Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Kutukan
0
Suka
1,047
Dibaca

Udara Makassar terasa begitu menyesakkan malam itu, bahkan bagi Rian yang baru beberapa bulan kembali ke kota kelahirannya. Debu jalanan yang bercampur dengan uap knalpot seolah enggan beranjak dari permukaannya. Ia mengendarai motor bebek bututnya menyusuri jalanan yang semakin lengang, lampu-lampu toko mulai redup satu per satu, menandakan sebagian besar aktivitas kota telah usai. Tujuannya adalah sebuah rumah tua di kawasan pinggiran, rumah yang menyimpan kenangan masa kecil yang samar-samar dan kini, menjadi satu-satunya warisan yang ditinggalkan oleh kakeknya.

Kakeknya, seorang pria tua yang eksentrik dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kota, meninggal dunia beberapa minggu yang lalu. Rian, sebagai satu-satunya ahli waris, mau tidak mau harus mengurus rumah itu. Sejujurnya, ia tidak terlalu dekat dengan kakeknya. Pertemuan mereka bisa dihitung jari dalam setahun. Namun, rasa tanggung jawab dan sedikit rasa penasaran mendorongnya untuk datang dan melihat rumah tersebut.

Rumah itu terletak di ujung jalan buntu, dikelilingi oleh pepohonan rimbun yang membuatnya tampak terpencil dan sedikit menakutkan, terutama di malam hari. Cat temboknya mengelupas di beberapa bagian, memperlihatkan bata merah di baliknya. Jendela-jendelanya tampak gelap dan kosong, seperti mata yang kehilangan cahayanya. Halaman depannya dipenuhi oleh ilalang yang tumbuh liar, seolah rumah itu telah lama ditinggalkan dan dilupakan.

Rian memarkir motornya di halaman yang berkerikil. Suara derit rantai motor yang bergesekan dengan batu-batu kecil terasa memecah kesunyian malam. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian sebelum melangkah menuju pintu utama. Pintu kayu besar itu tampak kokoh namun juga rapuh dimakan usia. Gagang pintunya terbuat dari besi berkarat, terasa dingin saat disentuh.

Dengan sedikit ragu, Rian memutar gagang pintu. Suara decitan nyaring terdengar saat pintu itu terbuka, menguak kegelapan di dalamnya. Bau pengap, debu, dan aroma kayu lapuk langsung menyeruak ke hidungnya, membuatnya sedikit terbatuk. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya, mengaktifkan fitur senter untuk menerangi jalan.

Cahaya dari ponselnya hanya mampu menembus beberapa meter ke dalam rumah, namun cukup untuk memberikan gambaran sekilas tentang interiornya. Ruang tamu tampak luas dengan perabotan tua yang ditutupi kain putih. Sosok-sosok samar perabotan itu di bawah kain kafan putih tampak seperti hantu yang sedang bersembunyi, menambah kesan angker pada rumah tersebut.

Rian melangkah masuk dengan hati-hati, merasakan lantai kayu di bawah kakinya berderit pelan seolah mengeluh karena bebannya. Suara langkahnya sendiri di tengah keheningan rumah terasa begitu keras dan mengganggu. Ia menyusuri ruang tamu, mengamati perabotan yang tertutup rapat. Ada sebuah lemari besar di sudut ruangan, sebuah sofa panjang dengan ukiran-ukiran kuno, dan beberapa kursi rotan yang tampak usang.

Ia memutuskan untuk menjelajahi ruangan lain di lantai satu. Ada sebuah ruang makan yang cukup besar dengan meja kayu panjang dan beberapa kursi. Di salah satu sudut ruangan, ia melihat sebuah bufet tua dengan pintu-pintu kaca yang buram. Di belakang ruang makan, ia menemukan dapur yang tampak lebih berantakan. Peralatan masak yang berkarat dan debu tebal menutupi hampir seluruh permukaan.

Setelah memeriksa lantai satu, Rian merasa ada sesuatu yang menariknya ke lantai atas. Tangga kayu yang terletak di dekat ruang tamu tampak gelap dan mengundang. Dengan langkah yang lebih hati-hati, ia mulai menaiki tangga. Setiap anak tangga berderit dengan bunyi yang berbeda, menciptakan melodi aneh di tengah keheningan.

Lantai atas terdiri dari beberapa kamar tidur dan sebuah lorong panjang yang gelap. Udara di lantai atas terasa lebih dingin dan pengap. Rian menyinari lorong dengan senter ponselnya, mencoba melihat pintu-pintu kamar di sepanjang lorong. Sebagian besar pintu tertutup rapat.

Ia mencoba membuka salah satu pintu ka...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp17.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Kutukan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Tanda Gelap Di Perbukitan
Hilmi Azali
Cerpen
Permainan Kematian
Chie Kudo
Cerpen
Bronze
Panggilan 000
Christian Shonda Benyamin
Flash
PESTA DI MALAM ITU
eunike_xiuling
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Novel
Bronze
RUWAT ~Novel~
Herman Sim
Flash
Wanita Tua dan Tangisnya
Lebah Bergantung
Cerpen
Bronze
Tersesat Di Desa Sesat
Novita Ledo
Flash
Bronze
Susuk Penghancur Jiwa
Risti Windri Pabendan
Flash
PETUALANGAN MIMPI: MAIL?
Tirani K. C.
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Di Balik Sebuah Kecelakaan : Arka Dan Senyuman Terakhir
muhamad jumari
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Kutukan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Retak
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Panggilan 000
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Aroma Kopi Di Bangunan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kacamata Paman
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Cermin Diri
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sahabat Ku Maafkan Aku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Nada Berdarah
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Jerat Senyap
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bus Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayang - Bayang Senja
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Sisi Lain
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Dia Pembunuh
Christian Shonda Benyamin