Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Labirin Jiwa
0
Suka
2,357
Dibaca

Di ruang praktik yang remang-remang, Dr. Alvian menghela napas panjang. Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam, tetapi di mejanya masih ada setumpuk berkas pasien yang menunggu. Hujan di luar mengetuk jendela, seolah ikut merasakan kelelahan yang membebani bahunya. Setelah sepuluh tahun berpraktik, ia telah mendengar ribuan kisah: trauma masa kecil, kecemasan yang melumpuhkan, depresi yang menghanyutkan. Ia terbiasa menjadi telinga yang mendengar dan pikiran yang menganalisis, tetapi ia selalu menjaga jarak. Ia percaya, seorang psikolog harus seperti cermin jernih, merefleksikan masalah pasien tanpa pernah terpengaruh olehnya.

Pasien terakhirnya hari itu adalah Kinar, seorang seniman berusia dua puluhan yang memiliki bakat luar biasa dalam melukis, tetapi terperosok dalam jurang halusinasi yang tak berujung. Alvian sudah menanganinya selama enam bulan, dan ini adalah sesi terakhir mereka sebelum Kinar dirujuk ke psikiater. Kinar bukan pasien biasa. Halusinasinya begitu detail, begitu nyata, hingga Alvian sendiri kadang merasa merinding. Kinar tidak melihat monster atau makhluk mengerikan, melainkan sesuatu yang jauh lebih abstrak: Labirin Jiwa.

Kinar menjelaskan, "Setiap orang punya labirin, Dokter. Terbuat dari pikiran-pikiran yang terpendam, ketakutan yang terkunci, dan kenangan yang dilupakan. Labirin saya terbuat dari warna-warna yang berteriak, dari kuas yang melompat-lompat tanpa kendali." Alvian mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap detail. Ia melihat metafora itu sebagai manifestasi visual dari kekacauan di pikiran Kinar.

"Dan saya bisa melihat labirin orang lain, Dokter," Kinar melanjutkan, suaranya pelan dan serak. "Labirin Dokter Alvian... dindingnya sangat tebal. Terbuat dari beton dan baja. Tidak ada pintu sama sekali."

Alvian tersenyum tipis, "Itu karena saya harus tetap objektif, Kinar. Saya tidak bisa membiarkan diri saya terjebak dalam masalah pasien saya."

Kinar menggelengkan kepalanya, matanya yang besar dan hitam menatap lurus ke mata Alvian. "Bukan itu, Dokter. Itu bukan tentang pasien. Itu tentang diri Dokter sendiri. Labirin itu... bukan hanya penjara, tapi juga magnet. Semakin dalam Dokter mencoba menembus labirin orang lain, semakin besar kemungkinan Dokter tertarik ke dalam labirin Dokter sendiri."

Pernyataan itu membuat Alvian sedikit tidak nyaman, tetapi ia menyembunyikannya dengan senyum ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp10.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Labirin Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Novel
Tirakat
Eric Shandy Admadinata
Novel
Gold
Fantasteen Hana dan Piano La
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Den Haag
Mizan Publishing
Novel
Wuri: Kutukan Wewe Gombel
Roy Rolland
Novel
Bronze
KEMPONAN
Hesti Ary Windiastuti
Novel
SITINGGIL PETILASAN KERAMAT
Heru Patria
Novel
Bronze
Dikutuk
Bulan Separuh
Novel
Gold
Fantasteen Ghost Dormitory in Sidney
Mizan Publishing
Novel
Bronze
The Curse (Kutukan)
Kazehaya Shin
Novel
Bronze
Rumah Seribu Jendela
Randy Arya
Novel
Gold
Fantasteen Hunted
Mizan Publishing
Novel
Cagak Cemani
Noor Angreni Putri Hasim
Skrip Film
Bisikan Tsabur
NO-NAME
Novel
Kering
D. Andar
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Labirin Jiwa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Main Di Tengah Malam
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Batas Senja Berbisik
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Notifikasi Terakhir
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Indigo
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Insomnia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ibu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kultus Sebuah Lagu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Penjara Abadi
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kematian Di Tanah Rawa
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pelaku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aku Bersama Mereka
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Hitam Di Jendela
Christian Shonda Benyamin