Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerpen
Horor
Bronze
Kutukan
0
Suka
81
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Udara Makassar terasa begitu menyesakkan malam itu, bahkan bagi Rian yang baru beberapa bulan kembali ke kota kelahirannya. Debu jalanan yang bercampur dengan uap knalpot seolah enggan beranjak dari permukaannya. Ia mengendarai motor bebek bututnya menyusuri jalanan yang semakin lengang, lampu-lampu toko mulai redup satu per satu, menandakan sebagian besar aktivitas kota telah usai. Tujuannya adalah sebuah rumah tua di kawasan pinggiran, rumah yang menyimpan kenangan masa kecil yang samar-samar dan kini, menjadi satu-satunya warisan yang ditinggalkan oleh kakeknya.

Kakeknya, seorang pria tua yang eksentrik dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar kota, meninggal dunia beberapa minggu yang lalu. Rian, sebagai satu-satunya ahli waris, mau tidak mau harus mengurus rumah itu. Sejujurnya, ia tidak terlalu dekat dengan kakeknya. Pertemuan mereka bisa dihitung jari dalam setahun. Namun, rasa tanggung jawab dan sedikit rasa penasaran mendorongnya untuk datang dan melihat rumah tersebut.

Rumah itu terletak di ujung jalan buntu, dikelilingi oleh pepohonan rimbun yang membuatnya tampak terpencil dan sedikit menakutkan, terutama di malam hari. Cat temboknya mengelupas di beberapa bagian, memperlihatkan bata merah di baliknya. Jendela-jendelanya tampak gelap dan kosong, seperti mata yang kehilangan cahayanya. Halaman depannya dipenuhi oleh ilalang yang tumbuh liar, seolah rumah itu telah lama ditinggalkan dan dilupakan.

Rian memarkir motornya di halaman yang berkerikil. Suara derit rantai motor yang bergesekan dengan batu-batu kecil terasa memecah kesunyian malam. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian sebelum melangkah menuju pintu utama. Pintu kayu besar itu tampak kokoh namun juga rapuh dimakan usia. Gagang pintunya terbuat dari besi berkarat, terasa dingin saat disentuh.

Dengan sedikit ragu, Rian memutar gagang pintu. Suara decitan nyaring terdengar saat pintu itu terbuka, menguak kegelapan di dalamnya. Bau pengap, debu, dan aroma kayu lapuk langsung menyeruak ke hidungnya, membuatnya sedikit terbatuk. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya, mengaktifkan fitur senter untuk menerangi jalan.

Cahaya dari ponselnya hanya mampu menembus beberapa meter ke dalam rumah, namun cukup untuk memberikan gambaran sekilas tentang interiornya. Ruang tamu tampak luas dengan perabotan tua yang ditutupi kain putih. Sosok-sosok samar perabotan itu di bawah kain kafan putih tampak seperti hantu yang sedang bersembunyi, menambah kesan angker pada rumah tersebut.

Rian melangkah masuk dengan hati-hati, merasakan lantai kayu di bawah kakinya berderit pelan seolah mengeluh karena bebannya. Suara langkahnya sendiri di tengah keheningan rumah terasa begitu keras dan mengganggu. Ia menyusuri ruang tamu, mengamati perabotan yang tertutup rapat. Ada sebuah lemari besar di sudut ruangan, sebuah sofa panjang dengan ukiran-ukiran kuno, dan beberapa kursi rotan yang tampak usang.

Ia memutuskan untuk menjelajahi ruangan lain di lantai satu. Ada sebuah ruang makan yang cukup besar dengan meja kayu panjang dan beberapa kursi. Di salah satu sudut ruangan, ia melihat sebuah bufet tua dengan pintu-pintu kaca yang buram. Di belakang ruang makan, ia menemukan dapur yang tampak lebih berantakan. Peralatan masak yang berkarat dan debu tebal menutupi hampir seluruh permukaan.

Setelah memeriksa lantai satu, Rian merasa ada sesuatu yang menariknya ke lantai atas. Tangga kayu yang terletak di dekat ruang tamu tampak gelap dan mengundang. Dengan langkah yang lebih hati-hati, ia mulai menaiki tangga. Setiap anak tangga berderit dengan bunyi yang berbeda, menciptakan melodi aneh di tengah keheningan.

Lantai atas terdiri dari beberapa kamar tidur dan sebuah lorong panjang yang gelap. Udara di lantai atas terasa lebih dingin dan pengap. Rian menyinari lorong dengan senter ponselnya, mencoba melihat pintu-pintu kamar di sepanjang lorong. Sebagian besar pintu tertutup rapat.

Ia mencoba membuka salah satu pintu ka...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp17.000
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Horor
Cerpen
Bronze
Kutukan
Christian Shonda Benyamin
Flash
Bronze
Mimpi Defin
Ron Nee Soo
Novel
Bronze
Sumur Ditengah Hutan
Faizal Ablansah Anandita, dr
Novel
Gold
Fantasteen Haunted School
Mizan Publishing
Novel
JASAD DI DASAR JEMBATAN
Heru Patria
Novel
DARAH DENDAM
Trajourney
Novel
Gold
Fantasteen Double R
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen: Kage
Mizan Publishing
Flash
Jurit Malam
Ravistara
Cerpen
Bronze
Di Balik Sebuah Kecelakaan : Arka Dan Senyuman Terakhir
muhamad jumari
Novel
Gold
Fantasteen Scary: Daruma-San
Mizan Publishing
Novel
Gold
The Motion of Puppets
Mizan Publishing
Novel
Gold
Fantasteen Scary Halte Angker
Mizan Publishing
Novel
Di Antara Rumah yang Kosong
Imajiner
Novel
Gold
Fantasteen Bisikan Caroline
Mizan Publishing
Rekomendasi
Cerpen
Bronze
Kutukan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Tuan Baru
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kuncup Bunga Ungu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Harmoni Kegelapan
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Siapa Dia
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Galeri Lukisan Oscar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Catatan Tua
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Pulau Terasing
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Suara Penyiar Radio
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Kultus Sebuah Lagu
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Bayangan Di Kota Fajar
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Arga
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Mawar Kematian
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Ouija
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Losmen Berdarah
Christian Shonda Benyamin