorang ... eh, dua orang," jawab Lady Ciprut dengan gestur tubuh salah tingkah.

"Sama siapa? Cowok?" tanya Mbokdhe Warsi penuh selidik.

"Ya sama cowok to, Mbokdhe! Mosok sama cewek. Teneh jeruk mencium jeruk," jawab Lady Ciprut. 

"Kayaknya selama ini kamu belum pernah gandengan sama cowok," lanjut Mbokdhe Warsi sambil tersenyum.

"Kok gandengan? Kaya truk aja!" jawab Lady Ciprut sedikit sewot.

"Orang mana?" tanya Mbokdhe Warsi lagi.

"Orang jauh, Mbokdhe! Mereka berdua akan datang ke Solo dan aku akan menemuinya secara bergantian. Setelah itu aku akan menentukan pilihan," begitu kata Lady Ciprut sambil mengatur posisi duduknya di depan cermin besar. Sepertinya kursi itu terlalu sempit untuk pantat besarnya.

"Akhirnya kamu 'payu' juga ya, Lady Ciprut." 

"Ya, iyalah, Mbokdhe! Meskipun orang-orang sawah itu bilang tubuhku big size tetapi tetap terlihat menarik. Mereka juga bilang wajahku manis. Makanya aku dipanggil Lady. Lady Ciprut!" katanya sambil tersenyum manis.

Nama Lady Ciprut memang sudah dikenal luas di kampung itu. Terutama dikalangan orang-orang yang suka nongkrong di pos ronda dekat warung sayurnya Mbok Samiyem, yang disebut Lady Ciprut sebagai orang-orangan sawah.

"Hmm, siapa sih dua orang cowok itu, kok bisa-bisanya mereka memperebutkan dirimu?" tanya Mbokdhe Warsi sambil menyisir dan menata rambut Lady Ciprut.

"Mereka berdua itu pengusaha ... dan yang pasti ... mereka kaya!" jawab Lady Ciprut dengan mantap.

"Wah, beruntung kamu, Lady Ciprut!" Mbokdhe Warsi mulai mengoleskan pembersih wajah sebelum memulai me-make up wajah Lady Ciprut.

"Iya ... dan aku tidak mau salah pilih. Meskipun kaya tetapi mereka harus selalu perhatian padaku dan dapat membahagiakan serta menyejahterakan hidupku nantinya. Intinya dia harus bisa memenuhi semua kebutuhanku sesuai dengan janjinya-janjinya," jelas Lady Ciprut penuh harap.

"Oo ... begitu, ya."

Suasana hening ... percakapan terhenti sejenak ketika Mbokdhe Warsi melaksanakan tugasnya. Setengah jam kemudian selesai.

"He he he ... jadi wanita itu harus pandai memilih," kata Lady Ciprut sambil memiring-miringkan kepalanya mencari posisi yang pas buat selfi.

Cekrek ... cekrek ...! 

Terdengar bunyi kamera handphone Lady Ciprut. Dia kemudian menekan tombol bagikan. Foto Lady Ciprut dengan kepala miring dan mulut sedikit monyong itu pun segera tersebar di grup WA-nya. Dan tak lama kemudian grup WA Gadis Memasak dulu Sebelum Keluar Rumah pun geger.

"Blaik ...! Bukannya up load masakan malah Lady Ciprut sepagi ini sudah nyalon. Emangnya dia ndak masak dulu apa? Ini pelanggaran!" gerutu Gendhuk Tini ketika melihat kiriman foto Lady Ciprut di WA grup itu.

Dia segera mengomentarinya. Ditunggu beberapa saat tidak ada komentar balik, bahkan dibaca pun tidak. Akhirnya dengan hati mendongkol Gendhuk Tini mengeluarkan sepeda motornya menuju ke tempat Lady Ciprut yang sedang nyalon.

Sebentar kemudian Gendhuk Tini sudah sampai di salonnya Mbokdhe Warsi. Dia memarkirkan motornya di samping motor Lady Ciprut dan segera masuk ke dalam.

"Hei Ciprut! Kamu telah melanggar aturan grup Gadis Memasak. Kamu tidak boleh keluar rumah sebelum up load masakanmu!" kata Gendhuk Tini.

Mbokdhe Warsi dan Lady Ciprut terkejut mendengar teguran itu. Dari cermin besar terlihat Gendhuk Tini sudah berdiri di depan pintu rumah Mbokdhe Warsi sambil malangkerik—berkacak pinggang. Lady Ciprut pun semakin terkejut dibuatnya. Dia yang sedianya akan beranjak pulang tidak jadi mengangkat pantatnya dari kursi. Segera dia mengambil handphone dan membuka WA-nya.

"Oalaahh ...! Ternyata aku salah grup saat kirim fotoku tadi," katanya sambil tertawa sendiri.

"Lady Ciprut kamu tidak konsisten!" kata Gendhuk Tini menghentikan tawa Lady Ciprut.

"Maaf, Gendhuk Tini. Urusan ini lebih penting dari pada memasak. Aku akan bertemu dengan seseorang dan ini menyangkut masa depanku," kata Lady Ciprut pasang muka sedikit memelas.

"Aku tidak peduli!" kata Gendhuk Tini memotong pembicaraan Lady Ciprut.

Terjadi perdebatan di antara gadis suka memasak itu hingga terdengar dari luar. Tom Lugu dan Lik Gembul yang kebetulan lewat di depan salon untuk membeli nasi sayur di warungnya Mbok Samiyem menghentikan langkahnya. Mereka penasaran mendengar perdebatan di dalam salon Mbokdhe Warsi. Lebih penasaran lagi ketika mereka melihat motor Lady Ciprut dan Gendhuk Tini di parkir di sana.

"Lik, bukankah itu motor Lady Ciprut pujaan hatiku?" tanya Tom Lugu.

"Iya, Tom. Dan di sebelahnya itu motor Gendhuk Tini pujaan hatiku. Terus apa yang sedang mereka pertengkarkan di sana?" Lik Gembul pun merasa heran. Mereka kemudian masuk ke dalam salon melihat situasinya.

"Ada apa ini?" tanya Tom Lugu.

"Begini, Mas Tom. Lady Ciprut telah melanggar aturan grup Gadis Memasak dulu Sebelum Keluar Rumah," jawab Gendhuk Tini dengan emosi. Sesaat kemudian dia mengambil napas panjang untuk meredakan emosinya.

"Tapi ... lho? Saya kira Lady Ciprut mau pergi sama Mas Tom? Enggak, to?" tanya Gendhuk Tini jadi terkejut. Tom Lugu hanya diam dan mulai terlihat cemburunya.

"Jangan salah paham dulu, Mas Tom ... aku tetap padamu, kok. Acara nanti itu lebih penting karena ini menentukan nasib kita berdua juga, Mas," jawab Lady Ciprut menenangkan hati Tom Lugu.

"Jane acara apa to itu sebenarnya?" Gendhuk Tini pun merasa penasaran.

"Lha apa kamu tidak membaca info di grup WA Gadis Manis Suka Dandan Tapi Tidak Menor, to? " tanya Lady Ciprut. Gendhuk Tini cuma geleng kepala. Sementara Tom Lugu dan Lik Gembul hanya garuk-garuk kepala.

"Sebenarnya ada berapa grup WA yang kalian berdua ikuti?" tanya Tom Lugu.

"Buanyak, Mas ...!" jawab mereka berdua serentak sambil nyengir kuda.

"Terus ... ini kamu mau pergi ke mana ... sama siapa?" tanya Tom Lugu semakin cemburu.

"Begini, ya Mas Tom ... hari ini Mas Joko mau datang, besoknya gantian Mas Wowo. Sekarang aku bersama rombongan mau bertemu Mas Joko, si kurus idolaku itu, untuk memantapkan janji-janji manisnya. Besoknya ketemu sama Mas Wowo," kata Lady Ciprut.

"Kok dua-duanya mau didatangi?" tanya Lik Gembul yang sedari tadi cuma melongo.

"Wanita kan sukanya memilih. Nanti kalau cocok dan janji-janjinya terdengar gimana gitu ... baru aku akan memilih salah satunya," jawab Lady Ciprut.

"Wah, lha kalau itu aku juga mau ikut!" kata Gendhuk Tini bersemangat dan kedua matanya berbinar-binar. Sesaat kemudian dia telah melupakan rasa marahnya pada Lady Ciprut.

"Lho kamu kok ya ikut-ikutan Lady Ciprut! Terus di kamarmu kamu pasang gambarnya si Wowo lagi joget untuk apa? Ora cetho! " kata Lik Gembul sewot melihat kelakuan Gendhuk Tini yang angin-anginan—mudah berubah.

"Lhah ... namanya juga kampanye, Mas Gembul. Dengarkan dulu semua janji-janji mereka. Kalau sudah mantap baru dipilih di bilik suara. Sekarang semua masih bisa berubah. Jangan kaya lagunya Mas Katon Bagaskoro itu ... Tak Bisa ke Lain Hati. Ini menyangkut masa depan kita berdua juga, Mas Gembul!" jawab Gendhuk Tini panjang lebar.

"Sudah, yuk, Ndhuk Tini, kita berangkat!" ajak Lady Ciprut sambil memberikan sejumlah uang pada Mbokdhe Warsi.

Lady Ciprut segera beranjak dari kursinya, meski harus dibantu Gendhuk Tini untuk memeganginya. Mereka berdua segera pergi meninggalkan Tom Lugu dan Lik Gembul di salonnya Mbokdhe Warsi yang masih belum bisa memahami tingkah gadis-gadis pujaan mereka.

Solo. 29.05.23

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Komedi
Cerpen
Perjalanan Kaki
Kopa Iota
Cerpen
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
bomo wicaksono
Flash
INTROVET love YOU
Ula
Flash
Gula
Kiiro Banana
Cerpen
PETAKA DI RUMAH KARDUS
Aulia Z
Komik
Bronze
AKU (Anak KUliahan)
Lukfianka Sanjaya Purnama
Komik
Kick My Friend!!
Norayolayora/You
Flash
Kesabaran Sang Sosialita
Freya
Komik
Otaku-ten!! Volume 1
Wirayudha Pandu Persada
Komik
Lelaki Koin
Ockto Baringbing
Komik
Silly Home
Cradosaur
Flash
Bronze
BANDEL
Onet Adithia Rizlan
Flash
Salah Bini
Lebah Bergantung
Cerpen
Istriku dan Anjingnya
Cicilia Oday
Cerpen
Bronze
Mukini & Mukidi
Ariyanto
Rekomendasi
Cerpen
Lady Ciprut dan Gendhuk Tini
bomo wicaksono
Flash
Sang
bomo wicaksono
Novel
Gasing Bambu
bomo wicaksono
Novel
Perjanjian Ketiga
bomo wicaksono
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Flash
Dari Dimensi Lain
bomo wicaksono
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Dia Datang Diantar Siapa?
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Allena dan Anggur Merah
bomo wicaksono
Flash
Dia Punya Teman yang Lain
bomo wicaksono
Flash
Bronze
Penulis Cerita Horor
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Hujan dan Secangkir Kopi Panas
bomo wicaksono
Cerpen
Bronze
Andung dan Seblak Sapu Lidi
bomo wicaksono
Flash
Dia Datang dalam Keadaan Berantakan
bomo wicaksono
Flash
Cerita Tentang Hujan
bomo wicaksono