Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Bab 1: Peringatan Penduduk
Tujuh pasang mata yang berbinar penuh semangat, mencerminkan gejolak jiwa muda yang haus petualangan, menatap ke arah megahnya Gunung Merapi Tua yang menjulang gagah di kejauhan. Di kaki gunung itulah terhampar Desa Kaki Langit, sebuah permukiman terpencil yang seolah menjadi gerbang terakhir menuju misteri dan keindahan yang tersembunyi. Udara di desa itu terasa berat, dinginnya menusuk tulang, namun di sela-sela dingin itu terselip aroma kemenyan yang samar, menambah nuansa mistis yang tak dapat diabaikan. Arif, pemimpin rombongan yang cenderung pragmatis namun berpengalaman dalam seluk-beluk pendakian, berencana untuk memulai perjalanan mereka saat fajar masih remang. Namun, takdir berkata lain.
Begitu mereka menjejakkan kaki di warung makan satu-satunya di desa itu, sebuah warung sederhana yang menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat setempat, sesosok Nenek Tua dengan sorot mata tajam yang seolah menembus jiwa dan kerutan-kerutan di wajahnya yang mengisahkan ribuan cerita, mendekati mereka. Langkahnya perlahan namun pasti, seolah setiap jejak kakinya mengandung kearifan yang telah teruji zaman. Dengan suara serak yang memecah keheningan, suara yang bergetar namun penuh penekanan, ia memperingatkan mereka tentang sebuah larangan keras yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari adat dan kepercayaan masyarakat setempat: larangan membawa atau mengenakan warna merah di gunung itu.
Nenek Tua itu, dengan tatapan yang semakin serius, mulai bercerita tentang "Penjaga Merah," arwah penunggu gunung yang telah ada s...