Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Labirin Jiwa
0
Suka
96
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Di ruang praktik yang remang-remang, Dr. Alvian menghela napas panjang. Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam, tetapi di mejanya masih ada setumpuk berkas pasien yang menunggu. Hujan di luar mengetuk jendela, seolah ikut merasakan kelelahan yang membebani bahunya. Setelah sepuluh tahun berpraktik, ia telah mendengar ribuan kisah: trauma masa kecil, kecemasan yang melumpuhkan, depresi yang menghanyutkan. Ia terbiasa menjadi telinga yang mendengar dan pikiran yang menganalisis, tetapi ia selalu menjaga jarak. Ia percaya, seorang psikolog harus seperti cermin jernih, merefleksikan masalah pasien tanpa pernah terpengaruh olehnya.

Pasien terakhirnya hari itu adalah Kinar, seorang seniman berusia dua puluhan yang memiliki bakat luar biasa dalam melukis, tetapi terperosok dalam jurang halusinasi yang tak berujung. Alvian sudah menanganinya selama enam bulan, dan ini adalah sesi terakhir mereka sebelum Kinar dirujuk ke psikiater. Kinar bukan pasien biasa. Halusinasinya begitu detail, begitu nyata, hingga Alvian sendiri kadang merasa merinding. Kinar tidak melihat monster atau makhluk mengerikan, melainkan sesuatu yang jauh lebih abstrak: Labirin Jiwa.

Kinar menjelaskan, "Setiap orang punya labirin, Dokter. Terbuat dari pikiran-pikiran yang terpendam, ketakutan yang terkunci, dan kenangan yang dilupakan. Labirin saya terbuat dari warna-warna yang berteriak, dari kuas yang melompat-lompat tanpa kendali." Alvian mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap detail. Ia melihat metafora itu sebagai manifestasi visual dari kekacauan di pikiran Kinar.

"Dan saya bisa melihat labirin orang lain, Dokter," Kinar melanjutkan, suaranya pelan dan serak. "Labirin Dokter Alvian... dindingnya sangat tebal. Terbuat dari beton dan baja. Tidak ada pintu sama sekali."

Alvian tersenyum tipis, "Itu karena saya harus tetap objektif, Kinar. Saya tidak bisa membiarkan diri saya terjebak dalam masalah pasien saya."

Kinar menggelengkan kepalanya, matanya yang besar dan hitam menatap lurus ke mata Alvian. "Bukan itu, Dokter. Itu bukan tentang pasien. Itu tentang diri Dokter sendiri. Labirin itu... bukan hanya penjara, tapi juga magnet. Semakin dalam Dokter mencoba menembus labirin orang lain, semakin besar kemungkinan Dokter tertarik ke dalam labirin Dokter sendiri."

Pernyataan itu membuat Alvian sedikit tidak nyaman, tetapi ia menyembunyikannya dengan senyum ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Labirin Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Novel
Sekolah sambil Nyantri?
Sumaiyah
Novel
Bronze
Lenting
A.R. Rizal
Cerpen
Bronze
TAMU TERAKHIR
Mxxn
Novel
Gold
Fantasteen Scary: Noroi
Mizan Publishing
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Annelise van Dijk
Allamanda Cathartica
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Novel
Kabar Duka
Maureen Fatma
Flash
THE OTHER
Mr. Nobody
Novel
Gold
Fantasteen Scary Knock! Knock!
Mizan Publishing
Cerpen
KERETA SETAN
Dzakiyah Azzahra
Novel
Gold
Fantasteen Scary Hole of Darkness
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Mistery of Archelloite
Mizan Publishing
Novel
Bronze
MALDEVIR
Okhie vellino erianto
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Labirin Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tukang Pos Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pelaku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sang Kolektor Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mereka Nyata Dan Bercerita
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Email Maut
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Terlarang
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Losmen Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Terjebak Dunia Arwah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kutukan Ranjang Antik
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Simfoni Keabadian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
19:00
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dari Aku Untukku
Christian Shonda Benyamin