Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Romantis
Bronze
kutukan Bulan
2
Suka
3,914
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Jakarta pagi itu terasa lembap oleh sisa hujan semalam. Clara Amara melangkah cepat di trotoar Sudirman, tas kulit cokelatnya dipenuhi dokumen kuno untuk pameran museum esok hari. Rambut hitamnya yang biasanya tertata rapi kini berantakan tertiup angin, tapi ia tak peduli. Sebagai kurator termuda di Museum Sejarah Nusantara, ia terbiasa berlari melawan waktu.

"Tolong, tunggu!" teriaknya pada tukang loak yang hendak menutup lapaknya di pinggir jalan. Matanya tertuju pada sebuah cermin persegi delapan dengan bingkai perunggu berukir naga. Ukirannya khas Dinasti Qing, tapi ada simbol aneh di sudutnya: **sepasang mata kucing yang menyala**.

"Berapa, Bang?" tanya Clara, jarinya hampir menyentuh permukaan kaca yang keruh.

"Lima ratus ribu," jawab si tukang loak sambil mengunyah sirih. "Barang ini kutemukan di gudang bekas rumah tua di Glodok. Katanya, pemilik sebelumnya tewas misterius. Tertarik?"

Clara mengerutkan kening. Sebagai ahli artefak, ia tahu cermin ini bukan sekadar barang antik—ada energi aneh yang memancar darinya. Tapi sebelum ia bisa menolak, angin tiba-tiba bertiup kencang. **Suara perempuan** berbisik dari dalam cermin:

"Bawa aku pulang…"

Dada Clara sesak. Tanpa pikir panjang, ia mengeluarkan uang dan menggenggam cermin itu.

**Museum Sejarah Nusantara, pukul 15.00**

Di ruang arsip bawah tanah, Clara mengusap debu dari cermin dengan kain mikrofiber. Simbol mata kucing itu kini jelas terlihat, menyala lembut dalam gelap.

"Kau tidak seharusnya di sini," gumamnya, jari telunjuknya menelusuri ukiran naga.

Tiba-tiba, **percikan biru** menyambar dari cermin. Clara terpental ke belakang, punggungnya membentur rak besi. Suhu ruangan anjlok. Di permukaan kaca, bayangannya berubah: seorang perempuan dengan telinga runcing dan mata hijau menyala sedang tersenyum sinis.

*"Clara… akhirnya kita bertemu,"* suara itu bergema, menusuk tulang telinganya. *"Kau adalah keturunan terakhir Kirana. Bersiaplah."*

"Bersiap untuk apa? Siapa kau?!" t...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp3.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Romantis
Cerpen
Bronze
kutukan Bulan
Taufik reja waluya
Komik
Bronze
If You ...
Yo Sian Lie
Cerpen
Sebatas Bercanda
Elsa Setyawati Sumule
Skrip Film
SOUND OF MY TEEN
Yue Andrian
Cerpen
Bronze
Kereta Sebentar Lagi Berangkat
Silvarani
Skrip Film
Two S and The Balcony
Rainzanov
Cerpen
Satu Meja, Dua Rasa
Penulis N
Novel
Gold
Cinta Dalam Ikhlas
Bentang Pustaka
Novel
Gold
Under the Blue Moon
Noura Publishing
Cerpen
Perempuan dalam Rangkulan Hujan
Sofiza
Cerpen
Bronze
Pelangi di Tengah Hujan
Mochammad Ikhsan Maulana
Skrip Film
Opera Cinta Lusiana
R Fauzia
Flash
Angan Selintas
Ralali Sinaw
Novel
Gold
Hi, Nerd!
Bentang Pustaka
Flash
Twilight
Rama Sudeta A
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
kutukan Bulan
Taufik reja waluya
Cerpen
Cinta kucing
Taufik reja waluya
Cerpen
Introvert me
Taufik reja waluya
Cerpen
Cahaya di Balik Ranting
Taufik reja waluya
Cerpen
Penyihir bulan dan kucing ajaib
Taufik reja waluya
Novel
Avicenna : The alchemist of knowledge
Taufik reja waluya